Menilik Observatorium Nasional yang Akan Dibangun di Kupang

Menilik Observatorium Nasional yang Akan Dibangun di Kupang
info gambar utama

Tak lama lagi, Indonesia akan memiliki observatorium baru yang akan dibangun di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Saat ini, Indonesia sendiri sebenarnya sudah punya Observatorium Bosscha yang ada di Lembang, namun pertumbuhan penduduk di sekitarnya menyebabkan polusi cahaya berlebihan sehingga tidak cocok lagi untuk penelitian antariksa.

Sekadar informasi, observatorium adalah bangunan yang digunakan untuk mengamati angkasa luar. Sebuah observatorium bisa memiliki satu atau lebih teleskop yang terpasang secara permanen di dalamnya.

Sebuah observatorium juga harus dibangun di lokasi yang tepat, terutama dari cuacanya yang harus kering, seminimal mungkin tidak berkabut, hujan, ataupun salju. Pembangunan observatorium juga harus memerhatikan lokasi yang bebas dari polusi cahaya yang berlebihan, biasanya harus jauh dari perkotaan, kalau bisa di atas gunung atau di wilayah terpencil. Hal itu diperlukan agar pengamatan langit tak terhalang apapun.

Observatorium Nasional yang akan dibangun tahun ini tersebut telah ditetapkan lokasi pembanguannya, yakni di Kawasan Hutan Lindung Gunung Timau, Amfoang Tengah, Kupang, Nusa Tenggara Timur, dengan posisi ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut!

Observatorium ini cukup menarik karena akan dibangun di wilayah yang lebih dekat dengan khatulistiwa daripada Observatroium Bosscha. Observaorium Nasional juga memiliki kondisi iklim dan cuaca yang kering sehingga cocok untuk pengamatan langit, jauh dari pemukiman penduduk, dan berada dalam kawasan cagar alam atau kawasan hutan lindung yang tentunya dibangun dengan izin khusus.

Jika dibandingkan dengan Observatorium Bosscha yang telah dibangun 90 tahun silam, saat ini kondisi lingkungan sekitar lokasi Observatorium Bosscha sudah tidak mendukung untuk penelitian astronomi. Sangat disayangkan ya.

Observatorium Nasional di Kupang bakal dilengkapi teleskop dengan diameter 3,5 meter dan teleskop berdiameter 1,2 meter yang ada di dalam bangunan berbentuk kubah (pada foto di atas, bangunan ini di sisi kiri foto). Ada pula teleskop optik yang terdiri dari masing-masing empat teleskop berdiameter 50 cm dan 30 cm yang akan diletakkan di dalam satu bangunan beratap geser (bangunan yang ada di sisi kanan foto).

Tidak hanya itu, lho! Observatorium Nasional di Kupang dilengkapi pula dengan teleskop surya untuk pengamatan multi panjang gelombang dan resolusi tinggi yang terdiri dari tiga teleskop berdiameter 50 cm.

Dan terakhir, ada pula teleskop radio yang terdiri dari antena parabola tunggal berdiameter 20 meter untuk menangkap gelombang frekuensi antara 5-45 GHz, antena berukuran sedang untuk pengamatan astrofisika umum, pengamatan matahari, serta cuaca, dan ada antena kecil untuk menangkap gelombang frekuensi rendah 15-350 MHz.

Tidak hanya sebagai "mata" Indonesia dalam mengamati langit, Observatorium Nasional di Kupang juga akan dilengkapi sarana-sarana pendukung seperti bangunan asrama, kantor, perpustakaan, kantin, hingga tempat lokakarya.

Menurut Harian Kompas edisi 29 Mei 2015, jika pendanaan lancar, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menargetkan pembangunan Observatorium Nasional di Kupang akan rampung pada tahun 2019. Observatorium tersebut akan memiliki fungsi prioritas untuk penelitian keantariksaan, termasuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di kawasan Indonesia Timur.

"Pada 2016, kami fokus melakukan studi kelayakan lokasi. Setelah itu, pembangunan dimulai pada 2017," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, dilansir Harian Kompas (29/5). Ia menambahkan, LAPAN mengusulkan penganggaran Rp 300 miliar hingga tahun 2019 untuk menyelesaikan pembangunan Observatorium Nasional ini.

Semoga kehadiran observatorium ini nantinya akan memacu semangat anak muda di Kupang untuk belajar khusus tentang astronomi. Semoga perkembangan IPTEK di Indonesia juga akan semakin maju ke depannya!


Sumber: Kompas, LAPAN.go.id, InfoAstronomy.org

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini