Benci dan Cinta di Kota Pala ...

Benci dan Cinta di Kota Pala  ...
info gambar utama

Penggalan kisah dari ketua bidang lapangan TKP PPI Dunia berikut semoga bisa menjadi inspirasi buat anda secara khusus yg sedang menempuh pendidikan di luar negeri atau di belahan bumi Indonesia yang sudah lengkap fasilitasnya. Sungguh betapa bersyukurnya anda bisa belajar dengan fasilitas yg memadai.

Ini adalah sebagian kecil dari pengalamn hidup saya yang begitu berkesan, ini adalah cerita pertama kali saya pindah ke Kota Fakfak, Papua Barat, Indonesia. Tak pernah ada di benak saya akan pindah ke kota yang di kenal juga dengan Kota Pala ini, dan juga kota dengan durian terlezat di Papua.

Singkat cerita, saya mulai pindah ke Fakfak, tepatnya tanggal 8 Februari 2016, bertolak dari Bandara Domine Edward Osok (DEO), menggunakan pesawat, waktu tempuh selama 1 jam perjalanan. Tibalah saya di Fakfak, disini saya memulai hidup baru yang begitu berat untuk saya jalani, beberapa bulan pertama saya masih saja menangis dan begitu besar rasa benci dalam hati ini,kenapa saya harus pindah ke kota yang seperti ini. Kota yang sama sekali tak punya pusat keramaian seperti Mall besar, ataupun punya cafe-cafe terkenal, dan jugaresto-resto ternama seperti Dunkin Donuts. Kebiasaan hidup di Kota Sorong yang membuat saya terbiasa dengan tempat-tempat seperti itu untuk menghilangkan penat, atau sekda diskusi bersama teman-teman kuliah, atau sekedar memanfaatkan Wifi gratis yang telah disediakan. Di kota ini sama sekali saya tak bisa menemukan hal-hal seperti itu, yang menjadi pusat keramaian hanyalah Pasar Tradisional Tumburuni.

Awal-awal kedatangan saya di Kota ini, saya begitu merasa tak nyaman, tak nyaman, dan tak nyaman. Sering sekali saya ingin pulang ke Kota Sorong. Disini saya harus memulai semuanya dari awal, menemukan teman-teman baru, bersosialisasi di dunia kampus, dan mencari pengalaman baru. Beberapa bulan pertama saya masih terus mengurung diri di rumah dan tak ingin keluar rumah untuk sekedar mencari angin segar. Begitu berat rasanya jalani hidup di Kota ini. Oh ya, ini juga pertama kalinya saya pindah kota keluar dari Kota Sorong.

Di dunia kampus saya rasa begitu membosankan, bagaimana tidak ??? Di kampus saya, fasilitas penunjang untuk belajar sangat tidak lengkap sama sekali, di kampus saya tak punya perpustakaan sendiri, teman-teman kampus saya pun berbeda dengan teman kampus saya sewaktu di Sorong, disana kemauan belajar dari sesama teman begitu tinggi, sedangkan disini kemauan belajarnya boleh dibilang sangat minim, banyak yang belum paham tentang komputer, cara presentasi menggunakan proyektor, jangankan itu yang terlalu jauh skali, untuk menghidupkan laptop saja masih banyak yang belum paham. Tata cara membuat makalah pun kasarnya bukan tambah membuat mahasiswa menjadi pintar malah menjadi tambah bodoh. Dosen mengizinkan untuk copy paste makalah dari mbah Google. Ini yang menjadi satu permasalahan besar saya yang begitu menyiksa bagaimana tidak, mahasiswa di kampus tempat saya kuliah tak memiliki daya saing. Ini lah hidup ... pahit atau manis saya harus jalani ... terlalu panjang jika saya menulis semuanya disini ...

Sampai pada suatu ketika, tepatnya saat weekend, saya di ajak oleh abang saya untuk sekedar mengunjungi tempat wisata bersama teman-teman kantornya, disini rasa nyaman sudah mulai menghampiri diri saya, kami mengunjungi Sungai Ubadari yang masih begitu asri, mengunjungi beberapa kampung yang masih suci dan begitu asri yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Sampai pada weekend selanjutnya saya meminta untuk di antar ke beberapa daerah lainnya yang tak kalah menarik. Saya mulai jatuh cinta dengan alam di kota Pala ini, dari alamnya yang buat saya merasa begitu nyaman. Lama-kelamaan saya sudah mulai bisa untuk bersosialisasi dengan beberapa teman di luar kampus saya, saya mencari teman-teman di media sosial saya, facebook dan instagram yang berdomisili juga di kota ini. Beberapa bulan berlalu, saya sudah mulai bisa melupakan Kota Sorong dan sudah mulai nyaman dengan aktifitas baru di Fakfak yaitu jalan-jalan melihat alam dan budaya di sini.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

9 bulan telah berlalu, saya mengikuti kegiatan open recrutmen salah satu Organisasi Pecinta Alam, bernama Jelajah Fakfak, dan saya di terima menjadi anggotanya dengan masa uji selama 3 bulan. dari organisasi inilah saya menambah sederet pengalaman saya tentaang budaya dan alam di Kota ini, begitu banyak informasi yang saya dapatkan, begitu banyak daerah perkampungan yang sudah saya jangkau disini, berkat tergabung dengan organisasi jelajah Fakfak ini. Hati saya jatuh cinta dengan salah satu perkampungan di daerah ujung Fakfak bernama Kampung Wambar, saya jatuh cinta dengan pantainya yang begitu Indah, tak pernah saya merasa jatuh cinta dengan pantai seperti pantai wambar ini.

Sudah hampir setahun saya berdomisili di Kota ini, rasa benci, bosan, dan tidak betah sudah berubah menjadi jatuh cinta yang teramat dalam. Tak bisa berkata apapun selain jatuh cinta dengan alam dan budaya di Fakfak. Jatuh cinta dan begitu jatuh cinta ... Mengenai dunia kampus, yah jalani sajalah ...

Terima Kasih...
Salam,
Chalilah Syahharbanu Malikin
(Ketua Bidang Lapangan TKP PPI Dunia)

Nantikan penggalan cerita berikutnya dari TKP PPI Dunia,
Chalilah atau biasa dipanggil Lila adlh salah satu putri asli daerah dari sekian banyak putra/putri daerh yg memiliki keinginan kuat untuk memperjuangkan Papua mnjadi lebih baik lagi dlm bingkai persatuan NKRI. krn kita adalah satu, sebagai anak bangsa. Bangsa Indonesia.

seperti yg ia tuliskan ketika mendaftar mnjd bagian dari keluarga TKP PPI Dunia;

"saya mempunyai keinginan untuk menjadi anggota Tim Kajian Papua PPI Dunia ini sebagai salah satu langkah awal untuk memulai keinginan yang sangat tulus dari dalam hati saya untuk membantu membangun daerah Papua. Saya bisa berorganisasi dengan baik. Sehingga dapat mengembangkan softskill yang saya miliki serta memperluas wawasan dan lingkup pergaulan saya jika nantinya dapat bergabung bersama Tim Kajian Papua PPI Dunia."

Ya, ini baru langkah awal untuk memperjuangkan perubahan yang lebih besar di Papua. Yuk kita mulai dari diri kita masing-masing. Mulai dari apa yang bisa kita lakukan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini