Ada Paguyuban Asep Sedunia, Ada Juga Paguyuban Sugeng Sedunia!

Ada Paguyuban Asep Sedunia, Ada Juga Paguyuban Sugeng Sedunia!
info gambar utama

Memiliki nama yang sama sepertinya sudah lumrah adanya karena banyaknya anak manusia yang lahir per tahunnya sehingga tak heran jika nama yang kita sandang saat ini juga dimiliki oleh orang lain. Namun apa jadinya jika orang yang memiliki nama yang sama bersatu dan berkumpul dalam satu ikatan organisasi atau paguyuban. Inilah yang dilakukan oleh Paguyuban Sugeng, sebuah paguyuban untuk orang yang memiliki nama Sugeng di seluruh dunia. Tak tanggung-tanggung, anggotannya kini telah mencapai lebih dari 8000 orang!

Logo Paguyuban Sugeng
info gambar

Paguyuban dengan nama khas Jawa ini berawal dari rasa penasaran seorang warga Malaysia yakni Sugeng Jabri pada tahun 2004. Dengan rasa penasaran tersebut kemudian ia mencoba mencari dan mengumpulkan semua orang yang bernama Sugeng menggunakan fasilitas internet seperti milist hingga Friendster yang waktu itu masih tenar digunakan. Usahanya ini kemudian makin mudah dengan hadirnya Facebook

Pada akhirnya mereka yang sudah berkumpul dan saling mengenal melalui Facebook ini kemudian meresmikan Paguyuban Sugeng dengan menggelar deklarasi di Taman Mini Indonesia Indah pada tanggal 9 November 2008 yang juga menandakan kelahiran dan ulang tahun paguyuban unik ini.

Paguyuban Sugeng kini sudah punya struktur organisasi yang bertujuan agar paguyuban ini tetap berjalan dan tidak terhenti sebatas perkumpulan untuk menjalin silaturahmi .

Paguyuban Sugeng ini dibagi menjadi dua kepengurusan, yakni pengurus regional dan nasional dimana setiap regional memiliki ketuanya masing-masing. Ketua nasional memiliki masa bakti selama 3 tahun dan akan diganti setelah dilaksanakan Musyawarah Nasional (munas) yang digelar pada akhir masa bakti. Untuk masa bakti 2014-2017 saat ini diketuai oleh Bapak Sugeng Riyadi.

Selain Munas, ada pula pertemuan rutin per tahun untuk merayakan ulang tahun paguyuban ini yakni dinamakan 'temu kangen'. Temu Kangen pada tahun 2016 lalu dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat.

Menurut salah satu anggota Paguyuban Sugeng, yaitu Sugeng Riyanto yang saat ini bekerja sebagai salah satu dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Munas Paguyuban Sugeng selalu berpindah setiap pertemuan akbar ini. Yang menjadi unik pada pertemuan Munas Paguyuban Sugeng adalah mereka memiliki Himne Sugeng yang akan dinyanyikan setelah lagu Indonesia Raya.

Syarat Menjadi Anggota

Untuk menjadi anggota Paguyuban Sugeng ini ternyata memiliki syarat yang harus dimiliki oleh setiap calon anggota, yakni di KTP (Kartu Tanda Penduduk) calon anggota harus tersemat nama Sugeng, baik itu nama depan maupun nama belakang. Mereka yang sudah mendaftar sebagai anggota paguyuban ini akan diberi Nomor Induk Anggota (NIA) untuk masing-masing orang. “Setiap anggota yang sudah resmi mendaftar akan diberi nomor induk, contohnya nomor induk saya adalah 1052,” ujar Sugeng Riyanto.

Nomor induk pertama yang diberikan adalah bapak Sugeng Jabri selaku penggagas Paguyuban Sugeng ini, beliau memiliki nomor Induk Anggota yaitu 001.

Setiap anggota Paguyuban Sugeng juga diharuskan untuk memiliki atribut Sugeng, mulai dari kaos, topi, jaket dan lain sebagainya. Bahkan, Paguyuban ini juga membuat batik Sugeng yang merepresentasikan paguyuban ini.

Karena semua anggota memiliki nama yang sama, yakni Sugeng, maka pada setiap pertemuan para anggota biasanya menghindari memanggil nama satu dengan lainnya dengan Sugeng. Hal ini dikarenakan jika ada yang memanggil Sugeng, maka bisa dipastikan semua orang akan menoleh secara bersamaan Untuk itu, para Sugeng akan memanggil satu dengan lainnya dengan nama belakang atau nama depan yang berbeda.

Sugeng Riyanto, salah satu anggota Paguyuban Sugeng
info gambar

“Jika nama belakangnya bukan Sugeng, maka kita akan panggil dengan nama tersebut. Contohnya saya Sugeng Riyanto, maka pada pertemuan regional maupun Munas saya akan dipanggil dengan Pak Riyanto. Sedangkan untuk yang hanya memilki nama Sugeng akan dicarikan panggilan lainnya,” kata Sugeng Riyanto.

Ingin Melestarikan Nama Sugeng

para anggota paguyuban ini juga sepakat untuk melestarikan nama Sugeng dengan memberi anak mereka dengan nama Sugeng. Menurut Sugeng Riyanto, hal ini disebabkan karena keprihatinan dari jaman sekarang yang mana orang cenderung memilih nama barat ketimbang nama Jawa seperti Sugeng. “Kita ingin melanggengkan nama Sugeng, karena makin lama yang menggunakan nama Sugeng sudah semakin sedikit.” Ujarnya.

Paguyuban Sugeng memilki visi penting bagi sesama penyandang nama sugeng yaitu sebagai wadah untuk menghimpun dan menjalin silaturahmi antar Sugeng serta memupuk dan menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki para anggota guna memberikan sumbangan bagi anggota maupun kemungkinan bagi peningkatan kesejahteraan anggota, seperti halnya adanya koperasi Sugeng yang dikelola oleh pengurus Paguyuban Sugeng.

Piagam Muri dipegang oleh Paguyuban Sugeng
info gambar

Pada ulang tahun Paguyuban Sugeng ke-8 yakni tahun 2016 paguyuban ini mencatatkan rekor di Indonesia dengan empat kategori, yakni komunitas dengan nama sama terbanyak, pemain angklung dengan nama sama terbanyak, minum kopi luwak dengan nama yang sama terbanyak dan penumpang kereta api dengan nama sama terbanyak. Pada pemecahan rekor muri ini, anggota bernama Sugeng datang dari seluruh penjuru dunia seperti Malaysia, Sudan, Suriname, Sri Lanka, Qatar dan Australia dan berjumlah hampir 8000 orang.

Memiliki Program Sosial

Paguyuban Sugeng ternyata tidak hanya sebagai ajang mempererat tali silaturahmi, namun juga memiliki program sosial seperti donor darah dan juga penghijauan. Seperti yang terjadi di Desa Sugeng, Jawa Timur, berbondong-bondong orang bernama Sugeng datang kesana untuk melakukan penanaman pohon dalam rangka penghijauan lingkungan.

Paguyuban Sugeng di Desa Sugeng
info gambar

Program lain seperti santunan pun juga diberikan bagi anggota bernama Sugeng yang tertimpa kemalangan. Dana santunan ini diperoleh dari iuran tidak tetap anggota yang berjalan setiap bulannya juga dari penjualan atribut Sugeng. Dengan adanya sumber dana ini, teman-teman anggota yang tertimpa musibah dapat dibantu oleh paguyuban nama yang sama ini.

Salah satu hal nyata yang pernah dilakukan oleh Paguyuban Sugeng ini seperti yang dilakukan pada salah satu anggota bernama Sugeng Siswoyudhono, seorang pria berumur 46 tahun yang berasal dari Mojokerto Jawa Timur. Ia mengalami kecelakaan yang membuat kaki kanannya harus diamputasi dari lutut kebawah. Paguyuban ini kemudian menggalang dana untuk diberikan sebagai bantuan dan santunan kepada pria ini pada tanggal 15 November 2015.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini