Simposium OISAA Taipei 2017, Pelajar Indonesia Berkumpul Bahas Kontribusi Diaspora untuk Tanah Air

Simposium OISAA Taipei 2017, Pelajar Indonesia Berkumpul Bahas Kontribusi Diaspora untuk Tanah Air
info gambar utama

Pada tanggal 23-25 Maret mendatang, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di kawasan Asia-Oseania akan berkumpul di Taiwan dalam acara Simposium Taipei 2017. Simposium di Taipei ini akan dibagi menjadi tiga agenda, yaitu simposium PPI Taiwan, simposium PPI Asia-Oseania dan rapat besar PPI Asia-Oseania.

Simposium Internasional PPI yang digelar di National Cheng Chi University (NCCU), Taiwan ini akan membahas hubungan bilateral Indonesia-Taiwan (Simposium PPI Taiwan) dan pengembangan sektor pendidikan di Indonesia (Simposium PPI Asia-Oseania).

Pada hari pertama Simposium Taipei 2017, akan digelar Simposium PPI Taiwan dengan tema Transformasi Hubungan Bilateral Indonesia-Taiwan: “Retrospeksi dan Prospek Kerjasama di Masa Mendatang.” Pemilihan tema ini dilatarbelakangi adanya kebijakan baru pemerintah Taiwan, yaitu New South Bound Policy.

Pada tahun 2016, pemerintahan baru Taiwan yang dipegang oleh Presiden Tsai Ing-Wen dan Wakil President Chen Chien-Jen mengeluarkan Kebijakan Baru ke Arah Selatan (New South Bound Policy). Taiwan New South Bound Policy merupakan kebijakan yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia dan mendorong interaksi atau kerjasama bilateral dalam bidang industri, investasi, pendidikan, kebudayaan, pariwisata dan pertanian antara Taiwan dengan negara-negara ASEAN, Asia Selatan, Australia dan Selandia Baru. Kebijakan ini menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesia, yang didiskusikan dalam diskusi panel Simposium PPI Taiwan.

Para peserta akan berdiskusi dalam tiga panel diskusi bersama pembicara yang kompeten dibidangnya. Panel pertama mendiskusikan tentang One China Policy Conundrum: Hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh fungsionaris Indonesia dan Taiwan dalam lingkungan kerja. Panel kedua adalah mengenai Trade and Investment Affairs: Ide untuk mendukung hubungan ekonomi Indonesia-Taiwan? Blue print untuk mengakselerasikan kerja sama di masa mendatang.

Panel ketiga mendiskusikan tentang Education Diplomacy: mengembangkan program yang saling menguntungkan guna memaksimalkan manfaat bagi kedua belah pihak. Pada hari kedua Simposium Taipei 2017, akan digelar Simposium PPI Asia-Oseania dengan tema “Tantangan Meningkatkan 'Revolusi Mental' di Sektor Pendidikan Indonesia pada Abad ke-21.”

Adapun topik diskusi panel pada simposium ini adalah Masalah Pemetaan Sektor Pendidikan di Indonesia, Tantangan Global dan Regional: Peran Pendidikan dalam Meningkatkan Daya Saing SDM di Indonesia, serta Kontribusi Diaspora Indonesia terhadap pembangunan Indonesia.

Sebagai informasi, jumlah pelajar Indonesia di Taiwan saat ini berkisar 4.394 orang. Sementara itu, Indonesia belum memiliki perwakilan yang mengurusi bidang kerjasama pendidikan di Taiwan. Oleh karena itu, PPI Taiwan berharap melalui diskusi dalam simposium ini, bisa mendorong terbentuknya perwakilan Indonesia yang mengurusi bidang pendidikan Indonesia di Taiwan.

Beberapa narasumber yang berpengalaman di bidangnya akan hadir untuk mengisi acara ini yaitu: M. Imdadun Rahmat (Ketua Komnas HAM), Julian Aldrin Pasha (Ketua Departemen Politik Universitas Indonesia), Makarim Wibisono (Duta Besar RI di PBB 2004-2007), Arief Suditomo, Tirto Soeseno (Pengamat Politik UI), Intan Ahmad (Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek-dikti), Ferdiansyah (Wakil Ketua Komisi IX DPR RI), Akhyari Hananto (Founder Good News from Indonesia), Haris Kusworo dan Nangkula Utaberta (Arsitek, Dosen, Penulis) serta para pemenang karya tulis ilmiah mengenai hubungan bilateral Indonesia-Taiwan dan pengembangan sektor Pendidikan di Indonesia yang telah diadakan.

Ardila Putri, Ketua Panitia acara ini berharap simposium ini nantinya akan membangun jaringan antar mahasiswa Indonesia serta memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa Indonesia.

“Semoga pertemuan akademik ini memberikan manfaat bagi mahasiswa Indonesia, baik di Taiwan maupun Asia-Oseania,” ungkap mahasiswi International Master’s Program in Asia-Pacific Studies NCCU ini.

Koordinator PPI Asia-Oseania, Bagus Ari Haryo Anugrah, menjelaskan latarbelakang pemilihan tema yang diangkat dalam Simposium PPI Asia-Oseania. “Tema Tantangan Meningkatkan Revolusi Mental di Sektor Pendidikan Indonesia: di Abad ke-21 ini merupakan hasil diskusi ketua PPI-PPI Negara Asia-Oseania. Tema ini dinilai sejalan dengan revolusi mental yang di terapkan oleh pemerintah Presiden Joko Widodo sekarang. Semoga melalui simposium tersebut akan lahir para pemimpin2 handal & para generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet kepemimpian di masa yang akan datang. jaya terus Indonesia, saatnya yang muda berkarya dan berkontribusi,” ungkap mahasiswa International School Of Capital Medical University, China ini.

Acara ini didukung oleh Bank Mayapada, Taiwan Economic and Trade Office (TETO), Institute of International Relation (IIR) NCCU, dan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, serta sponsor dan donator yang lain.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini