Menilik Teknologi Air dari Masa ke Masa di Rumah Air Surabaya

Menilik Teknologi Air dari Masa ke Masa di Rumah Air Surabaya
info gambar utama

Air merupakan kebutuhan penting bagi manusia sehingga manusia berlomba-lomba untuk mengelolah air dengan teknologi yang selalu mengalami perkembangan mengikuti perkembangan jaman. Seperti ungkapan Inggris yang
mengatakan “Water is Simple, but Manage Water Most Complex”, oleh sebab itu
perkembangan teknologi air dari masa ke masa sangat menarik untuk diketahui dan dipelajari.

Sebagai pelayanan publik yang menyediakan air minum untuk warga Kota Surabaya, Perusahaan Daerah Air Munum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya membuka Rumah Air Surabaya. Di sini warga akan mendapatkan pengetahuan tentang sejarah teknologi air yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan warga Surabaya sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda hingga teknologi yang akan digunakan di masa depan.

Rumah Air Surabaya berada di salah satu gedung cagar budaya dan diapit oleh gedung-gedung pencakar langit yang berada dikawasan jantung Kota Surabaya, tepatnya di jalan Basuki Rahmat 119-121.

Seperti diberitakan Jawa Pos (11/1) Adi Setiawan, ketua Komunitas Roodeburg Surabaya mengatakan Gedung Basuki Rahmat dulunya merupakan markas Tentara Keamanan Pelajar (TKR) Tentara Keamanan Pelajar (TKR), dimana Rumah Air Surabaya saat ini menjadi salah satu tempat persembunyian utama.

“Dulu ada juga gedung SD, itu tempat dapur umum,” imbuhnya.

Dari luar, gedung berlantai dua ini masih nampak nuansa “Belanda”-nya, ditambah lagi keberadaan cagar budaya ini ditandai dengan tetenger berupa tugu yang berkeramik hitam yang berada tepat di depan Museum Rumah Air Surabaya ini.

Ketika masuk, pengunjung dibawa ke suasana perairan dengan nuansa biru dan tulisan “AIR” tepat didepan pintu masuk. Hal ini mengesankan bahwa apa yang ada di dalam Rumah air ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan air. Tempat duduk yang terbuat dari pipa bekas tertata rapi di sebelah pintu masuk lorong museum, juga terdapat papan yang berisi konten dari rumah air Surabaya ini.

Pintu lorong museum dibuat melingkar menyerupai pipa air yang identik dengan PDAM. Di lorong pertama pengunjung bisa melihat tentang air dan dunia kita termasuk karakteristik, krisis air, langkah penghematan dan sebagainya. Dipojokkan lorong ini terdapat beberapa jenis dan ukuran pipa yang dipakai PDAM serta alat patri yang digunakan di jaman kolonial.

Lorong selanjutnya pengunjung seakan dibawa ke masa kolonial Belanda, dalam lorong ini terdapat banyak barang peninggalan Belanda yang digunakan dalam mencukupi kebutuhan air di kota Surabaya kala itu. Salah satunya adalah pompa air legendaris yang dipasang tahun 1932 di Rumah Pompa Umbulan.

Masih diruang yang sama, pengunjung bisa mempelajari sejarah perkembangan
penyediaan air untuk kebutuhan warga Kota Surabaya dari tahun ke tahun sebelum PDAM disahkan menjadi perusahaan daerah tahun 1976.

Lorong selanjutnya pengunjung masih bisa menikmati nuansa kolonial belanda,
lorong ini berisi Weirstan yaitu alat untuk start pompa, ada juga berkas-berkas
peninggalan Belanda. Berkas dengan judul “Plan Der Voornaamste Leidingenvan het standnet” atau perencanaan jaringan pipa air perkotaan Surabaya.

“Berkas ini teksnya masih asli menggunakan bahasa Belanda dan kami mendapatkanya saat ada Profesor dari Belanda yang berkunjung ke kantor kami untuk melakukan penelitian tentang infrastruktur yang pernah dibangun Belanda di Kota Surabaya, salah satunya PDAM ini,” terang Manajer Sekretariat dan Humas, Ari Bimo Sakti.

Sebelum keluar lorong ini, pengunjung bisa melihat kran air kuno serta meter air kuno yang masih terbuat dari bahan kuningan.

Setelah melewati lorong ketiga, pengunjung disuguhkan ke lorong transisi dari
masa lalu ke masa kini. Dokumentasi-dokumentasi jaman dulu tersusun rapi berurutan hingga dokumentasi saat ini. Pengunjung bisa melihat bagaimana potret PDAM serta cara dokumentasi pekerjaan-pekerjaan jaman dulu. Potret transisi pintu air jagir jaman dulu ke masa kini juga terpampang di sudut lorong ini, sehingga pengunjung bisa melihat bagaimana kondisi pintu air jagir jaman dulu.

Di lorong ini pula pengunjung diajak mempelajari proses pengolahan air yang digunakan oleh PDAM saat ini, mulai dari air baku yang diambil dari sungai Surabaya hingga menjadi air layak konsumsi. Terlihat dua maket Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ngagel dan IPAM Karangpilang yang bertujuan untuk menjadi peraga saat menjelaskan proses pengolahan air kepada pengunjung.

Dosen Hukum Lingkungan Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan (UPH)
Surabaya, Sari Mandiana, yang mendampingi mahasiswanya saat berkunjung ke Rumah Air Surabaya (17/1) menuturkan pihaknya sangat mengapresiasi adanya Rumah Air Surabaya ini karena masyarakat bisa mempelajari cara-cara pengolahan air dari jaman dulu sampai sekarang.

Selain maket instalasi, di lorong PDAM masa kini ini bisa dilihat peralatan yang
digunakan PDAM Surya Sembada, serta prestasi-prestasi yang diraih dalam memberikan pelayanan air minum untuk warga Kota Surabaya. Di lorong terakhir pengunjung disuguhkan dengan proses pengolahan Kran Air Siap Minum (KASM), dimana KASM merupakan upaya awal yang dilakukan PDAM Surya Sembada untuk menyediakan air yang siap minum sampai ke Pelanggan.

Di lorong teknologi air masa depan ini, PDAM juga menampilkan rencana ZAMP atau Zona Air Minum Prima yang merupakan pembentukan wilayah yang akan menjadi percontohan air yang layak konsumsi hingga ke Pelanggan. Terakhir, pengunjung bisa menikmati KASM yang terletak di dekat pintu keluar
lorong museum.

Secara keseluruhan, semua peralatan yang ada didalam museum Rumah Air ini
dikumpulkan oleh tim dari PDAM sejak dua tahun yang lalu, banyak alat-alat
peninggalan Belanda juga berbagai diorama yang menggambarkan perkembangan teknologi pengolahan air minum dari masa ke masa, sehingga secara umum sudah siap untuk menjadi Museum Rumah Air Surabaya.

Bimo, sapaan akrab Ari Bimo Sakti, menambahkan walaupun belum dibuka
secara resmi Museum Rumah Air ini bisa dikunjungi oleh masyarakat yang ingin
berkunjung dengan cara menghubungi dan membuat janji dengan PDAM Surya
Sembada, karena akan disediakan petugas yang akan mendampingi serta menjelaskan kepada pengunjung. Ia juga menceritakan bahwa Kamis (19/1) Museum Rumah Air Surabaya dikunjungi dari komunitas blusukan Surabaya untuk lomba dan hunting foto.

Sebelumnya ada beberapa kunjungan dari mahasiswa UPH Surabaya dan juga Universitas Airlangga ke Rumah Air Surabaya. Nantinya peserta wisata edukasi yang biasanya hanya di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) juga diperkenalkan dengan Rumah Air Surabaya ini.

Lebih lanjut, hal ini merupakan cara memperkenalkan Rumah Air Surabaya ke
masyarakat untuk mendapatkan timbal balik lalu memperbaikinya, sebelum dibuka secara resmi.

“Kami juga menggunakan media sosial untuk mempromosikan Rumah Air
Surabaya ini, kalau di Instagram bisa dicari dengan tanda pagar rumah air surabaya (#rumahairsurabaya),” pungkas lelaki berkaca mata ini.

Nantinya setelah diresmikan, diharapkan museum Rumah Air Surabaya ini tidak hanya edukatif dan informatif namun juga menarik untuk Pengunjung.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini