Pasca Kerusakan Terumbu Karang, Bagaimana Nasib Raja Ampat ?

Pasca Kerusakan Terumbu Karang, Bagaimana Nasib Raja Ampat ?
info gambar utama

Berbicara mengenai traveling, tak ada yang menolak bahwa aktivitas atau hobi ini seperti vitamin yang menambah gairah dan semangat dalam menjalani hidup. Banyak hal yang bisa diulik dari manfaat melakukan traveling. Mulai dari kemandirian, belajar mengenal diri sendiri, bertemu orang baru, wawasan yang semakin luas, dan inspirasi yang mengalir bersamaan dalam melalukan traveling itu sendiri. Namun, jangan lupa bahwa ada aspek yang lebih penting dari itu semua, yaitu masa depan. Beberapa atau banyak dari kita yang melakukan traveling, seringkali tak disadari membuang sampah di laut, pantai, ataupun melakukan hal-hal lain yang berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. Fokus pada yang menyenangkan hari ini, namun acap kali lupa pada keberadaan hari esok. Singkatnya, hari yang akan datang adalah refleksi komitmen kita pada hari ini.

Di Indonesia, ada salah satu tempat yang sudah sangat terkenal akan panorama dan keindahan alamnya sebagai objek wisata, yaitu Raja Ampat. Namun, insiden yang menyedihkan terjadi baru-baru ini pada objek yang berada di provinsi Papua Barat tersebut. Tepatnya 4 Maret 2017, berbobot 4.200 GT dengan 102 turis dan 79 ABK yang dinahkodai oleh Kapten Keith Michael Taylor, MV Caledonian Sky kandas dan menabrak terumbu karang dengan luas area yang mencapai 1.600 meter persegi di perairan yang terlalu dangkal tersebut. Djoko Hartoyo, selaku pejabat Biro Informasi dan Hukum Kemenko Bidang Kemaritiman menyatakan bahwa "terumbu karang yang dirusak tepat berada di jantung Raja Ampat, sebuah pusat keanakeragaman hayati laut. Padahal, untuk bisa menumbuhkan kembali terumbu karang butuh waktu ratusan tahun. Tetapi, dirusak oleh sang kapten kapal hanya dalam waktu satu hari."

Terumbu karang rusak akibat tabrakan kapal (foto: detik)
info gambar

Dia juga menambahkan bahwa “mustahil untuk memperbaiki atau mengkonservasi kembali bagian terumbu karang yang telah rusak dan mati itu. Ironisnya, ratusan ikan yang biasanya mengelilingi lokasi tersebut ikut menghilang.”

Merespon peristiwa yang sedang santer dibicarakan oleh para netizen ini, Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla angkat bicara terkait peristiwa tersebut. Menurut dia, apa yang telah terjadi pada terumbu karang di Raja Ampat, pemilik kapal pesiar Caledonian Sky harus mengganti rugi dari dampak kerusakan yang telah diciptakan. “Dia harus bayar. Kapal itu kan ada asuransinya. Dia harus bayar,” kata Kalla usai menghadiri rapat persiapan Asian Games 2018 di Kantor Kemenpora, Jakarta, Rabu (15/3/2017)

Terkait perdebatan apakah insiden ini mengandung muatan kesengajaan atau tidak, baru-baru ini menyeruak fakta baru yang didapat dimana sebenarnya MV Caledonian Sky ini sudah 4 kali melewati Raja Ampat, Indonesia. Lantas, bagaimana hal ini bisa terjadi? Dirjen Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Karliansyah menyatakan, sebenarnya sudah yang keempat kali kapal ini ke sini, namun ada satu hal yang membedakan." Tiga kali kedatangan sebelumnya, kapal tersebut berlayar sesuai aturan dan tak membuat kerusakan. Namun, dalam kunjungan yang keempat ini, kapal tersebut merusak terumbu karang di perairan wisata dunia itu, ujar dia. Jadi di kali keempat ini, kapal tersebut jika dilihat melalui rute yang ada, dia telah menyimpang setengah mil dari titik yang diberikan. Jadi ini jelas human error, pungkasnya.

Melihat fenomena yang terjadi, Pemkab Raja Ampat pun langsung berkomunikasi dengan pihak kapal. Dan dari pihak kapal juga telah berjanji akan bertanggung jawab. Saat ini sebagian wilayah Raja Ampat telah ditutup untuk survei kerusakan yang terjadi. Selain itu, pemerintah juga sedang dalam proses pengumpulan data untuk memproses hukum Caledonian Sky. Terkait proses justifikasi lebih lanjut terhadap kapal pesiar asal Inggris tersebut, mari sebagai warga Indonesia yang baik, secara bersama-sama menjaga keindahan dan warisan alam dari Bangsa Indonesia. Mempelajari dari kesalahan yang telah terjadi pada masa silam dan memulai dengan tindakan paling kecil yang kita bisa lakukan dalam rangka menjaga dan memelihara kekayaan dan kebudayaan bangsa Indonesia.


Sumber : cnn.indonesia.com, rappler.com/indonesia, nasional.kompas.com, detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini