Ragam Budaya, Ragam Kuliner Nusantara

Ragam Budaya, Ragam Kuliner Nusantara
info gambar utama

Sebagai orang Indonesia, menyantap nasi goreng untuk menu sarapan pasti hal yang sudah biasa. Nasi goreng bahkan sering menjadi standar makanan pagi yang disediakan oleh hotel, perusahaan, ataupun penyelenggara kegiatan wisata. Pesan ibu yang selalu mengingatkan saya untuk mengisi perut setidaknya dengan sedikit asupan nasi di pagi hari ketika hendak melakukan aktifitas yang panjangpun selalu terngiang.

Beberapa bulan lalu, saya berwisata ke Pulau Seribu bersama 2 teman yang sudah saya kenal sejak SMP dan juga 1 teman yang baru saya kenal sebulan terakhir yang berasal dari Brazil. Soal berwisata, tidak banyak yang berbeda di antara budaya Indonesia dan Brazil, mengingat kami semua sama-sama suka dengan pantai dan laut. Sampai akhirnya tiba saat kita menyantap makan pagi.

Menu pagi hari itu yang disediakan adalah nasi goreng, lengkap dengan telur dan kerupuk. Kedua teman saya yang sejak lahir sudah berada di Indonesia tentu melahap nasi goreng tersebut. Saya yakin mereka juga mengingat pesan ibu mereka soal pentingnya nasi di pagi hari.

Lain halnya dengan teman asal Brazil saya. Ia heran dengan orang Indonesia yang menyantap nasi goreng sebagai sarapan. Ia pun dengan jelas menyatakan bahwa tidak mungkin ia menyantap nasi sebagai makanan di pagi hari. Menurutnya nasi adalah makanan yang terlampau berat untuk mengisi perut di pagi hari.

Saya memberikan penjelasan bahwa nasi memang hal yang wajar di Indonesia baik untuk makan pagi, siang, dan malam. Walaupun demikian, masyarakat Indonesia juga menyantap beragam makanan di pagi hari mulai dari bubur ayam, roti, atau nasi uduk. Dan pernyataan terakhir saya pun membuat saya menyadari bahwa Indonesia punya beragam jenis menu sarapan.

Tinggal bersama orang tua tentu membuat kita dimanja dari segi makanan. Apalagi jika memilki orang tua yang senang memasak. Jika berbicara nasi goreng saja, kita bisa merasakan berbagai jenis nasi goreng. Mulai dari nasi goreng kecap, nasi goreng seafood, atau nasi goreng ikan asin. Dan sebagai anak tentu saya selalu menikmati apapun masakan yang telah disediakan.

Beranjak dewasa saya mulai mengerti bahwa begitu banyak jenis makanan yang ada di Indonesia. Masing-masing wilayah di Indonesia memiliki makanan khasnya masing-masing, yang tak jarang disantap untuk menu sarapan. Atau jujur saja kita semua tahu banyak juga yang menjadikan menu makan siang menjadi menu sarapan. Dan itu hal yang dipandang normal.

Gudeg adalah salah satu makanan daerah favorit saya yang berasal dari Yogyakarta. Saat pertama kali mencobanya, saya sedang berada di Yogyakarta untuk menyantap makan siang. Kini, jika ada menu gudeg di menu rumah makan yang saya kunjungi di pagi hari, bukan tidak mungkin bagi saya untuk memesannya sebagai menu sarapan.

Atau tak perlu jauh-jauh ke Yogyakarta. Di hari Sabtu, saya biasa ikut ibu saya ke pasar. Di situ saya bisa menemukan banyak ragam makanan mulai dari dimsum, ketoprak, gado-gado, sampai kerak telor. Semua makanan tersebut sangat mungkin untuk saya pilih sebagai menu sarapan saya.

Budaya di Indonesia memang sangatlah beragam. Termasuk kulinernya. Masing-masing daerah memiliki makanan khasnya sendiri. Kini sejak saya tinggal di Jawa Barat selama beberapa tahun terakhir, menu favorit makan pagi sayapun bergeser menjadi lontong kari. Potongan daging ayam atau sapi, telur, juga lontong yang dilengkapi dengan kuah kaya santen dan rasa kari ini sangat sulit untuk ditolak di pagi hari.

Rasanya membicarakan menu sarapan di Indonesia memang tidak ada habisnya. Tidak dapat dipungkiri memang ragam budaya di Indonesia ini juga merupakan alasan beragamnya kuliner nusantara.

Entah dari mana awalnya gagasan nasi goreng sebagai menu sarapan masyarakat Indonesia. Mungkin ada pengaruh dari para pendatang yang berasal dari Tiongkok atau bisa jadi sudah kebiasaan sejak zaman Belanda dahulu. Yang jelas, kini gerai nasi goreng dapat kita temukan sejak pagi sampai malam hari di berbagai sudut kota.

Dan jika kembali ke pembahasan di awal mengenai makanan pagi khas Indonesia, nampaknya tak ada satu jawaban pasti yang dapat diberikan. Mungkin membuat buku mengenai kekayaan menu sarapan dari Sabang sampai Merauke bisa menjadi ide yang menarik.


Sumber : thejakartapost.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini