"Kebijakan Arah Selatan": Memanfaatkan Kehangatan Indonesia - Taiwan

"Kebijakan Arah Selatan": Memanfaatkan Kehangatan Indonesia - Taiwan
info gambar utama

*Tulisan ini adalah ringkasan dari Pembukaan Simposium PPI Taiwan - Asia Oceania 2017 bertema "Transformation of Indonesia-Taiwan Relations Under New South Bound Policy: Restrospect and Prospect for Future Cooperation"

Sebelum saya berangkat ke Taipei beberapa minggu lalu, saya bertanya kepada beberapa kawan dekat saya, apa yang terlintas dalam benak mereka saat disebut "Taiwan". Ada yang menjawab "Meteor Garden", ada yang menjawab "Asus", dan ada yang menjawab "Vaness Wu". Saya cukup mengenal Asus, namun tak banyak mengenal dua yang lain.

Di Asia Timur, bagi Indonesia, Taiwan adalah negeri yang 'less-travelled", setidaknya dibandingkan dengan Jepang, Korea, atau China. Sepertinya, perlu digalakkan lagi mengenai bagaimana Indonesia bisa belajar dan memanfaatkan hubungan baik dengan Taiwan. Indonesia memang menganut kebijakan "one-china", namun tak berarti kedua negara tak bisa berhubungan di luar diplomatik. Bahkan sejak lama, tepatnya tahun 1971, Taiwan dan Indonesia masing-masing mendirikan kantor perwakilan di Jakarta dan Taipei pada tahun 1971. Pada tahun 1989 "Chinese Chamber of Commerce ," berganti nama menjadi "Taipei Economic and Trade Office, Indonesia " (Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taipei di Indonesia), dan hal ini menambah kedekatan hubungan di antara kedua negara di berbagai bidang. Pada akhir tahun 2015, dibuka kantor perwakilan di Surabaya dengan nama “Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taipei di Surabaya”.

Taiwan sendiri adalah mitra dagang terbesar ke-10 Indonesia, dan bagi Taiwan, Indonesia merupakan negara penting bagi Taiwan. Sepanjang tahun 2016, nilai investasi perusahaan Taiwan di Indonesia sudah mencapai US$ 20 Juta. Keunggulan Indonesia, bagi Taiwan, adalah perekonomiannya tumbuh stabil, ditambah jumlah kelas menengahnya terus meningkat. Diperkirakan pada tahun 2020, jumlah kelas menengah di Indonesia juga terus tumbuh dengan cepat.

HTC, made in taiwan | Focus Taiwan
info gambar

Taiwan sangat unggul di sektor inovasi dan informasi teknologi (IT), peralatan mesin manufaktur dan elektronik. Taiwan juga mempunyai sejarah unik bagaimana bertransformasi dari negara agraris, menjadi negara berbasis industri, dan kemudian menjadi berbasis inovasi dan IT. Indonesia bisa belajar bagaimana menumbuhkan, mengembangkan, dan memperkuat pondasi untuk transisi menuju industrialisasi.

Pemerintah Taiwan baru-baru ini meluncurkan kebijakan New Southbound Policy. Melalui kebijakan ini, Pemerintah Taiwan mendorong perusahaan Taiwan agar menanamkan modalnya di Indonesia. Taiwan memiliki kekuatan inovasi serta industri yang kuat dimana inovasi tersebut bisa dikembangkan di Indonesia. Taiwan bisa membantu Indonesia untuk jump-front, tanpa perlu melewati fase-fase ekonomi yang konvensional.

“New Southbound Policy” sendiri diluncurkan meningkatkan struktur ekonomi eksternal Taiwan dalam berbagai bidang, dan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar tertentu. Empat pilar utama dari kebijakan ini adalah mendorong kerjasama ekonomi, pertukaran talenta (talent exchange), berbagi sumber daya, serta memperkuat hubungan kawasan, terutama dengan Indonesia, sebagai defacto leader di Asean.

Indonesia yang sedang gencar membangun di berbagai bidang untuk mengejar ketertinggalan, bisa mendapatkan manfaat signifikan dari Taiwan, dan juga bisa menjadi benchmark penting bagaimana bertransformasi menjadi negara yang maju, dalam waktu yang relatif singkat.

Referensi :

https://nspp.mofa.gov.tw/nsppe/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini