Indonesia Mampu Produksi Rubber Airbag, Perkuat Posisi Negara Maritim

Indonesia Mampu Produksi Rubber Airbag, Perkuat Posisi Negara Maritim
info gambar utama

Meningkatnya lalu lintas aktifitas laut di Indonesia mendorong tingginya permintaan produksi kapal. Tidak ketinggalan kebutuhan terhadap rubber airbag atau kantong udara juga otomatis meningkat karena kantong ini dibutuhkan untuk dalam proses produksi kapal. Namun selama ini rubber airbag yang digunakan oleh galangan-galangan kapal masih produk impor. Itu sebabnya, dalam rangka memanfaatkan karet alam Indonesia Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan rubber airbag yang dapat diproduksi di dalam negeri.

Sebagaimana dilansir di laman resmi Ristekdikti, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Mohamad Nasir mengungkapkan bahwa produk ini merupakan upaya untuk memberdayakan produk dalam negegi dan mengurangi impor.

“Kita perlu adanya inovasi untuk memberdayakan produk dalam negeri dan mengurangi impor. Namun, inovasi tanpa investor tidak akan bisa terwujud. Inovasi tanpa inventor maka tidak akan bermanfaat, harus terjalin kolaborasi antara penemu atau peneliti dengan pemodal,” ujar Menteri Nasir saat peninjauan di PT. Indonesia Marine Shipyard (IMS), Gresik, Senin (20/2).

Nasir menjelaskan bahwa komposisi rubber airbag sebagian besar merupakan bahan baku asli dalam negeri dan hanya sebagian kecil yang masih diimpor.

“Bahan bakunya dari karet. Jadi 90 persen bahan rubber air bag ini bisa diproduksi dalam negeri, dan hanya 10 persen yang masih diimpor. Karena 10 persen sisa bahan adalah cairan zat kimia yang belum bisa diproduksi dalam negeri,” jelas Nasir.

Rubber Airbag sendiri adalah perangkat yang digunakan galangan untuk membantu proses menaikkan ataupun menurunkan kapal dari laut ke galangan maupun sebaliknya. Proses ini dilakukan dalam rangka reparasi maupun dalam pembangunan kapal baru.

Rubber Airbag mampu menahan beban kapal (Foto: ristekdikti.go.id)
info gambar

Dalam hal produksi masal produk rubber airbag tersebut, BPPT telah bekerja sama dengan industri lokal seperti PT Mitra Prima Sentosa (MPS) dan PT Indonesia Marine Shipyard. Diharapkan industrialisasi kantong udara ini dapat mendukung agenda poros maritim Indonesia.

“Awalnya kita berfikir bagaimana memanfaatkan karet ini sehingga lebih bermanfaat dalam bentuk jadi daripada di ekspor, dengan bekerja sama dengan industri lokal, akhirnya kita membuat rubber airbag ini melalui dana insentif untuk hilirisasi produk inovasi,” ucap Kepala BPPT, Unggul Priyanto.

Menurutnya, kebutuhan rubber airbag di Indonesia cukup tinggi akibat meningkatnya produksi kapal yang mencapai 28,3% sedangkan pertumbuhan galangan sendiri mencapai 10%. Adanya kantong udara lokal ini tentu saja akan banyak membantu industri kapal mengingat produknya dibuat di dalam negeri sehingga relatif lebih murah daripada produk impor.

Di momen yang sama, perwakilan PT. Mitra Prima Sentosa (MPS), Sofyan Lesmana mengungkapkan bahwa pihaknya akan bersama-sama dengan BPPT memanfaatkan hasil penelitian-penelitian demi memanfaatkan kekayaan alam Indonesia.

“Salah satu alasan kenapa kita buat Rubber Airbag ini adalah suatu galangan yang inovatif, murah dan bisa dengan cepat menekan dan menurunkan kapal, tidak perlu bangunan yang canggih, cukup bibir pantai yang rapih, maka kapal bisa diperbaiki,” ungkap Sofyan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini