Sebuah Bukti Kekayaan Budaya Manusia Purba di Asia Tenggara Ada di Indonesia

Sebuah Bukti Kekayaan Budaya Manusia Purba di Asia Tenggara Ada di Indonesia
info gambar utama

Jika kita mengingat kembali pelajaran geografi semasa sekolah, pasti kita tak asing bahwa persebaran fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga. Yaitu kawasan Orientalis, Australis, dan Wallacea (peralihan). Dibatasi oleh Garis Wallace di sebelah barat dan Garis Weber di sebelah timur, kawasan Wallacea terdiri dari gugusan kepulauan Indonesia Tengah seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga kepulauan Maluku. Kawasan Wallacea tergolong unik karena fauna yang ditemukan berbeda dengan kedua kawasan lainnya yang menyerupai fauna Asia dan Australia. Keunikan kawasan Wallacea tidak cukup sampai di sini saja.

Babirusa, spesies babi liar endemik Pulau Sulawesi © Masteraah / CC BY-SA 2.0 de
info gambar

Baru-baru ini sejumlah ilmuwan arkeologi menemukan berbagai artefak prasejarah di Pulau Sulawesi. Berdasarkan artikel dari jurnal ilmiah PNAS yang dipublikasikan minggu ini, Gua Leang Bulu Bettue menjadi lokasi penemuan sejumlah perhiasan dan karya seni yang diperkirakan berasal dari sekelompok manusia yang hidup pada zaman Pleistosen Akhir.

Temuan-temuan tersebut menunjukkan kekayaan budaya pada peradaban prasejarah manusia di Asia Tenggara. Selain itu, para ilmuwan juga berpendapat bahwa satwa-satwa endemik kawasan Wallacea juga berpengaruh pada aspek spiritual kelompok manusia yang bermigrasi dari Asia menuju Australia.

Artefak-artefak yang ditemukan tersebut diperkirakan berasal dari periode waktu 30.000 hingga 22.000 tahun yang lalu. Salah satu artefak perhiasan yang ditemukan adalah kalung yang tersusun dari untaian potongan taring babirusa. Perhiasan lainnya berupa kalung yang terbuat dari tulang jari kuskus beruang Sulawesi.

Artefak perhiasan yang ditemukan berupa kalung yang berasal dari taring babirusa dan tulang jari kuskus ©
info gambar

Baik babirusa maupun kuskus merupakan binatang khas kawasan Wallacea di Pulau Sulawesi. Babirusa merupakan spesies babi liar yang unik karena memiliki taring yang panjang dan melengkung. Sedangkan kuskus beruang Sulawesi merupakan spesies marsupialia (berkantung perut) endemik dari Sulawesi.

Selain itu, para arkeolog juga menemukan sejumlah perkakas batu dengan bermacam-macam bentuk dan motif. Namun hingga kini, para ilmuwan masih belum mengetahui fungsi dari sejumlah peralatan purba tersebut. Sejumlah lukisan-lukisan gua juga ditemukan di lokasi yang sama.

Temuan Prasejarah Pulau Sulawesi dan Gelombang Migrasi Purba

Temuan di Gua Leang Bulu Bettue tersebut bukanlah penemuan purba yang pertama di Pulau Sulawesi. Pulau ini kerap kali menjadi salah satu tempat penggalian dan penelitian peninggalan-peninggalan prasejarah. Pada tahun 2014, para arkeolog menemukan lukisan purba di gua-gua di Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan-lukisan tersebut berbentuk telapak tangan, hewan, hingga manusia. Lukisan kuno tersebut berumur sekitar 40.000 tahun dan dinyatakan sebagai lukisan tertua di dunia.

Lukisan gua berupa telapak tangan yang ditemukan di Sulawesi Selatan ©
info gambar

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, temuan-temuan purbakala tersebut menunjukkan adanya ikatan spiritual antara manusia dengan hewan. Munculnya hubungan ini tidak hanya ditemukan pada peradaban kelompok-kelompok manusia purba di kawasan Wallacea. Pola ikatan yang sama juga ditemukan pada peradaban purba di Australia. Dengan kata lain, keunikan Pulau Sulawesi menjadi faktor pembentuk peradaban manusia purba di kawasan Australasia.

Peta wilayah Nusantara dan kawasan Wallacea. Kawasan ini dibatasi oleh garis Wallace dan garis Weber ©
info gambar

Manusia-manusia purba menghuni benua Australia sejak 50.000 tahun yang lalu. Namun sebelum itu, manusia-manusia purba yang berasal dari Asia melakukan migrasi ke arah selatan. Gelombang migrasi tersebut kemudian melewati kawasan Wallacea, salah satunya Pulau Sulawesi. Di Pulau inilah kemudian sejumlah manusia purba pertama kalinya bertemu langsung dengan berbagai mamalia darat yang unik dari Sulawesi. Interaksi inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal pola ikatan antara manusia dengan hewan yang ditemukan pada suku Aborigin di Australia.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

Sumber gambar utama: Justin Mott (via abc.net.au).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini