Menjawab Solusi Masalah Sampah ala Kevin Kumala

Menjawab Solusi Masalah Sampah ala Kevin Kumala
info gambar utama
Gunungan sampah plastik
info gambar

Perkembangan penduduk Indonesia termasuk salah satu yang paling cepat di dunia. Dihimpun dari Indonesia-investmen.com terhitung pada tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 255 juta jiwa. Sayangnya, peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, berbanding lurus dengan banyaknya sampah yang dihasilkan penduduk.

Jika sehari saja masyarakat Indonesia mampu menghasilkan sekitar 200 ribu ton per hari, maka berapa banyak sampah yang dihasilkan dalam setahun? 1,8 juta ton per tahun. Belum lagi sampah plastik kemarin hari yang pada dasarnya susah terurai. Hal tersebut menambah daftar panjang pekerjaan rumah yang harus segera di selesaikan.

Kevin Kumala
info gambar

Adalah Kevin Kumala, pemuda Indonesia asal Bali yang mencoba menciptakan solusi masalah sampah ini. Ia menemukan plastik ramah lingkungan, yang saking ramahnya, plastik ini tetap aman jika tidak sengaja tertelan. Plastik ini aman karena dapat dicerna oleh organ pencernaan manusia. Dalam membuktikan hal tersebut, Kevin mencoba melarutkan plastik buatannya kedalam gelas berisi air panas. Plastik tersebut ternyata larut dengan air panas, kemudian ia meminumnya. Dan hasilnya? Aman.

Dalam pengelolaan sampah, kita mengenal istilah 3R, yakni Reduce, Reuse, Recycle. Namun, menurut Kevin slogan 3R masih kurang mempengaruhi pola pikir masyarakat. Karenanya dibutuhkan lagi 1R, Replace. Oleh karena itu, melalui bioplastik ini, ia berusaha mengganti bahan dasar plastik yang susah terurai menjadi plastik yang mudah terurai, yakni berbahan dasar pati singkong dan minyak sayur.

"Saya tidak antagonistik dengan gerakan 3R. Tapi yang mengkhawatirkan, 3R itu tersimpan dalam alam bawah sadar. Ketika sibuk, kita tidak bisa melakukan itu. Maka kita harus kampanyekan satu R lagi, Replace (membuat pengganti)," ujar Kevin.

Bioplastik
info gambar

Plastik ramah lingkungan ala Kevin Kumala ini tidak lahir begitu saja. Berawal dari keresahan Kevin yang melihat banyaknya tumpukan sampah plastik yang semakin hari semakin menggunung, ia berinisiatif untuk membuat plastik yang ramah lingkungan dan mudah terurai. Selama tiga tahun ia melakukan riset bagaimana membuat plastik ramah lingkungan yang kuat. Ia melakukan sensitivity analysis, mengukur persentase kandungan selulosa dan amilosa. Namanya adalah bioplastik.

Sebenarnya produk bioplastik sendiri bukanlah suatu hal baru, karena di Eropa pun sudah banyak diproduksi. Namun produksi bioplastik disana menggunakan bahan dasar jagung ataupun serat bunga matahari, yang memakan biaya tidak sedikit.

Di sini, produk bioplastik yang dibuat oleh Kevin berbahan dasar singkong yang minim pati, karena memang Indonesia memproduksi singkong hingga 24-25 ton per tahun. Bioplalstik ini harganya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan bahan baku bioplastik di Eropa. Selain itu, produk bioplastik juga memiliki beberapa keunggulan antara lain, aman bagi pencernaan, dapat larut dengan air panas, dapat terurai selama 90 hari, dan kualitas produk memiliki kekuatan yang sama seperti plastik pada umumnya, dan yang terpenting adalah ramah lingkungan. singkatnya, produknya ini memang didesain menjadi produk yang biodegrable dan compostable.

Mengembangkan Perusahaan Bioplastik Ternama Di Indonesia

Produksi bioplastik Avani Eco
info gambar

Saat ini, Kevin tengah disibukkan dengan pengolahan bioplastik di perusaahaanya yang bernama Avani Eco. Menariknya perusahaannnya tersebut bukan hanya memproduksi kantong bioplastik, tetapi juga replace styrofoam menggunakan ampas tebu yang juga dapat terdekomposisi dalam 90 hari.

“Lalu ada sedotan plastik dari pati jagung. Papercup dari pati jagung dan sendok makan dari bahan kayu yang biodegradable. Banyak produk lain yang temanya disposable plastik,” ungkap Kevin.

Didirikan pada tahun 2014, dalam setahun, kapasitas produksi Avani Eco meningkat pesat, dari yang awalnya 0,2 ton per hari pada awal 2016, saat ini, mencapai lebih dari 4 ton per hari. Selain itu, produk anak bangsa satu ini mendapat respon positif dari berbagai negara lain. salah satunya Australia yang menjadi pelanggan tetap yang memasok produk bioplastik milik Kevin ini. Selain itu, bioplastik, produk Avani Eco ini juga terpilih mewakili Indonesia di festival industry kreatif South by South West (SXSW) yang diselenggarakan di Austin, Texas pada 10-19Maret 2017 lalu.

Jika dibandingkan dengan plastik pada umumnya, harga bioplastik memang lebih mahal, namun penggunaan bioplastik tidak memberikan efek negatif bagi alam, termasuk jika terbuang kelaut dan tidak senganja dimakan oleh hewan laut. ”Untuk produk plastik, selisih harga Rp 200 – 3000. Sementara untuk sedotan selisih harganya cuma Rp 80. Tapi, uang dalam jumlah sedikit itu bisa memberi dampak besar.”

Efek yang dihasilkan dalam penggunaan produk bioplastik ini memang tidak bisa dirasakan secara langsung, namun bisa dibayangkan jika kita sama-sama mengkampanyekan 3R + 1R, jumlah sampah pertahun yang dihasilkan Indonesia dapat diminimalisir dan lebih bersahabat dengan lingkungan.


Sumber : Diolah dari berbagai sumber.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini