Ini Caranya Tinju Selamatkan Penderita HIV/AIDS

Ini Caranya Tinju Selamatkan Penderita HIV/AIDS
info gambar utama

Di sebuah rumah di Bandung, tidak jauh dari pondok pesantren Daarut Tauhid, olahraga tinju menyelamatkan para penderita HIV/AIDS setiap harinya.

Didirikan oleh lima orang mantan konsumen NAPZA ilegal pada tahun 2013, organisasi komunitas ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS dan mantan pengguna narkoba, serta mengajak masyarakat untuk melawan stigma melalui olahraga.

Ginan Koesmayadi, salah satu pendiri Rumah Cemara, yang telah menderita HIV/AIDS selama hampir 16 tahun, bercerita tentang inspirasinya untuk mendirikan rumah komunitas ini ke Our Better World, program cerita inspirasi dari Singapore International Foundation. Ginan bercerita karena kurangnya informasi tentang HIV/AIDS di Indonesia, penderita HIV/AIDS masih menghadapi stigma dan diskriminasi dari masyarakat. Padahal, terdapat lebih dari 600.000 orang penderita HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan data dari UNAIDS, organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bergerak di bidang HIV/AIDS.

Ginan Koesmayadi, Rumah Cemara. Foto: Our Better World
info gambar

“[Saya] merasa sedih ketika semua piring, semua alat makan dipisah-pisahkan. [Saya] merasa terlukai, apalagi diberikan stigma oleh orang-orang terdekat, contohnya teman-teman dan keluarga,” kata Ginta.

Olahraga tinju di sasana Rumah Cemara merupakan cara untuk membantu orang seperti Ginta, para penderita HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA, dengan menjaga kesehatan mereka, membuka ruang untuk berinteraksi tanpa stigma, dan berkontribusi di masyarakat.

Rumah Cemara. Foto: Our Better World
info gambar

Dimas Bayu, salah satu petinju di Rumah Cemara, mengatakan pada Our Better World, dirinya merasa takut terhadap para penderita HIV/AIDS. Kini ia telah mengerti dan membantu melawan stigma dan diskriminasi. “Mereka juga sama seperti kita.”

Dimas juga memuji bagaimana Ginan dan Rumah Cemara membantunya menemukan jati diri melalui olahraga tinju. “Saya juga belajar tinju dari Ginan. Saya tau bagaimana cara memotivasi diri saya sendiri ketika saya jatuh dari Ginan. Sampai level saya seperti ini ya berkat Ginan juga.”

Kini, Rumah Cemara terus berkembang, dengan anggota yang terus bertambah. Jimmy, kepala bidang olahraga, tersenyum saat mengakui, “Paviliun tersebut tadinya kandang ayam.”

Rumah Cemara dan anggotanya hidup berdampingan secara harmonis dengan masyarakat setempat, di mana sebagian besar adalah santri dan ustadz di Daarut Tauhid.

“Kami telah mengundang para ustadz dari pesantren, mereka datang dan memberi doa restu,” kata Jimmy.

A story by Our Better World – telling stories of good to inspire action

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Indah Gilang Pusparani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Indah Gilang Pusparani.

Terima kasih telah membaca sampai di sini