Semangat Memberantas Korupsi Lewat Cerita Fiksi Ala Okky Madasari

Semangat Memberantas Korupsi Lewat Cerita Fiksi Ala Okky Madasari
info gambar utama

Banyak upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk mendukung budaya anti-korupsi di Indonesia. Cara yang dilakukan pun bermacam-macam, mulai dari yang normal dan biasa saja hingga cara unik dan anti-mainstream.

Badan resmi pemberantasan korupsi di Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sendiri telah mengupayakan berbagai cara untuk mengkampanyekan penanaman sikap anti-korupsi. Beberapa di antaranya adalah melalui permainan edukatif yang dikhususkan bagi anak, menggelar kegiatan panggung hiburan yang bekerja sama dengan PT KAI, hingga membuat permainan berupa board game dan game online yang berpusat di gedung lama KPK.

Permainan edukatif yang disebut pertama telah diluncurkan pada tahun 2015, dan diberi nama SEMAI yang berkepanjangan “Sembilan Nilai Permainan Anak Antikorupsi”. Seperti namanya, permainan ini berisikan 9 nilai anti-korupsi, antara lain kejujuran, kepedulian, kemandirian, keadilan, tanggung jawab, kerja sama, sederhana, keberanian dan kedisiplinan. Dengan permainan yang menyenangkan, anak-anak diharapkan akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter mulia dan berintegritas.

pihak KPK memberikan edukasi kepada siswa mengenai bahaya korupsi lewat permainan menyenangkan. dok/liputan6.com
info gambar

Permainan board games yang berpusat di gedung lama KPK dan panggung hiburan yang bertajuk “ngamen anti korupsi” yang digelar di Stasiun Besar Bogor juga menjadi bukti bahwa KPK selalu berupaya untuk menanamkan sikap anti-korupsi kepada generasi muda, khususnya kalangan pelajar.

KPK meyakini, bahwa jika nilai-nilai anti-korupsi diajarkan kepada anak sejak dini, maka akan membawa manfaat hingga generasi muda tersebut tumbuh besar dan ketika menjadi pejabat publik atau profesi lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Ketua KPK, Laode M. Syarif kepada liputan6.com.

Namun rupanya bukan hanya KPK saja yang giat dan berkonsentrasi mengupayakan penanaman sikap anti-korupsi lewat cara yang populer, terdapat pula beberapa tokoh publik lain dalam berbagai profesi yang juga berjuang untuk hal tersebut. Salah satunya adalah penulis perempuan pemenang Penghargaan Sastra Khatulistiwa 2012, Okky Madasari.

Mendukung Pemberantasan Korupsi Lewat Cerita Fiksi

Okky Madasari bukan nama yang asing di jagad literasi. Beberapa novel yang diterbitkannya berhasil mendapatkan respon positif dari pembaca tanah air. Pada tahun 2012, ia berhasil memenangkan sebuah penghargaan sastra yang paling dirayakan dan utama di Indonesia, Penghargaan Sastra Khatulistiwa untuk novel ketiganya, Maryam. Selain itu ia juga terpilih menjadi Penulis Indonesia Pilihan di ajang Frankfurt Bookfair 2015.

Okky Madasari, novel sebagai alat perjuangan
info gambar

Saat mendapat penghargaan Sastra Khatulistiwa, usianya 28 tahun. Dan ia tercatat sejarah sebagai orang termuda yang memenangkan penghargaan prestisius tersebut. Kiprah dan konsentrasinya di bidang literasi membuat ia ingin ikut berkontribusi dalam upaya pemberantasan korupsi lewat bidang yang ia gemari. Hal tersebut dituturkannya setelah menyatakan dukungan kepada KPK melalui konferensi pers bersama aktivis Perempuan Antikorupsi di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW) di Kalibata, seperti yang dilansir dari cnnindonesia.com.

Dalam konferensi pers tersebut Okky menyampaikan keinginannya untuk terus mendukung pemberantasan korupsi lewat novel, seperti yang telah ia lakukan lewat novelnya yang terbit pada tahun 2011 berjudul 86. Novel tersebut menceritakan seorang pegawai pengadilan yang terpengaruh oleh keburukan sistem dan orang-orang di sekitarnya hingga mempengaruhi karakter dirinya. Pegawai pengadilan yang awalnya sama sekali tidak memiliki niat untuk melakukan korupsi akhirnya terjebak menerima suap hingga ditangkap KPK.

beberapa novel Okky Madasari yang bertema kritik sosial, yang suda diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
info gambar

Okky percaya bahwa suatu kisah memiliki kekuatan yang besar dalam mempengaruhi pemikiran seseorang. Berangkat dari hal tersebut, Okky merasa bekerja sama dengan KPK menjadi hal yang perlu, agar masyarakat dapat memahami pentingnya budaya anti-korupsi lewat hal-hal yang dekat, personal, dan dapat menjangkau semua kalangan, seperti novel.

“Seandainya novel yang mengangkat isu korupsi seperti novel saya itu bisa dibaca banyak orang, bisa dibaca anak SMP, SMA, saya percaya akan memunculkan generasi baru yang anti korupsi,” tutur Okky

Selain novel, ia juga ingin bekerjasama langsung dengan KPK untuk mengangkat semangat memberantas korupsi ke media yang lebih luas dan populer jangkauannya, yaitu film. Hal tersebut menjadi salah satu konsentrasinya karena bagi Okky, sejak dahulu korupsi merupakan permasalahan utama di masyarakat yang dapat menjangkiti semua kalangan mulai dari kelas bawah, menengah, hingga masyarakat kelas atas.

*

diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini