Hari ini, tepatnya pada tanggal 28 April, diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Penetapan ini sangat erat kaitanya dengan ikon perpuisian Indonesia yakni Chairil Anwar. Sosoknya sebagai salah satu eksponen terpenting penulis atau sastrawan generasi 45, Chairil Anwar melahirkan sentuhan yang sangat modern dan juga bebas dalam puisi-puisinya dimana pada saat itu didominasi oleh langgang puisi Pujangga Baru.
Berbicara sentuhan modern yang diberikan oleh Chairil Anwar pada masanya, tentu kita bisa merayakan Hari Puisi Nasional ini dengan film-film masa kini yang memuat unsur-unsur puisi didalamnya. Bertepatan dengan long weekend, kawan bisa maraton film bersama teman-teman tanpa harus keluar rumah. Tetap hemat, alternatif ini menarik untuk menghabiskan waktu liburan kawan. Yuk, simak apa saja film tersebut.
Istirahatlah Kata-Kata
Mengupas sosok yang hilang pada saat kerusuhan tahun 1998, film ini menceritakan Wiji Thukul sebagai seorang penyair dan juga aktivis pro demokrasi. Dikenal melalui tulisan-tulisannya yang menggambarkan rakyat kecil dan pahitnya kemiskinan serta penderitaan pada masa Orde Baru, film ini sarat akan makna dan puisi didalamnya. Yosep Anggi Noen selaku sutradara mengatakan bahwa melalui film ini diharapkan hadir sebagai pengingat sosok dan karya penyair yang menakutkan pemerintahan lewat kata-katanya dan hingga sekarang tidak diketahui kabarnya.
Seperti yang dilansir oleh cnnindonesia.com, beginilah sepenggal tulisan Wiji Thukul yang terdengar dibacakan dalam film saat ia berada di Pontianak karena diburu polisi.
Istirahatlah kata-kata
Janganlah menyembur-nyembur
Orang-orang bisu
Tidurlah kata-kata
kita bangkit nanti
menghimpun tuntutan-tuntutan
yang miskin papa dan dihancurkan.
Rectoverso
Diangkat melalui penulis Dewi Lestari atau ‘Dee’, film ini merupakan adaptasi dari bukunya yang juga berjudul Rectoverso, dimana berisikan 5 cerita berbeda yang dirangkai menjadi satu film. ‘Hanya Isyarat’ ialah salah satu kisah didalamnya yang menggambarkan tokoh seorang Abang (kakak) yang mengalami rasa ketidakadilan yang terjadi dalam hidupnya. Hal tersebut digambarkan melalui puisinya seperti berikut ini.
“Ingin rasanya aku ikut berlari, berteriak agar kaukembali, mencengkeram bahumu agar kau tahu aku ada di sini. Namun bahasaku tinggal rasa”
Ketika Tuhan Jatuh Cinta
Menceritakan tokoh Fikri (Reza Rahardian), mahasiswa seniman pasir yang perjalanan hidupnya penuh lika-liki namun tetap tegar menghadapinya dikarenakan imanya yang kuat. Permasalahanya yang pelik mulai dari hubungan keluarga hingga percintaan, pun film ini dibumbui dengan kata-kata yang kaya pesan didalamnya.
Aku menjadi sebait puisi yang kesepian
Semakin ku coba bernyanyi, kian sesak hatiku
Sabda-sabda cintaku
kini serasa tak bermakna lagi
Adalah ketika yang kusanjung tak memiliki arti bahasa hati
Ada Apa Dengan Cinta
Yang terakhir adalah Ada Apa Dengan Cinta. Film legendaris ini menceritakan kisah romansa remaja SMA antara Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) yang keduanya sama-sama suka menulis dan juga puisi. Puisi tersebut merupaka karya sang penyair tanah air, Chairil Anwar. Sambil menonton, kawan bisa mencari tahu lebih terkait karya-karya Chairil Anwar lebih dalam. Berikut ini adalah penggalan puisi di film AADC ini.
Pecahkan saja gelasnya biar ramai / biar mengaduh sampai gaduh / Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih / Kenapa tak goyangkan saja loncengnya / biar terdera / Atau aku harus lari ke hutan lalu belok ke pantai?
Sumber: inspiratorfreak.com
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News