Indonesia, dan Penjelajahan Luar Angkasa

Indonesia, dan Penjelajahan Luar Angkasa
info gambar utama

Dalam beberapa bulan ke depan, wahana luar angkasa Cassini yang diluncurkan NASA 20 tahun lalu, akan mengakhiri misinya di planet paling eksotis di tata surya, Saturnus, sang planet bercincin. Misi terakhirnya adalah mengitari area antara Saturnus dan cincin-cincin spektakulernya, termasuk menembus cincin ituy sendiri. Kitaran Cassini ini akan menghasilkan gambar-gambar dan data yang akan dikirimkan kepada kita, manusia bumi, untuk memecah misteri planet sebelum hancur pada September mendatang dengan melebur di atmosfer Saturnus.

Cassini sendiri diluncurkan pada Oktober 1997, melalukan perjalanan selama 7 tahun, dan memasuki orbit Saturnus pada 1 Juli 2004. Salah satu misinya adalah memberikan jawaban atas misteri dan keingintahuan kita selama ini tentang cincin Saturnus yang tak henti memutari planet gas ini sepanjang waktu.

Amerika Serikat, pun juga negara-negara lain makin serius melakukan penjelajahan sudut-sudut angkasa, pun juga berencana membentuk koloni manusia di Mars, maupun tempat-tempat potensial lain di luar sana untuk dihuni manusia di masa depan. Selain itu juga mencoba mencari tahu, apakah ada kehidupan lain di luar sana, selain kehidupan di bumi.

Sejak awal peradaban, umat manusia sudah bermimpi untuk menjelajahi kosmos. Hingga saat ini, manusia sudah meluncurkan 60 misi sukses ke bulan (6 di antaranya adalah pesawat berawak yang berhasil mendarat di bulan). 17 misi sukses ke Mars, 13 misi ke tata surya bagian luar, dan 5 di antaranya sudah jauh meninggalkan tata surya.

Beberapa tahun terakhir, rasanya penjelajahan angkasa mulai memasuki babak baru. Badan-badan non pemerintah, mulai mempunyai agenda-agenda luar angkasa, baik itu perjalanan ke Mars, membuat roket luar angkasa yang mampu kembali ke bumi dan dipakai lagi, hingga misi antar-generasi, yakni mengirim wahana ke Alpha Centaury, sistem bintang terdekat dari tata surya kita, dengan jarak 4,2 sampai 4,4 tahun cahaya.

Film Interstellar, pembuka wacana | Interstellar
info gambar

Di ranah lain, ketertarikan publik akan luar angkasa juga makin menjadi. Mungkin terinspirasi oleh film-film box office seperti Gravity, Interstellar, The Martian, Star Wars : The Force Awakens, dan lain lain. Inilah yang kemudian membuat kesuksesan SpaceX maupun Blue Origin menjadi buah bibir, terutama para generasi muda. Luar angkasa menjadi isu yang besar, seksi, dan penuh potensi.

Elon musk dan roket Falcon - 9 | AmericaSpace
info gambar

Di Indonesia, Elon Musk dengan SpaceX-nya, begitu populer, digemari, dan diikuti gerak-geriknya. Mirip dengan (alm) Steve Jobs di masa lalu. "Space: the final frontier", kira-kira begitu semangat Elon Musk, milyarder yang penuh ide ini. Indonesia, sebagai sebuah kekuatan baru di Asia, sebaiknya memang tak lagi tertinggal di belakang. Ilmu pengetahuan, dan bisa jadi resources tak terbatas menunggu kita di angkasa sana, di luar atmosfer kita. Eksplorasi luar angkasa, adalah salah satu faktor terpenting yang akan mengubah spektrum kehidupan manusia di masa depan.

Roket Lapan. Bisakah Indoensia? | JakartaGreater
info gambar

LAPAN, pemerintah secara umum, dunia pendidikan, dan publik Indonesia sebaiknya mulai membentuk mindset bersama, untuk membangun ekosistem memanfaatkan luar angkasa untuk kemakmuran bersama. Misalnya, menyelesaikan pembangunan roket jarak jauh, atau membuka kembali wacana stasiun peluncuran luar angkasa, membuka kurikulum luar angkasa di sekolah-sekolah, atau...hal lain. Tentu diharapkan, hal ini akan memicu tumbuhkan common dreams di kalangan generasi muda, untuk bercita-cita menjadi ilmuwan, menjadi asronot, dan berani bermimpi terbang tinggi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini