Bentuk Pesawat Terbang Ternyata Terinspirasi dari Tanaman Indonesia Ini!

Bentuk Pesawat Terbang Ternyata Terinspirasi dari Tanaman Indonesia Ini!
info gambar utama

Para pengembang pesawat ternyata tidak hanya terinspirasi dari hewan-hewan yang bisa terbang seperti burung, capung, maupun kupu-kupu. Justru dari tanamanlah mereka menemukan inspirasi untuk membuat sayap pesawat dan tanaman tersebut merupakan tanaman asli Indonesia.

Tanaman dengan nama latin Alsomitra macrocarpa merupakan tumbuhan merambat yang hidup di pohon-pohon tripis dan merambat ke arah cahaya matahari. Sering disebut dengan mentimun jawa atau javan cucumber, tumbuhan ini banyak ditemukan di hutan hujan Jawa. Pada awalnya tanaman ini disebut dengan Zanonia macrocarpa pada tahun 1825 oleh Carl Ludwig Blume dari kumpulan material buah-buahan yang ada di Gunung Parang, Pulau Jawa. Kemudian tahun 1843 Maz Joseph Roemer mempublikasikan temuannya ini dengan nama Alsomitra macocarpa.

Tanaman ini memiliki biji bersayap dengan ukuran sekitar 13 sentimeter dan merupakan biji terbang terbesar di dunia. "Sayap" biji yang disebut dengan 'samara' ini bertekstur tipis dan lebar, membentang di kedua sisi biji yang ada di tepi bawah. Ketika biji ini matang ia nanti akan jatuh dan terbang melayang jauh dari pohon. Biji terbang inilah yang membuat tanaman ini dikenal karena biji buah mentimun jawa ini punya kemampuan terbang seperti kupu-kupu dengan jarak yang jauh.

Biji terbang Alsomitra macrocarpa (foto: wikimedia)
info gambar

Dengan massa sayap yang ringan itu maka biji ini bisa terbang dengan jarak yang cukup jauh dengan bantuan angin. Lantaran kemampuan aerodinamika yang unik ini, beberapa pakar penerbangan pun terinspirasi untuk membuat sayap pesawat yang kinerjanya mirip dengan biji mentimun jawa ini.

Pada tahun 1897, Profesor Ahlborn mempublikasikan sebuah jurnal yang mendeskripsikan tentang biji terbang tanaman Zanonia macrocarpa. Kemudian seorang pionir penerbangan asal Austria Igo Etrich dan Franz Xaver Wels mencoba membuat pesawat glider atau pesawat terbang layang dengan bentuk sayap yang mirip dengan tanaman ini. Pesawat tanpa awak buatan mereka pun berhasil terbang pada tahun 1904. Lalu pada tahun 1906, Etrich membuat Taube, pesawat yang digunakan untuk olahraga. Desain sayapnya mirip dengan tanaman Javan cucumber agar bisa terbang di udara dalam jarak yang jauh.

Pesawat yang dikembangkan Igo Etrich (foto: monash.edu.au)
info gambar
Pesawat rancangan Etrich (foto: monash.edu.au)
info gambar

Biji mentimun jawa ini juga menginspirasi Horten bersaudara untuk mengembangkan pesawat "flying-wing" pertama yang dikenal dengan pesawat Ho 229 untuk Nazi pada tahun 1944. Pesawat ini merupakan pesawat bersayap tanpa ekor dengan bermesin jet. Bentuk dari biji mentimun jawa diadaptasi pada pesawat ini karena bentuk seperti ini dianggap mampu mengurangi parasitic drag atau gaya hambat akibat gesekan antar permukaan pesawat.

Tanaman ini kemudian diteliti lagi oleh dua ilmuwan asal Jepang Akira Azuma dan Yoshinori Okuno dari University of Tokyo sekitar 35 tahun lalu. Mereka meneliti sayap dari biji ini yang bernama 'samara' mengenai teknik stabilisasi penerbangan biji ini yang kemudian dikorelasikan dengan cara menstabilkan pesawat terbang.

Keduanya menemukan bahwa bentuk biji tumbuhan ini sangat baik untuk turun dari ketinggian ketika terbang di udara. Kecepatan penurunan biji ini adalah 0,4 meter per detik, lebih cepat daripada biji-biji bersayap lainnya yang rata-rata jatuh dengan kecepatan 1 meter per detik. Dengan kecepatan demikian, biji bersayap ini didapuk sebagai pelayang yang sempurna.


Sumber: nationalgeographic

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini