Wow! Institut Ini Akan Dibangun di Blitar untuk Membantu Peternak Lokal!

Wow! Institut Ini Akan Dibangun di Blitar untuk Membantu Peternak Lokal!
info gambar utama

Jurusan dan profesi, bisa berjalan secara vertikal pun dapat berubah haluan secara total. Faktanya, tak semua pelajar atau mahasiswa dari jurusan peternakan melihat karirnya sebagai peternak di masa depan. Hal ini juga terjadi pada mahasiswa hubungan internasional dimana mereka tak selalu berakhir sebagai duta besar Negara ini.

Berbicara mengenai jurusan dan profesi, kali ini kami akan memfokuskan pada dunia peternakan di Indonesia. Mengapa seseorang dengan jurusan peternakan tidak selalu berakhir sebagai peternak? Heru Prabowo selaku Head of Dairy Farm PT Greenfield Indonesia mengungkapkan bahwa salah satu alasanya ialah bahwa profesi ini tidak dianggap keren oleh banyak anak muda.

“Kita banyak expertise dibidang ini, namun apa yang terjadi pada dunia pasar Indonesia menjadikan anak muda cenderung kurang tertarik untuk masuk dibidang ini,” ujar Heru. Misalnya saja jika di luar negeri supply suatu barang (goods) rendah, namun permintaan (demand) terhadapnya tinggi, maka logikanya harga dari goods ini akan naik. Pasalnya, di Indonesia, jika hal tersebut terjadi, maka harga komoditi tersebut justru murah atau tetap pada harga yang sama. Singkatnya, penghargaan yang rendah pada dunia peternakan ini menjadikan anak-anak muda tak mau terjun ke dalam bidang ini.

Heru Prabowo (kemeja abu-abu) selaku Head of Dairy Farm PT Greenfield Indonesia
info gambar

Ketertarikan yang berkurang dari para pemudanya, berdampak langsung terhadap dunia persusuan di Indonesia. Pasalnya seperti yang dilansir oleh kompasiana bahwa faktanya Indonesia masih tergolong sebagai negara dengan pengkonsumsi susu terendah jika dibandingkan negara-negara lain, khususnya negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Singapura yang mencapai 30 liter/kapita/tahun.

Mantan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan dalam kesempatanya pada 2013 silam bahkan mengungkapkan produksi susu nasional hanya memenuhi 30 persen dari kebutuhan susu 250 juta penduduk Indonesia. “Di Indonesia tidak ada industri susu sapi perah berskala besar seperti negara-negara lain seperti Selandia Baru yang utama. Setiap peternak hanya memiliki 3-5 ekor sapi perah. Total tercatat jumlah sapi perah di Indonesia hanya ada sekitar 600.000 ekor, tentu tidak ideal untuk memenuhi kebutuhan 250 juta penduduk Indonesia,” tutur Rusman.

Melihat fenomena diatas, para peternak muda kita butuh pelatihan dalam hal kecakapan dan juga pemasaran (marketing) terkait pekerjaanya sebagai peternak dalam dunia persusuan di Indonesia. Setidaknya itulah yang dikatakan Heru Prabowo dalam acara peletakan batu pertama pembangunan farm kedua PT. Greenfields Indonesia di blitar 3 Mei 2017 kemarin.

f
info gambar

Heru pada saat itu memaparkan bahwa di Blitar juga akan dibangun Greenfield Institute of Dairy Farming.

Mengapa hal itu dirasa perlu? Heru menuturkan bahwa para peternak lokal kerap kali menemukan kesulitan in terms of marketing (dalam hal pemasaran). Harapanya adalah hal ini bisa dianggap sebagai sharing-knowledge karena kebanyakan peternak bisa membuat peternakannya tapi panennya tidak. Artinya, di sini institut ini akan melatih bagaimana membuat peternakan bisa berkelanjutan dan bisa dilakukan dalam jangka panjang dan menguntungkan.

“Ini nggak hanya memelihara, ngasih makan, merah susu, udah selesai. Tetapi secara bisnisnya bagaimana? Ini adalah hal-hal yang ingin kita bagikan kepada masyarakat khususnya peternak-peternak lokal Indonesia. Jika kedepanya berjalan baik dan responya bagus, maka bisa kita lebarkan lagi,” jelas Heru.

“Jadi kita juga berkomunikasi dengan pemerintah. Dan kami rasakan juga perlu peran dari pemerintah di persusuan nasional dalam menciptakan iklim industri atau peternakan sapi perah yang lebih kondusif. Dan juga menarik investor asing untuk menanamkan modalnya disini. Jadi harapanya ialah merangsang peternak lokal untuk menambah sapinya,” tambah Heru.


Sumber: diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini