Bahu-membahu Lindungi Paus yang Terdampar di Perairan Indonesia

Bahu-membahu Lindungi Paus yang Terdampar di Perairan Indonesia
info gambar utama

Warga Dusun Hulung, Desa Iha, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, dikagetkan sesosok hewan besar yang terdampar di pesisir pantai. Saat ditemukan nelayan pada Rabu (10/05) malam, hewan tersebut telah dalam kondisi mati. Berita terdamparnya hewan langka ini dikutip sejumlah media internasional, seperti Telegraph, Mirror, dan Daily Mail.

Dandim Pattimura Letkol Dalimunthe yang mendapat laporan warga akan temuan tersebut, pada Kompas.com jelaskan ukuran hewan ini. "Taring atau gadingnya mencapai 5,5 meter dengan diameter 13 centimeter, panjang ujung kepala hingga ekor mencapai 22 meter." Warga meyakininya sebagai cumi-cumi raksasa, melihat bentuk tubuhnya yang memang tak beraturan.

Namun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kabupaten SBB mengidentifikasi bangkai tersebut sebagai Paus. "Saya identifikasi dari foto, itu jenis sperm whale," kata Nasrun dari KKP SBB pada Detik. Bentuk tubuh yang tak beraturan diakibatkan oleh perubahan bangkai yang diduga telah mati sekitar tujuh hingga sepuluh hari sebelum ditemukan.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Sperm whale atau paus sperma merupakan jenis hewan terbesar dalam kelompok paus bergigi. Mahluk ini juga merupakan jenis hewan bergigi terbesar di dunia. Disebut paus sperma karena adanya cairan berwarna putih susu di kepalanya, yang awalnya diduga sebagai sperma. Nama lain hewan ini adalah paus kepala kotak (physetermacrocephalus), paus arketipe (archetype) dan common cachalot.

Laut Banda dan periran lain di Maluku, menurut Nasrun, merupakan jalur migrasi paus ke Laut Pasifik. Fenomena terdamparnya satwa langka, termasuk paus, kerap terjadi. Hewan-hewan ini tak hanya terdampar di perairan Indonesia, namun juga garis pantai negara lain seperti Malaysia, Australia dan Jerman. Paus sperma pernah terdampar di Karawang, Jawa Barat pada 2012. Pada awal 2016 lalu, 13 paus sperma mati setelah terdampar di pantai utara Jerman.

Penyebab banyaknya paus yang terdampar dan mati, bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu lingkungan dan kondisi paus. Faktor lingkungan menyangkut perubahan cuaca, arus air laut, kejadian gempa bumi, dan masih banyak lagi. Faktor ini berperan penting dalam perubahan pola hidup biota laut, yang berdampak pada migrasi untuk mengejar dan mengikuti pergerakan makanannya.

Faktor kondisi paus itu sendiri, terkait pada kondisi kesehatannya. Kondisi kesehatan yang buruk membuat paus tak mampu berenang jauh sehingga terdampar dan mati. Dalam tubuh 13 paus sperma yang mati di pantai utara Jerman, ditemukan banyak sampah plastik dalam perut paus. Sampah plastik yang berenang di perairan, bagi paus tampak seperti ubur-ubur sehingga mereka seringkali memakannya. Hal ini serta-merta membuat mereka sakit.

Paus sperma terdampar di pantai utara Jerman pada 2016. ©
info gambar

Selain Laut Banda, perairan Indonesia lain yang menjadi jalur migrasi paus dari Laut Pasifik ke Utara Pasifik adalah Laut Jawa, Selat Bali dan Selat Makassar. Terdamparnya paus di Laut Jawa pada 2012 lalu, menjelaskan fenomena alam terkait berkurangnya jumlah ketersediaan ikan di lautan.

Pada Kompas.com, peneliti mamalia laut Institut Pertanian Bogor Totok Hestirianoto mengatakan, ada kemungkinan tidak hanya satu paus yang salah jalur lintasan hingga Laut Jawa. Biasanya, batas jalur migrasi paus dari Samudra Pasifik sampai di Selat Bali atau perairan utara Jawa Timur bagian timur. ”Ada kemungkinan paus itu memburu ikan-ikan kecil hingga perairan dangkal di Laut Jawa,” katanya.

Posisi mulut paus sperma yang berada di bagian bawah kepala, menjadikannya sebagai pemangsa penghuni dasar laut seperti ikan pari, cumi dan gurita. Terdamparnya paus sperma di laut Jawa membuktikan makin menipisnya stok ikan di lautan. Jika dari Samudra Pasifik, jalur masuk ke perairan Indonesia paling barat adalah Selat Makassar, lalu Samudera Hindia, hingga ke Selat Bali.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Sifat migrasi paus adalah bergerombol, dengan sonar sebagai penentu arah. Satu faktor lain yang dapat menyebabkan terdamparnya paus adalah faktor manusia. Aktivitas operasi kapal selam yang menggunakan sonar, suara kapal dan pengeboran lepas pantai di sekitar jalur migrasi paus, diyakini berpengaruh terhadap rusaknya sonar navigasi paus. Menurut peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) Fahmi pada Kompas.com, laut Jawa yang dangkal tak mungkin menjadi jalur migrasi paus sperma.

"Paus menentukan arah dengan ekolokasi, sehingga gerombolan paus tidak alami disorientasi arah tujuan," jelas Fahmi. Ekolokasi merupakan penggunaan gelombang suara untuk menentukan posisi obyek, berdasar pantulan gelombang suara. Kegiatan manusia di lautan dipercaya mempengaruhi penerimaan sonar paus akan pantulan suara yang dibutuhkannya untuk menentukan arah, ataupun mengetahui keberadaan mangsa.

Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) masukkan paus sperma dalam daftar merah hewan yang terancam punah. Dengan kategori rentan (vulnerable) akibat keadaan yang mengancam kelangsung hidup dan reproduksi, paus sperma harus dilestarikan.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Pemerintah terus lakukan penelitian untuk menangani fenomena paus terdampar di perairan Indonesia. Penanganan dilakukan oleh Kementerian Kehutanan dengan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Ekosistem dan Sumber Daya Hayati, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan berpegang pada UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dukungan berbagai pihak dalam kegiatan penyelamatan hewan langka terdampar merupakan usaha penting lainnya.

Perlindungan dilakukan masyarakat, mulai dari evakuasi, pengobatan, pemulihan, hingga pelepasan kembali ke laut lepas. Komunitas pecinta hewan, penyelam, berbagai universitas dan Pertamina, bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan SAR Nasional (Basarnas), Kesatuan Pengawas Laut dan Pantai (KPLP), Pemerintah Daerah, Pasukan Katak - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD dan masih banyak lagi bergerak bahu-membahu menyelamatkan para paus.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini