Bermula dari "Ngeyel", Bondan Prakoso Bawa Mobil Garuda UNY menjadi Juara Dunia

Bermula dari "Ngeyel", Bondan Prakoso Bawa Mobil Garuda UNY menjadi Juara Dunia
info gambar utama

BONDAN Prakoso banyak menghabiskan waktunya berdagang dan mencari nafkah di sela-sela kegiatan akademisnya. Namun bukan berarti prestasinya di bangku kuliah menurun. Dengan semangat kerja keras yang ditempa sulitnya ekonomi, selain lulus cumlaude, Bondan bahkan terpilih sebagai Juara 2 Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional 2016. Ia juga tercatat sebagai Kapten Tim Mobil Garuda UNY yang berkali-kali juara di tingkat internasional.

Baca kisah sebelumnya: Tabung Beasiswa Bidikmisi, Mahasiswa Berprestasi Nasional asal UNY Ini Buka Toko Alat Bangunan Sendiri

Bondan mengaku, semasa SD dan SMP prestasi akademisnya biasa-biasa saja. Tak pernah sekalipun juara kelas. Namun kondisi tersebut berbanding terbalik saat memasuki masa SMA. Tiba-tiba saja langsung juara 1 pararel di Jurusan Otomotif SMK Negeri 2 Yogyakarta. Ketika kelas selanjutnya, ia bahkan menjadi juara sekolah dan keluar sebagai lulusan terbaik.

"Mboh iki sing goblok koncoku opo aku sing moro-moro pinter? (Entah waktu itu apakah teman saya yang bodoh atau saya yang tiba-tiba jadi pintar?)," ungkapnya merendah. Ia kemudian sadar bahwa sebenarnya, nilai pendidikan otomotif membantu nilainya terdongkrak. Karena memilih jurusan teknik otomotif, Bondan harus mengikuti ragam mata pelajaran yang berhubungan dengan otomotif tersebut.

"Dan karena saya dari dulunya hobi merangkai dan mobil-mobil, maka nilai IPA dan Matematika saya yang dari dulu biasa-biasa saja akhirnya terdongkrak secara rata-rata," ungkapnya yang tak jarang meraih nilai 90 hingga 100 dalam ujian otomotif.

Perolehan nilai bagus tersebut menurutnya bukan berarti karena ia paling pintar. Bondan lebih menganggap bahwa hal tersebut terjadi karena ia tak punya malu. Ketika ada soal yang terbilang mudah, banyak temannya yang tak berani maju karena beragam alasan.

"Dan disitulah saya maju. Lalu guru kenal dan dapat poin. Jadi saya ini ya paling bagus karena sering maju saja," ujarnya. Semasa ia duduk di tingkat akhir SMK pada tahun 2012 itulah, ia mulai mengenal dunia otomotif yang di kemudian hari menjadi dunianya.

Waktu itu, ada tim KKN dari pendidikan otomotif UNY yang mengajar di sekolahnya. Seperti tim KKN yang lain, siswa-siswa iseng akan mencoba untuk menjadikannya bahan bercandaan.

Bondan termasuk siswa iseng tersebut. Ia ikut menyanggah paparan dari mahasiswa tersebut ketika berbicara tentang otomotif. Namun, iseng Bondan berbeda. Ia menyanggah dengan pengetahuan yang telah lama dipelajarinya. Dari situlah, ia kenal Ahmad Yulianto, seorang mahasiswa yang kemudian hari ia kenal sebagai senior dan menjabat ketua tim mobil Evo UNY tahun 2012.

"Karena saya suka ngeyel pada Mas Ian (panggilan Ahmad Yulianto), dia orang pinter juga, kita saling kenal dari situ. Walau bisa jadi ada sebalnya juga sama saya," ungkapnya tertawa. Mei 2012 ia diterima sebagai mahasiswa di prodi pendidikan teknik otomotif UNY melalui jalur SNMPTN Rapor, bermodalkan prestasi akademis yang bagus dan juara band di berbagai tempat.

Bondan di atas mobil Garuda UNY

Mendengar, siswa yang dulu ngeyelan diterima UNY, Ian kemudia cepat menyambar Bondan. Memintanya menjadi anggota tim mobil listrik Electric Vehicle Odyssey (EVO) UNY, walau belum punya jam terbang sama sekali di tengah tim yang nyaris seluruh anggotanya telah menapaki semester lima.

"Tapi Mas Ian begitu percaya sama saya dan Estu (Teman satu SMK Bondan). Saya tidak pikir panjang, langsung mengiyakan. Mungkin ini regenerasi," ungkapnya tanpa ragu, mengikuti tim EVO yang pada 2013 bertransformasi menjadi Garuda UNY.

Disitulah Bondan kemudian mulai berkreasi bersama tim teknis. Ia bertugas merancang hingga merangkai komponen bersama dengan anggota tim yang lain. Tak jarang, ia harus mengorbankan waktunya bermain, bersosialisasi, hingga belajar hal lain.
Lima kategori yang menjadi acuan kompetisi tersebut senantiasa oleh Bondan dan kawan-kawan. Mulai dari tanjakan, akselerasi, pengereman, adu balap, dan efisiensi tenaga listrik.

"Dan alhamdulillah kerja keras semua tim, kami berhasil pertahankan gelar juara umum Kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI) di Bandung. Tiga kali berturut," ungkapnya bangga seraya bersyukur.

Sejak kemenangan itu, perjuangan sesungguhnya Bondan dalam tim Garuda UNY bermula. Sebuah tim kebanggan kampus yang berlokasi di Colombo 1 tersebut, yang juga memikul nama "Garuda". Beban berat ada di pundak Bondan, apalagi ia kemudian ditunjuk menjadi kapten. Bukan hanya membawa nama kampus, Tim Garuda UNY kerap mewakili nama Indonesia dalam lomba tingkat internasional.

Bondan saat berada di Jepang untuk presentasi kompetisi bisnis.
info gambar

SETELAH Tim Mobil Garuda UNY resmi terbentuk tahun 2013, Bondan terppillh sebagai ketua tim. Tuntuntan tinggi membuatnya 'memecat' sebagian besar anggota. Ia bahkan sempat hanya bertahan dengan tiga anggota tim saja.

Bondan Prakoso menilai, untuk mencapai prestasi tinggi maka tidak ada cara lain selain membuat program terukur dan disiplin. Ia tak segan untuk menegur bahkan memecat anggota tim yang tak berkontribusi aktif bagi pengembangan tim. "Kita tegas pada free rider. Pecat! Semua harus aktif dan komitmen kalau ikut tim," ungkap Bondan.

Walau demikian, bukan berarti proses reward and punishment tersebut berjalan mulus. Pada awal kepemimpinannya, ia mewarisi 20 anggota tim. Namun seiring waktu, banyak yang merasa terbebani dan akhirnya memilih keluar tim secara sukarela. Mengurangi jumlah anggota hingga setengahnya sendiri.

"Bahkan sempat ketika saya menjadi ketua pertama kali, cuma ada tiga orang anggota tim. Saya, Estu (teman satu SMK), dan Hasbi," ungkapnya seraya menyatakan bahwa ia sempat tak bisa tidur memikirkan awal pembentukan tim.

Kekesalan dari kawan-kawan yang menganggap dirinya tak punya belas kasih juga bermunculan. Hal tersebut terjadi karena Bondan tak pernah mentolerir apapun alasan yang diberikan anggota timnya jika target maupun deadline tak terpenuhi.

"Apalagi saya sering ngirim kiriman pecat via whatsapp. Memang sakit tapi menurut saya itu perlu dilakukan karena kita semua sudah komitmen dari awal," kenangnya.

Dari dilema tersebut, Bondan beserta kawan dan pembimbing kemudian menyusun sistem rekrutmen yang lebih ketat. Jika sebelumnya Bondan maupun para pendahulu acap mengajak teman yang dikenali, kali ini ia mencetuskan seleksi yang bisa diikuti siapa saja.

Zainal Arifin, pembimbing tim Garuda UNY yang kini juga menjabat sebagai Kaprodi Pendidikan Teknik Otomotif UNY, secara aktif menyeleksi putra-putri terbaik kampus untuk masuk tim mobil.

Ketegasan itu juga berbuah pada latihan dan penyusunan target secara disiplin. Tak jarang, Bondan dan kawan-kawan tak segan harus bermalam di basecamp UNY untuk merangkai mobil, maupun di aspal Stadion Maguwoharjo dalam rangka melakukan test drive mobil.

"Kita sering terlelap selepas sudah selesai test drive. Di aspal parkiran stadion maguwoharjo, dengan ban maupun alat-alat mekanik jadi bantal kita. Benar-benar beralas bumi beratap langit," ungkapnya.

Bondan bersama keluarga besar Tim Mobil Garuda UNY

Prestasi-prestasi tersebut kemudian menghantarkannya sebagai Juara II Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2016. Karya ilmiah yang ditulisnya untuk ajang tersebut, bertajuk " Model Penahan Kejut Untuk Meningkatkan Keselamatan Penumpang Mobil dari Kecelakaan," juga sedikit banyak diinspirasi pengalamannya berkecimpung dalam Garuda UNY.

“Saya berencana menggunakan penelitian yang sudah saya aplikasikan di mobil Garuda UNY,” kata Bondan.

Walaupun telah memiliki segudang prestasi, Bondan tetap senantiasa merendah. Sebagai senior di Garuda UNY, ia bahkan tetap rela menunda kelulusannya pada Mei 2016. Walaupun, segala syarat kelulusan telah dipenuhinya.

Hal tersebut dilakukannya karena waktu itu dipasrahi kembali untuk menahkodai tim Garuda UNY dalam International Student Green Car Competition (ISGCC) 2016 di Korea Selatan, dan Student Formula Japan (SFJ) 2016. Sebuah pengabdian yang dibayar tuntas dengan gelar jawara di dua kompetisi tersebut.

Kedepan, Bondan yang telah dijanjikan afirmasi kuota LPDP tersebut berharap bisa melanjutkan studinya di luar negeri. Kini ia juga masih mencari perguruan tinggi yang memiliki kapabilitas otomotif yang bagus.

Kepada anak-anak muda di penjuru negeri, ia punya pesan yang tak kalah menarik. Bondan menegaskan bahwa kisahnya jangan sampai membuat anak lain minder maupun takut karena perjuangan itu harus dicapai dengan bersusah payah dan mengorbankan kesenangan.

"Tapi harus dimaknai sebagai perjuangan sebagai upaya bersenang-senang itu sendiri. Karena kalau kita sudah punya impian dan akhirnya tercapai, kesenangan itu terbayar tuntas tho?," pungkasnya. (Ilham Dary Athallah/ Maylatul Aspiya)

Sumber:

https://krjogja.com/web/news/read/32862/Bermula_dari_Ngeyelan_Bondan_Prakoso_Jadi_Kapten_Tim_Mobil_Garuda_UNY

https://krjogja.com/web/news/read/32863/Demi_Kemajuan_Bersama_Bondan_Pecat_Anggota_Mobil_Garuda_UNY

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini