Reblood dan Kisah Menyelamatkan Kehidupan Indonesia

Reblood dan Kisah Menyelamatkan Kehidupan Indonesia
info gambar utama

Apa Kawan tahu bahwa setiap 8 detik, ada satu orang yang butuh transfusi darah di Indonesia? Dan setiap menitnya, ada 10 orang sekarat menunggu donasi donor darah. Meskipun begitu, faktanya masih banyak teman-teman yang bahkan belum pernah mendonorkan darahnya bagi yang membutuhkan.

Banyak alasan yang menyertainya, mulai dari mitos-mitos seputar donor darah hingga malas datang ke PMI. Hal ini menjadikan ketersediaan stok darah antartempat menjadi berbeda-beda jumlahnya. Dan tentu saja, sulit untuk mendeteksi hal ini semua secara cepat dan tepat.

Lantas Leonika Sari bersama keempat teman lainya Faisal Setia (Creative Lead), Ari Agustina (Content Lead), Muhammad Zuhri (Technical Lead), serta Manzilatul Rohmah (Operations Lead) bersama-sama mendirikan platform yang fokus pada distribusi donor darah di Indonesia yakni Reblood.

Ini dia aplikasi Reblood yang bisa diunduh di playstore (Tempo.co)
info gambar

Reblood merupakan platform yang menghubungkan antara pendonor dan juga penerima donor darah. Platform ini mempermudah proses pencarian donor darah yang dibutuhkan sesegera mungkin dengan tersedianya database bank darah.

Melalui hal ini, Reblood diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, serta rutinitas aktivitas donor darah. Platform ini juga bertujuan menghubungkan rumah sakit dan PMI untuk mengetahui bank darah mana yang masih tersedia dan bisa mencari serta memesannya secara online.

Saat ditanya mengapa mendirikan Reblood, Leonika yang merupakan CEO Reblood mengungkapkan bahwa ini berkaitan dengan kurangnya stock atau persediaan darah di Indonesia. “Indonesia kekurangan minimal 1,4 juta kantong darah setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2013, Menteri Kesehatan Indonesia menyebutkan kekurangannya sudah mencapai 2,4 juta,” ujar Leonika.

Selain itu banyak dari teman-teman yang kesulitan mendonorkan darahnya secara teratur. Leonika mengungkapkan, hal ini dikarenakan lebih dari 50 persen pendonor datang dari usia produktif yakni 17-40 tahun.

"Untuk pergi ke unit penggerak darah (PMI) saja, itu adalah hal yang sulit dan bahkan tidak mungkin untuk dilakukan. Terutama bagi mereka yang statusnya pekerja, pelajar, ataupun mereka yang harus datang pada jam kerja,” tutur Leonika. Dari sana, Leonika mulai mempromosikan acara donor darah sebagai solusi untuk teman-teman pendonor yang sulit datang selama work hours. Hal ini ditujukan agar para pendonor bisa mendonorkan darahnya kapanpun dan dimanapun seperti mall, kampus, dan tempat-tempat umum lainnya.

Leonika dan rekan-rekannya pun berusaha mengurangi jumlah pendonor yang ditolak ketika mendonorkan darahnya. Terutama jika hal tersebut berkaitan dengan kurangnya informasi seputar donor darah. Ia menyebutkan bahwa sekitar 50 persen pendonor telah ditolak karena kondisi badan yang kurang fit atau sehat, pun dikarenakan kurang tidur dan juga makan yang tidak teratur. Atas pengalaman itu semua, Leonika dan keempat rekannya bersama-sama membangun sistem pengingat melalui pesan singkat untuk pengguna sehingga mereka tahu kapan harus datang dan juga mendonorkan darahnya.

Lulusan IT dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya ini mengatakan Reblood dibuat sebagai solusi dari masalah tersebut dan juga untuk menyelamatkan banyak nyawa. "Kami punya mimpi di masa depan bahwa tidak ada lagi di orang-orang di Indonesia yang sekarat karena ketidaksediaan stok darah," kata Leonika.

Tujuanya yang mulia bersama keempat rekannya membawa Reblood pada prestasi dengan beberapa penghargaan yang diterimanya, salah satunya ialah MITx Global Entrepreneurship Bootcamp dari Massachusets Institute of Technology sebagai salah satu dari 50 aplikasi yang terpilih dari 54 ribu pendaftar.

Leonika Sari Njoto sebagai Female Developers dalam Dunia IT (theit-girl.com)
info gambar

“Goal kedepan untuk Reblood adalah Reblood ini tak hanya beroperasi di Surabaya saja, namun di daerah Jawa Timur, kemudian ke Jawa dan pulau lain sampai ke seluruh pelosok Indonesia,” pungkas Leonika.


Sumber: diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini