Hari ini, 200 tahun yang lalu, sebuah kebun raya besar dibangun di Indonesia. Ingatkah Kawan? Yap, kebun raya itu adalah Kebun Raya Bogor.
Dari sekian banyak cerita tentang Kebun Raya Bogor, di hari ulang tahunnya ini salha satu cerita yang paling seru untuk kita bahas adalah sejarahnya. Mulanya, Kebun Raya Bogor adalah hutan buatan yang kemudian sempat ditelantarkan.
Pada awalnya, menurut beberapa sumber, kebun raya ini diduga pernah menjadi bagian dari hutan buatan (samida) pada masa pemerintahan Kerajaan Sunda di abad ke-15. Bukti sejarahnya tertulis dalam prasasti Batutulis di Desa Batutulis, Bogor. Isinya seperti ini:
Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun
(Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum)
diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
(Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana)
di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
(dinobatkan lagi dia dengan nama Sri Baduga Maharaha Ratu Adil di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata)
pun ya nu nyusuk na pakwan
(Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan
diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
(Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang)
ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi
(Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya dalam tahun Saka “Panca Pandawa Mengemban Bumi”)
Ketika Kerajaan Sunda takluk dari Kerajaan Banten, taman buatan ini pun terbengkalai dan tidak terawat selama beberapa waktu. Kemudian, di awal abad ke-19, seorang botanis asal Jerman yang tinggal di Indonesia Prof. Dr. C.G.C Reinwart mendapat tugas untuk meneliti tumbuhan di Hindia Belanda. Ia kemudian mengirimkan surat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia, van der Capellen pada 15 April 1817 yang berisi permohonan sebidang tanah untuk penelitian.
Waktu itu, tepatnya pertengahan abad ke-18, van der Capellen memang sudah membangun rumah peristirahatan di salah satu sudut hutan buatan tadi. Kemudian pada awal tahun 1800-an, Gubernur Jenderal Stamford raffles yang tinggal di Istana Bogor mengembangkan halaman istana menjadi taman. Nah, permohonan dari botanis Reinwart tadi pun dikabulkan oleh van der Capellen dengan memberikan sebidang taman tersebut untuk dibangun sebuah pusat perlindungan keanekaragaman hayati.
"Berawal dari taman, kini Kebun Raya Bogor menjadi pusat perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia yang sudah berkembang ke sejumlah wilayah di Indonesia," kata Roniati A Risna, Kasubag Kerjasama dan Informasi Kebun Raya Bogor-LIPI dikutip dari Antara.
Sekitar 47 hektare tanah di area Istana Bogor dan bekas samida menjadi area pertama Kebun Raya Bogor yang mulanya bernama 'sLands Plantentuin te Buintenzorg. Pada tanggal hari ini, 18 Mei, 200 tahun yang lalu dilakukan pemasangan patok pertama yang dilakukan oleh Reinwardt, dibantu James Hooper dan W. Kent selaku kurator Kebun Raya Kew dari Inggris.
Resmi dibangun, Kebun Raya Bogor pun ternama sebagai kebun raya yang paling tua di Asia Tenggara dan ketiga tertua di dunia setelah Kebun Raya Pandova di Italia yang sudah berusia 300 tahun dan Royal Botani Garden Sydney di Australia yang berusia 200 tahun pada 2016 lalu.
Kebun Raya Bogor menjadi pusat penelitian dan pusat konservasi luar kawasan (eks-situ) tumbuhan terbesar di Indonesia saat ini. Pada awalnya, di sini ditanami 900 tanaman. Sekarang, kebun raya dengan luas 87 hektare ini memiliki koleksi tumbuhan sebanyak 12.531 spesimen yang dikelompokkan dalam 3.228 jenis, 1.210 marga, dan 214 suku.
Seiring berjalannya waktu, Kebun Raya Bogor mengalami beberapa kali perubahan nama mulai dari Islands Plantentuin te Buitenzorg pada era Direktur Reinwardt 1817-1822 sampai Direktur Melchior Treub 1880-1910. Selanjutnya nama Kebun Raya menjadi Botanisch Tuin te Buitenzorg dimana H J Wigman 1893-1921 dan PMW Dakus 1921-1942 menjabat sebagai kepalanya.
Kini di usianya yang tepat dua abad, Kebun Raya Bogor telah banyak berkontribusi dalam bidang penelitian flora di Indonesia khususnya penyelamatan serta penemuan jenis baru tumbuhan. "Kebun Raya Bogor menjadi salah satu benteng terakhir dalam penyelamatan koleksi flora di Indonesia, karena itu keberadaannya perlu dijaga dan dilestarikan," demikian harapan pihak Kebun Raya Bogor melalui Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain.
"Kini umurnya sudah 200 tahun. Wajar rasanya melalui perayaan ini kita juga galakkan pelestarian Kebun Raya Bogor," lanjut Iskandar dilansir Tempo.co
Menurut Iskandar, ada lima fungsi penting manfaat Kebun Raya Bogor bagi masyarakat luas, yakni konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata, dan jasa lingkungan. "Tambahan, berkontribusi dalam perekonomian masyarakat sekitarnya," katanya.
Selamat ulang tahun Kebun Raya Bogor, semoga semakin jaya!
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News