Mahasiswa UB Ciptakan Alat Praktis Pendeteksi Salmonella

Mahasiswa UB Ciptakan Alat Praktis Pendeteksi Salmonella
info gambar utama

Pangan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dan utama untuk kehidupan manusia. Tidak dipungkiri bahwa pangan dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup di dunia. Tidak ada satu pun makhluk hidup yang tidak memerlukan makanan. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit dapat datang kapan saja dan darimana saja.Salah satunya yaitu dari makanan itu sendiri. Penyakit yang disebabkan oleh makanan biasa disebut dengan foodborne disease. Dimana penyakit tersebut disebabkan karena adanya bakteri patogen pada makanan, dan kemudian dikonsumsi, sehingga menyebabkan penyakit yang mengganggu kesehatan tubuh manusia.

Salah satu bakteri yang acapkali menjadi penyebab kasus foodborn disease adalah Salmonella. Salmonella dapat menyebabkan beberapa gejala, diantaranya gastroenteritis, demam enterik seperti demam tifoid dan demam paratifoid.

Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya yang terdiri dari Maria Florencia Puspitasari Schonherr (THP 2014), Sri Mursidah (TIP 2013), Ani Masruroh (THP 2014), Rika Anisa Anggraeni (THP 2014), dan Yunita Khilyatun Nisak (THP/2014) menciptakan inovasi teknologi terbaru untuk mendeteksi adanya Salmonella pada bahan pangan.

Teknologi ini dikenal dengan nama PILATOR (Rapid Salmonella Detector). Teknologi ini memanfaatkan prinsip Biosensor dimana hasil uji positif akan menimbulkan warna biru, sedangkan jika hasil uji negatif tidak akan terjadi perubahan warna.

Menurut Maria, “teknologi ini merupakan teknologi yang cepat dan akurat untuk deteksi adanya Salmonella, karena tidak memerlukan pengujian yang rumit ataupun alat yang mahal. Hanya dengan meneteskan sampel ke alat, maka akan terdeteksi apakah pada bahan pangan tersebut ada Salmonella atau tidak”.

Alat ini dibuat oleh kelima mahasiswi tersebut dengan bahan dasar kertas saring whatman #1 dengan dimensi alat berukuran 5 x 3 x 1 cm. “Dengan ukuran yang kecil dan praktis, maka alat ini mudah untuk diaplikasikan. Bahkan untuk skala rumah tangga pun juga dapat digunakan dengan mudah” tutur Ani. Keakuratan dari teknologi ini dipastikan dengan adanya pengujian berupa uji selektivitas, uji LOD, dan uji linieritas.

Mereka berharap teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak khususnya pihak yang bertanggung jawab terhadap keamanan pangan. Sehingga keamanan pangan di Indonesia dapat benar-benar terjamin dan dapat meminimalisir terjadinya foodborn disease.

“Maka dari itu, untuk kedepannya kami mengharapkan adanya kerjasama berupa penerapan teknologi ini dengan lembaga pengujian pangan supaya pangan di Indonesia dapat lebih terkontrol dan lebih terjamin keamanannya”, tutur Sri Mursidah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini