Promosi Ciri Khas Indonesia Lewat Produk Handmade dan Slogan Unik ala Indonesia Loh

Promosi Ciri Khas Indonesia Lewat Produk Handmade dan Slogan Unik ala Indonesia Loh
info gambar utama

Makin suburnya lahan industri kreatif di Indonesia memang membuat banyak brand lokal tumbuh bermunculan. Oleh karenanya setiap brand lokal sedianya memiliki ‘jiwa’ yang membuat produknya berkarakter dan mudah diingat oleh masyarakat. Hal ini sangat disadari oleh Millaty Ismail dan Ursula Tumiwa dari brand Indonesia Loh.

Bermula pada tahun 2012, pertemuan dua wanita yang sama-sama bekerja di industri kreatif itu terbilang tidak terduga. Ursula atau yang akrab disapa Ula merupakan seorang produser film dokumenter, sementara Millaty bekerja di sebuah advertising agency. Keduanya bertemu di sebuah proyek film. Obrolan pun lahir dan kemudian berlanjut hingga terlahirlah brand Indonesia Loh!, yang memiliki produk dengan desain slogan-slogan yang unik.

Merek ini bermula ketika Ula yang saat itu sebenarnya sudah memiliki usaha tas sendiri bersama teman-temannya. Saat itu tas yang dibuat lebih generik, lokal dan berbahan serat alam namun belum memiliki identitas yang khas. Hingga kemudian dirinya bertemu dengan Milla.

"Milla saat itu kebetulan lagi bosan di pekerjaannya. Karena dia biasa bikin tulisan yang lucu dan kreatif. Akhirnya tercetuslah ide ‘yuk bikin produk tas anyaman yang lebih spesifik. Biar nanti bisa lebih tematik lah koleksinya’," ungkap Ula.

Produk-produk Indonesia Loh (Foto: Qlapa.com)
info gambar

Dari inisitatif awal tersebut, kemudian Brand Indonesia Loh mulai memproduksi produk-produk bertema wisata yang saat itu diberi nama seri I Love Diving dan juga Saya Suka Nasi. Slogan-slogan nyeleneh seperti ini ditambah dengan produk yang berkarakter lokal kemudian menjadi ciri khas dari produk Indonesia Loh. "Seri Saya Suka Nasi penjualannya lumayan dan sampai sekarang masih laku juga," kata Ula.

Saat ditanya mengapa menggunakan pendekatan seri produk? Ula menjelaskan bahwa dengan memberi rangkaian produk tujuannya adalah untuk mendapatkan keberagaman (diversity) produk. Langkah ini juga merupakan bagian dari strategi pemasaran. Sebab menurutnya Indonesia Loh akan kesulitan jika hanya memproduksi satu jenis produk apa lagi mereknya itu bergerak di bidang houseware yang terus-menerus berkembang jenis permintaannya.

Produk-produk Indonesia Loh saat ini telah dipasarkan dibeberapa outlet. Merek asal Jakarta ini pun juga menggunakan teknologi internet untuk memasarkan produk-produk unggulannya seperti melalui Instagram ataupun Qlapa.com. Ula mengaku, Indonesia Loh cukup beruntung karena beberapa outlet sudah berani percaya untuk menjalin kerjasama dengan merek yang dibangunnya sejak Februari 2012 tersebut.

Sebenarnya perjuangan Indonesia Loh untuk mencapai kondisi saat ini tidaklah mudah. Dimulai pada 2012, kemudian punya toko di tahun 2013 sampai 2014. Menjual produk secara online rupanya dipandang cukup efektif oleh Milla dan Ula, tapi penjualan di outlet menurut mereka masih cukup membantu untuk menghidupi kru dibalik Indonesia Loh.

Indonesia Loh (Foto: Qlapa.com)
info gambar

"Terus abis itu udah mulai gencar online. Tapi Kita merasa pengeluaran (toko) besar banget dan nggak efisien. Akhirnya toko kita tutup, terus kita kesini ya mulainya dengan online tahun lalu. E-commerce seperti Qlapa yang sangat membantu. Tapi sebagiannya yang lain tetep di outlet " ujar Milla.

Milla dan Ula mengaku, mereka memiliki mimpi yang cukup besar terkait dengan merek yang mereka lahirkan bersama tersebut. Keduanya berharap pada lima tahun ke depan Indonesia Loh bisa memiliki toko sepenuhnya. "Punya toko tapi ga nyewa. Sekarang sih kita udah happy karena lebih banyak orang yang tau Indonesia Loh. Sudah banyak beredar enggak cuma di Jakarta tapi juga di Bali, Surabaya dan Medan udah banyak yang pakai produk Indonesia Loh," harap Ula.

Millaty Ismail dan Ursula Tumiwa (Foto: Qlapa.com)
info gambar

Artikel ini hasil kolaborasi GNFI dengan Qlapa.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini