Mengatasi Limbah Plastik dengan Mengolahnya Menjadi Campuran Aspal

Mengatasi Limbah Plastik dengan Mengolahnya Menjadi Campuran Aspal
info gambar utama

Limbah plastik saat ini menjadi salah satu masalah penting yang harus segera diatasi karena sulit dicerna oleh tanah sehingga plastik akan tetap utuh meski ditimbun dengan tanah. Berbeda dengan limbah alam yang lebih mudah untuk didaur ulang dan berguna untuk pupuk kompos misalnya.

Banyak orang yang mulai mencoba untuk menemukan manfaat dari limbah plastik ini seperti Karsin dari Purbalingga yang mengubah sampah dari plastik menjadi paving block yang kuat. Kali ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun melakukan inovasi dengan memanfaatkan limbah plastik sebagai campuran aspal.

Sampah Plastik (sumber : Tempo.co)
info gambar

PUPR melalui badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) telah lama melakukan penelitian terhadap pemanfaatan limbah plastic sebagai ampuran aspal dan pada sabtu 29 Juli 2017 lalu telah melaksanakan uji coba dengan mencoba aspal dengan campuran plastik sepanjang 700 meter di Universitas Udayana Bali. Kepala Balitbang Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan bahwa hal ini merupakan salah satu solusi untuk mengurangi sampah plastik. Untuk satu kilometer jalan dengan lebar 7 meter, limbah plastik yang digunakan bisa sebanyak 2,5 – 5 ton, sehingga mampu untuk mengurangi limbah plastik secara signifikan. “Setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan campuran limbah plastik sebanyak 2,5 hingga 5 ton. Jadi bisa dibayangkan apabila hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di Indonesia yang memiliki jalan ribuan kilometer," tutur Danis dalam pernyataan tertulisnya kepada media Detik Finance

Sejurus dengan apa yang diutarakan oleh Presiden Jokowi pada pertemuan G20 di Jerman 7-8 Juli 2017 lalu dimana sampah plastik juga merupakan masalah di banyak negara di dunia, Indonesia mengutarakan komitmennya untuk mengurangi 70 % sampah plastik laut hingga 2025. Proyeksi sampah plastik di Indonesia hingga tahun 2019 mencapai 9,52 juta ton dengan perhitungan persatu kilometernya dibutuhkan 2,5-5 ton sampah plastik maka jika diolah secara maksimal maka Indonesia dapat menggunakan aspal limbah plastik ini untuk membangun jalan sepanjang 190.000 km dengan keuntungan campuran aspal yang lebih lengket dan ketahanan yang meningkat sebanyak 40% dari aspal biasa. “Aspal yang dihasilkan juga lebih lengket jika dibandingkan dengan aspal yang tidak menggunakan plastik sebagai campuran. Artinya stabilitas aspal dan ketahanannya lebih baik, meningkat 40%, ini menjadikan kinerja lebih baik lagi”, ungkap Danis.

Implementasi Sampah Plastik Sebagai Campuran Aspal (sumber :Dok. Kementerian PUPR)
info gambar

Ujicoba yang dihadiri oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Deded Permadi, Sekertaris Balitbang, Herry Vaza, Kepala Pusat Penelitan dan Pengembangan kebijakan dan Penerapan Teknologi Rezeki Peranginangin, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VI Atyanto Busono dan Kepala BBPJN VIII I ketut Dhamawahana rencananya akan dilaksanakan juga pada jalan nasional di Jakarta , Bekasi dan Surabaya pada pertengahan Agustus 2017.

Walik Dekan Fakultas Teknik Univesitas Udayana, Ngakan Putu Sueca mengapresiasi pemilihan kampus Universitas Udayana sebagai laboratorium penelitan mahasiswanya karena memiliki dampak positif yang mana diharapkan mahasiswa dapat mengambil kesempatan untuk belajar dan mengembangkan teknologi. Selain itu Sueca juga mengapresiasi semua pihak yang bersatu untuk mencari solusi masalah limbah plastik, “"Ini merupakan sebuah wujud kerjasama yang baik antara peneliti, akademisi dan praktisi dalam mencari solusi masalah limbah plastik", Kata Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Menurut pernyataan dari Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman Safri Burhanuddin, untuk penyediaan suplai limbah plastik, pihaknya berkoordinasi dengan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) di 16 kota besar di Indonesia yang akan mengumpulkan dan mensortir sampah yang akan digunakan sebagai bahan campuran aspal. Pemilihan Universitas Udayana sebagai uji coba pertama juga karena lokasi tersebut akan dijadikan sebagai tempat unjuk gigi pada Forum Pertemuan World Bank dan IMF di 2018 terkait dengan solusi masalah limbah plastik.

Diharapkan adanya inovasi dari penggunaan limbah plastik menjadi campuran aspal yang lebih baik ini dapat menjadi solusi tepat dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Inovasi ini juga berkaitan dengan beberapa point di Sustainable Development Goals (SDGs) point 13 yakni Protect The Planet dan poin 14 yakni Life Below Water dimana pengurangan sampah dapat melindungi bumi dari dampak kerusakan yang massif serta menyelamatkan kehidupan laut dari sampah laut.

Sumber : Detik Finance

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini