Commuterheart: Why finding you is too hard?

Commuterheart: Why finding you is too hard?
info gambar utama

Semua cerita bermula dari kebiasaan Viera menembus riuhnya Jakarta menggunakan transportasi umum. Sebagai kaum urban yang tinggal di pinggiran dan mencari penghasilan di ibukota, menggunakan transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuter Line (CL), adalah pilihan utama. Mengapa? Karena CL itu bebas macet walaupun tidak bebas dari gangguan listrik!

Awalnya ia sempat ngedumel berat soal buruknya fasilitas angkutan umum yang disediakan oleh pemerintah. Tapi, lama kelamaan, kekacauan-kekacauan yang ia lihat atau alami, malah jadi hal yang menarik untuk diamati. Momen mengamati tingkah laku dan habit manusia yang berbeda-beda itu, terlalu sayang untuk dilewatkan.

sampul depan dari e-book Commuteheart
info gambar



Sebagai pelanggan setia KRL sejak tahun 2008, Viera pun mengalami langsung perubahan-perubahan signifikan di dunia per-kereta-api-an Jabodetabek ini. Mulai dari yang awalnya ada tiga kasta dalam dunia KRL, yaitu KRL Ekonomi, KRL AC-Ekonomi sampe kasta tertinggi KRL Pakuan Express, hingga kemudian akhirnya kasta-kasta itu ditiadakan. Anyway, seiring dengan berevolusinya fasilitas commuter line sampai saat ini, begitu pun cerita-cerita yang ia alami di dalamnya. Rutinitas harian-menahun yang ngenes, kocak, sampai yang bisa membuahkan benih-benih rasa suka terhadap salah satu kondektur.....Aiiih!

Sebenarnya, salah satu tujuan e-book ini dibuat adalah untuk meningkatkan minat kaum pemuda menggunakan transportasi umum, terutama yang berdomisili di kawasan Jabodetabek. Tidaklah salah, jika kita ingin memiliki kendaraan pribadi, namun sebagai warga Jakarta, kita diberikan sebuah hak istimewa untuk bisa memilih banyak moda transportasi lainnya.

Pemerintah semakin giat membangun sarana dan prasarana pendukung transportasi umum akhir-akhir ini. Jalur kereta api menuju bandara Soekarno Hatta diprediksi akan selesai tahun 2018, jalur tol laut juga semakin dikedepankan, dan tentu saja, bagi warga Jakarta sebentar lagi akan merasakan bagaimana nyamannya menggunakan MRT dan LRT.

Sudah menjadi hal yang lumrah, ketika kita melihat banyak sekali kejadian buruk yang terjadi di sarana publik di Jakarta. Namun, bukan berarti kita dapat mendapatkan kisah-kisah yang dapat mengembalikan rasa bangga kita menjadi seorang warga Negara Republik Indonesia.

Bangsa Indonesia itu terkenal suka menolong dan hal tersebut acap kali dapat kita temukan di dalam transportasi umum. Menggunakan genre romantik-komedi, cerita-cerita yang ada di dalam Commuterheart ini diharapkan dapat mendorong para generasi muda untuk dapat merasa lebih bangga ketika mereka menggunakan transportasi umum.

Sesuai dengan kutipan terkenal dari Enrique Penalosa, walikota Bogota yang menjabat dari tahun 1998 - 2001, "a developed country is not where the poor have cars, it's where the rich ride public transportation."

Tidak semua pemuda Indonesia memiliki kesempatan untuk memiliki prestasi gemilang di kancah nasional maupun internasional. Tapi, saya yakin, bahwa semua kaum diaspora Indonesia pernah memiliki kesempatan untuk menggunakan transportasi umum dan bertambah rasa bangganya, sebagai seorang warga NKRI, sebuah negara yang besar, majemuk, namun tetap bisa memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang kuat, setidaknya ketika mereka ada di dalam sebuah angkutan umum.

Bekerjasama dengan penerbit Bentang Pustaka, e-book Commuteheart sudah dapat diunduh di sini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini