Dari Pesantren Untuk Indonesia

Dari Pesantren Untuk Indonesia
info gambar utama

Nama saya Nabila. Saya lahir di Jepara, 15 Desember 2003. Usia saya 13 tahun. Saya adalah seorang santri. Saya adalah seorang anak dari keluarga yang sederhana. Saya tumbuh dan besar di lingkungan masyarakat yang masih kendal dengan tradisi keagamaan yang kuat. Lewat tulisan ini saya ingin berbagi cerita tentang cita-cita saya dan harapan tentang peran anak-anak pesantren untuk Indonesia di masa depan.

Menghafal Alquran

Saya mulai menghafal Alquran (Tahfizul Quran) sejak kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (setara SD). Motivasi saya berawal dari lingkungan tempat tinggal, yaitu di Desa Sowan Kidul, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Banyak penduduk di desa saya yang menghafal Alquran. Baik laki-laki maupun perempuan. Termasuk juga paman saya dan beberapa kerabat saya yang lain. Orang tua saya juga sangat mendukung dan ingin sekali anaknya bisa menjadi Hafizah Quran.

Saya akhirnya belajar menghafal Alquran di Pondok Pesantren Safinatul Huda. Lokasinya dekat rumah saya. Pengasuhnya adalah Simbah K.H. Masduki Ridlwan dan putri beliau yaitu Ibu Nikmatul Wafiroh (guru TK saya dulu). Guru TK saya adalah seorang Hafizah Quran. Di yayasan ini juga saya belajar ilmu umum dan agama, yaitu di MTs Safinatul Huda. Sekarang saya kelas IX.

Saya hanyalah seorang santri kalong. Artinya selesai mengaji dan menyetorkan hafalan Quran, saya tidak menginap (mondok) di Pesantren, tetapi saya pulang ke rumah.

Sampai saat ini saya sudah menghafal 3 juz. Sebenarnya menceritakan sudah berapa juz Alquran yang saya hafal adalah hal yang kurang baik. Tujuan saya sama sekali tidak ingin pamer. Saya hanya ingin berbagi inspirasi untuk teman-teman pembaca.

Sudah 3 tahun saya menghafal Alquran, tapi baru 3 juz yang saya hafal. Saya akui cukup lambat. Selama ini saya belajar menghafal Alquran setiap hari dan menyetorkan hafalan saya seminggu 1 – 3 kali. Sedikit demi sedikit.

Tantangan yang saya alami adalah mengatur waktu antara tugas sekolah, kegiatan Pramuka, IPPNU (semacam OSIS), dan menghafal Alquran. Terkadang saat ada tugas sekolah menumpuk, saya kesulitan membagi waktu. Akan tetapi, Saya tahu yang perlu saya lakukan hanyalah meningkatkan disiplin diri. Saya harus pandai-pandai mengatur waktu dengan baik.

Cita-cita Menjadi Dokter

Saya bercita-cita menjadi dokter sejak kelas VII. Saya terinspirasi dari pembawa acara televisi tentang kesehatan, yaitu Dokter Raisa Brotoasmoro. Beliau adalah dokter yang cerdas, cantik, dan terkenal ramah. Motivasi saya semakin tumbuh saat ibu saya sering sakit. Sebagai anaknya saya merasa sedih. Saya ingin bisa mengobati ibu saya sendiri.

Selain itu, saya juga terinspirasi dari Dokter Zuwidatul Husna asal Banyuwangi, Jawa Timur. Dokter muda dan cantik lulusan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain berprofesi sebagai dokter, beliau juga seorang Hafizah Quran. Beliau sejak kecil sudah belajar menghafal Alquran di pesantren. Dari perjuangan beliau saya semakin bersemangat untuk mewujudkan cita-cita saya menjadi seorang dokter yang sekaligus Hafizah Quran. Ditambah lagi kabar menggembirakan dari guru saya. Ternyata sekarang banyak universitas di Indonesia yang menawarkan beasiswa khusus bagi calon mahasiswa penghafal Alquran. Saya ingin lebih bersemangat mewujudkan mimpi saya: menjadi Dokter sekaligus Hafizah Quran. Amin.

Dari Pesatren untuk Indonesia

Saya sangat termotivasi dari cara Dokter Husna membagi waktu dan bagaimana cara belajarnya. Mungkin orang-orang berpikir bagaimana bisa seorang anak dari pesantren dan keluarga sederhana dapat meraih cita-cita setinggi itu. Tapi ternyata tidak ada yang tidak mungkin. Man Jadda Wa Jada: Siapa orang yang bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil. Semboyan itulah yang menjadi semangat saya mewujudkan cita-cita.

Lewat tulisan ini saya mengajak teman-teman pembaca, khususnya santri-santri di penjuru Nusantara untuk belajar dengan sepenuh hati meraih mimpi. Apapun latar belakang kita, kita harus tetap semangat mewujudkan mimpi. Tidak masalah kita belajar dari pesantren. Kita buktikan bahwa anak-anak pesantren mampu bersaing di era global. Kita buktikan bahwa kita mampu meraih cita-cita yang tinggi. Selain unggul ilmu agama, anak-anak pesantren harus unggul ilmu-ilmu umum termasuk kedokteran. Dari pesantren kita wujudkan Indonesia yang lebih baik di masa depan.

Identitas Penulis

Nama Lengkap : Nabila Khoirotun Niswa

Alamat : Sowan Kidul RT 03 / RW 04, Kedung, Jepara

Sekolah : MTs Safinatul Huda Kedung Jepara

Kelas : IX (Sembilan)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Good News From Indonesia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini