Madrasahku Di Masa Kini Dan Masa Depan

Madrasahku Di Masa Kini Dan Masa Depan
info gambar utama

Setia pada Madrasah

Sejak kecil saya menuntut ilmu lingkungan madrasah. Sekolah yang mengutamakan nilai-nilai keagamaan. Pendidikan saya mulai dari Roudlotul Atfal (setara TK). Lalu dilanjutkan di Madrasah Ibtidaiyah (setara SD) di waktu pagi dan waktu sore saya belajar di Taman Pendidikan Quran (TPQ). Dan sekarang saya belajar di Madrasah Tsanawiyah (setara SMP) pagi hari dan Madrasah Diniyah sore hari.

Sekarang saya kelas IX. Setelah lulus, saya akan melanjutkan di Madrasah Aliyah (setara SMA). Nama saya Lidya Herawati. Umur saya 13 tahun. Saya tinggal di Desa Sowan Kidul yang letaknya di pinggiran sawah jauh dari pusat kota Jepara.

Sejak kecil saya menempuh pendidikan di yayasan yang sama yang ada di desa saya. Bagi kami, ada rasa malu kalau kami tidak sekolah di desa sendiri. Karena setiap desa di wilayah kami punya yayasan pendidikan masing-masing. Sekolah di desa sendiri adalah kebanggaan tersendiri bagi kami.

Saya pernah ingin sekolah di SMP favorit di sekitar kota Jepara. Karena nilai ujian saya cukup memadai masuk SMP. Tapi ayah saya tidak mengizinkan karena jaraknya terlalu jauh dan biayanya lebih mahal. Dan saya disuruh sekolah di Madrasah desa sendiri. Lokasinya dekat rumah saya.

Banyak Madrasah dan Sekolah

Hampir setiap desa yang ada di Kecamatan Kedung, Jepara, memiliki Yayasan Pendidikan Islam. Mulai Roudlotul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Bahkan ada 1 desa yang memiliki lebih dari 1 yayasan. Di desa saya ada Yayasan Safinatul Huda dan Yayasan Al-Muttaqin. Di desa Sowan Lor ada Yayasan Thamrinut Thullab dan Yayasan Sofa Marwa. Di desa Bugel ada Yayasan Matholiul Huda dan Yayasan Ali Muhsin. Di desa Wanusobo ada Yayasan Salafiyah. Di desa Menganti ada Yayasan Darul Hikmah. Dan lain-lain. Ini belum menghitung sekolah umumnya seperti SD, SMP, dan SMA/SMK.

Saat masa PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), setiap yayasan akan mempromosikan diri di sekitar wilayahnya. Mereka memakai cara promosi yang berbeda-beda. Yang pasti adalah setiap yayasan pasti akan menonjolkan prestasinya, menawari beasiswa siswa miskin dan berprestasi, memberi seragam gratis, sepatu gratis, menunjukkan ekstrakurikuler andalannya. Tak kalah dengan madrasah, sekolah umum (SD, SMP, SMA, SMK) juga melakukan hal yang sama. Masalahnya, saat promosi kadang ada madrasah yang terlalu memaksa siswa agar mau belajar di sekolahnya.

Madrasahku di Masa Kini (Masalah)

Di wilayah tempat tinggal saya, sekolah umum lebih besar dibandingkan madrasah. Jumlah siswanya lebih banyak. Fasilitas pendidikannya lebih lengkap. Pada umumnya begitu. Terutama jumlah buku yang ada di perpustakaan. Padahal buku adalah sumber belajar yang paling penting. Kalau ada tugas yang harus mencari sumber, saya sering kebingungan. Ujung-ujungnya cari di internet. Istilahnya tanya Mbah Google. Itu yang paling praktis. Itu pun bagi yang punya HP android saja.

Saat madrasah menerapkan kurikulum 2013 (K13), saya harus meminjam buku teman saya yang sekolah di sekolah umum negeri. Katanya, stok di perpustakaan sekolah masih banyak. Hah? Saya kaget. Di sana ada stok banyak. Di madrasah saya tidak ada sama sekali. Kalau pakai LKS atau modul masih kurang.

Padahal buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku kita akan belajar pengetahuan yang ada di dunia.

Saat proses membuat tulisan ini, guru saya bercerita kalau tingkat suka membaca anak-anak di Indonesia sangat rendah. Katanya, Indonesia peringkat 2 dari bawah dibandingkan negara-negara di dunia. Anak-anak Indonesia ternyata termasuk yang paling malas membaca buku.

Saya merasa ikut berdosa. Karena saya juga termasuk tidak gemar membaca. Salah satu penyebabnya karena kekurangan buku bacaan.

Kalau masalah prestasi madrasah tidak kalah dengan sekolah umum. Buktinya, madrasah di kota saya pernah menjadi juara umum lomba Olimpiade Matematika tingkat Internasional di Singapura.

Madrasahku di Masa Depan (Harapan)

Jumlah madrasah di wilayah tempat tinggal saya sangat banyak. Saya berharap semuanya berusaha menawarkan yang terbaik bagi siswanya. Yang penting adalah memberikan fasilitas pendidikan yang baik. Meningkatkan beasiswa bagi siswa kurang mampu dan berprestasi. Agar anak-anak bisa sekolah semuanya. Dan juga memberikan sumber belajar atau buku yang lebih lengkap.

Harapan saya kepada pemerintah adalah lebih adil dalam memberikan fasilitas pendidikan kepada madrasah, terutama buku-buku pelajaran. Saat pemerintah menerapkan kurikulum 2013 (K13), sekolah berbasis madrasah belum mendapat distribusi buku pelajaran K13. Sampai saat ini pun belum. Ini yang terjadi di kota saya, Jepara. Padahal, sekolah-sekolah umum sudah lebih dulu mendapatnya. Bahkan, buku yang didapatkan lebih dari jumlah siswanya.

Saya ingin mengajak teman-teman untuk lebih giat membaca. Karena membaca adalah hal yang paling penting bagi pelajar. Kita harus malu mendapat peringkat 2 dari bawah dibanding negara-negara lain. Kita harus lebih baik di masa depan.

Terakhir, saya mengajak seluruh siswa di Indonesia, khususnya yang belajar di madrasah-madrasah, mari kita buktikan kita mampu membawa Indonesia menjadi lebih baik di masa depan. Kita tingkatkan semangat belajar dan mengasah bakat dan minat kita.

Nama Lengkap : Lidya Herawati

Alamat : Sowan Kidul RT 03 / RW 04, Kedung, Jepara

Sekolah : MTs Safinatul Huda Kedung Jepara

Kelas : IX (Sembilan)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Good News From Indonesia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini