Perjalanan ke Kediri dan Indahnya Indonesia.

Perjalanan ke Kediri dan Indahnya Indonesia.
info gambar utama

Namaku Azka, aku lahir di Surabaya, besar di Jakarta, dan ketika lebih besar aku pindah dan tinggal di Tuban, kota kelahiran Ayahku. Inilah cerita tentang Indonesia-ku.

***

Saat itu libur panjang kenaikan kelas, aku sedang bosan dan ketika itu masih pukul 14:00. Aku sedang tidur-tiduran di kamar, ketika ada yang masuk rumah dan ternyata adalah Ayah.

“Ayah, apakah nati kita makan di luar?” tanyaku lemas.

No, tapi hari ini kita ke Kediri. Menginap!” jawab Ayah dengan gembira, dan tentu aku senang sekali mendengarnya dan segera menginformasikan hal itu kepada kedua adik-adikku.

Pukul 14:30, aku dan adikku disuruh mandi. Selesai mandi, aku cepat-cepat mengambil wudhu, ganti baju, sholat Ashar, dan segera siap-siap.

Aku dan Ibu segera menuju mobil, sedangkan Ayah, kedua adikku dan Om Roni sudah menunggu di dalam mobil. Ibupun segera memasukkan barang-barang ke bagasi, dan perjalananpun dimulai.

***

Sebenarnya aku kurang tahu Kediri, mendengarnya baru pertama kali ini. Tetapi aku tetap senang karena bisa berjalan-jalan dan tidak menghabiskan waktu di kamar. Aku sudah membayangkan kota besar seperti Surabaya atau Jakarta karena kedua kota itulah yang sering aku kunjungi. Apakah Kediri di Indonesia juga?

“Kita isi bensin dulu, ya!” ucap Ayah. Semua hanya mengangguk, kecuali adikku yang paling kecil yang tampak lahap dengan makanan yang dipegangnya di tangan dan kirinya.

“Siapa mau duduk di depan?” tanya Om Roni.

“Anggi!” jawabku sambil menunjuk adik terkecilku.

Iapun mengiyakan dan akhirnya dipangku sambil tetap sibuk dengan makanannya.

Ketika Ayah berhenti di suatu SPBU yang biasa kami kunjungi, Ayah segera mematikan mesin mobil seperti peraturan yang tertulis di sebuah papan pengumuman, lalu turun untuk memberikan uangnya kepada petugas.

Ketika sudah selesai, perjalanan baru benar-benar dimulai. Ibu mengeluarkan snack yang jarang kami makan, yaitu ring, snack berbentuk cincin yang manis. Kami segera memakan itu, sementara Anggi yang dari tadi sibuk makan malah tertidur.

***

Hari bertambah malam. Perjalanan kami dari Tuban ke Kediri belum juga sampai. Selain karena macet di daerah Ploso, kami juga berhenti beberapa kali untuk makan atau sholat. Tetapi tak apa, pemandangan Tuban-Kediri di saat sore hari sangatlah indah. Aku menyaksikan sawah yang membukit, berwarna hijau merata, disiram cahaya jingga dari matahari yang tenggelam. Indah sekali Indonesiaku.

Pemandangan seperti itu mengingatkan aku saat dulu kami tinggal di Jakarta dan mudik menuju Tuban. Kami melewati banyak kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah seperti Karawang, Indramayu, Brebes, Tegal, Semarang, Demak, Kudus, dan Rembang. Semuanya indah. Sawahnya indah, hutannya indah, lautnya indah, bukitnya indah, dan keseluruhan pemandangannya menurutku sangat indah. Kecuali jika kena macet. Indonesia akan lebih indah tanpa macet.

Pemandangan matahari terbenam paling aku sukai. Warnanya yang indah menimpa sawah, jalan raya, dan pepohonan sungguh adalah pemandangan yang luar biasa. Aku selalu ingin pergi ke tempat-tempat yang indah di Indonesia, tapi mungkin nanti, ketika aku sudah lebih besar.

***

Setelah hampir 6 jam terjebak macet, akhirnya mobil kembali berjalan. Tak lama kemudian, aku melihat sebuah gapura di sebelah kiri jalan bertuliskan “Selamat Datang di Kota...”, tapi sayangnya nama kotanya tidak terlihat sedangkan Ayah tetap memacu mobilnya lurus.

Perjalanan berubah lancar, tetapi Ayah baru sadar bahwa itu bukan jalan menuju Kediri, melainkan Nganjuk. Setelah bertanya kepada orang di jalan, ternyata benar, gapura yang aku lihat tadi adalah gapura Kota Kediri, dan akhirnya kami putar balik. Kedua adikku tampak sangat kelelahan dan tertidur pulas. Waktu itu pukul 21:00. Akupun tidur.

***

Tak lama kemudian, Ayah memarkir mobilnya di suatu tempat yang ternyata adalah hotel. Ayah kemudian berkata,

“Hotelnya tidak seperti di Surabaya, ya Azka!”

“Iya, Yah!” jawabku sambil menengok hotel yang sangat kecil dibandingkan tempat kami biasa menginap di Surabaya.

“Nin, Anin, Bangun! Sudah Sampai!” seruku sambil menggoyang-goyangkan tubuh adikku yang nomer dua.

Ayah memarkir mobilnya, dan kamipun turun. Kami masuk ke dalam hotel dan karena sangat lelah kami langsung tidur.

***

Keesokan harinya setelah urusan pekerjaan Ayah selesai, kamipun sempat berjalan-jalan sebentar ke suatu tempat di Kediri bernama Simpang Gumul. Bangunannya berbentuk kubus yang dihiasi dengan gambar petani dan patung Ganesha.

Suasananya sangat ramai. Orang-orang tampak gembira di sana. Mirip seperti suasana alun-alun Tuban, bedanya, tanpa bangunan kubus itu. Aku juga jadi ingat beberapa taman di Jakarta dan Surabaya yang pernah aku kunjungi. Di taman-taman itu wajah orang tampak gembira, mereka bisa bermain sepuasnya bersama kawan atau saudara. Andaikan di Indonesia lebih banyak taman, mungkin orang Indonesia akan lebih bahagia, walaupun kena macet seperti aku tadi.

Setelah puas bermain di Simpang Gumul, aku dan keluargaku harus segera kembali ke Tuban. Sebenarnya, aku masih ingin mengunjungi tempat-tempat lain di Kediri, tetapi karena Ayah buru-buru, mungkin kapan-kapan saja lagi.

Aku cukup senang ketika pulang Ibu memborong banyak makanan khas Kediri seperti Gethuk Pisang, Tahu, dan juga Brem.

Kamipun akhirnya pulang dengan gembira. Aku sangat senang bisa berjalan-jalan ke Kediri, juga ke kota-kota lain di Indonesia. Menurutku, semuanya sangat indah. Aku berdoa pada Tuhan semoga Indonesia tetap akan indah saat aku lebih besar nanti. Aku masih ingin melihat sawah, bukit, hutan, dan laut yang disiram cahaya matahari sore. Aku juga ingin melihat lebih banyak taman supaya lebih banyak orang yang gembira. Tetapi aku tidak ingin melihat kemacetan yang membosankan dan menghabiskan waktu.

Karya : Ashalina Azka Ardyansah

Asal Sekolah : SDI Bina Anak Sholeh, Tuban.

Kelas : IVC

Usia : 9 tahun

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Good News From Indonesia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini