Menghapus Tayangan Televisi “Tidak Bermutu” dengan Memberdayakan Talenta Anak Indonesia

Menghapus Tayangan Televisi “Tidak Bermutu” dengan Memberdayakan Talenta Anak Indonesia
info gambar utama

Banyak program tayangan televisi nasional dinilai tidak mendidik penonton terutama untuk perkembangan psikis dan perilaku anak-anak. Materi siaran televisi nasional sering mendapatkan kritik atau protes dari masyarakat, tokoh masyarakat, kalangan menteri bahkan presiden Jokowi juga pernah menyampaikan kritiknya. Pada 2015 lalu Presiden pernah bertemu dengan pengelola dan pimpinan redaksi televisi, Jokowi mengajak pengelola televisi agar menghadirkan tayangan yang positif, inspiratif dan mendidik tanpa melupakan unsur hiburan.

Namun, sepertinya ajakan Jokowi tersebut tidaklah diindahkan oleh beberapa stasiun televisi yang selama ini dinilai hanya mementingkan rating saja. Program tayangan masih berputar pada program sinetron yang temanya tentang percintaan, penganiayaan, kejahatan dan cerita yang dilebih-lebihkan. Pembuat programpun juga sengaja mengambil pemain yang banyak digilai para remaja sehingga rating tayangan beberapa sinetron tersebut selalu berada di urutan puncak dari pada tayangan yang lebih mendidik lainnya.

Bukan sinetron saja yang menyebabkan masyarakat geram, tapi ajang pencarian bakat dangdut dan program musik yang sudah melenceng dari tujuan awal. Pasalnya acara tersebut, menampilkan guyonan berlebihan, obrolan yang tidak bermutu dan sedikit sekali musisi yang tampil serta tidak membahas perkembangan musik Indonesia. Hal tersebut sangat bisa dikatakan melenceng dari tujuan utama dalam membuat program tayangan televisi dan sudah seharusnya diluruskan kembali.

Ada juga beberapa stasiun televisi yang sengaja menayangkan program drama dari negara lain yang tidak lebih maju dari Indonesia. Sangat disayangkan, masyarakat Indonesia dari pagi hingga malam disuguhi dengan drama dari negara India yang sebenarnya cerita dari drama tersebut tak jauh beda dari sinetron Indonesia. Dari sini munculah pertanyaan, apakah Indonesia kekurangan program tayangan ataukah kekurangan sumber daya manusia untuk membuat program tayangan karya anak bangsa atau karena kepentingan rating karena tayangan drama india selalu sukses mengambil hati masyarakat Indonesia. Tidak hanya berhenti dari program drama India saja, tetapi artis terutama aktor sengaja didatangkan ke Tanah air untuk mengibur masyarakat.

Penononton televisi tidak hanya para muda-mudi ataupun orang tua saja, tetapi anak-anak juga wajib diperhatikan guna perkembangan pola pikir dan perilaku anak. Selama ini anak-anak mengetahui kekerasan, percintaan dan pembullyan dari tayangan televisi, yang akhirnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Harusnya tayangan televisi bisa mencerdaskan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945 di alenia ke-4, bukan malah memperburuk pola pikir calon generasi muda. Seharusnya semua stasiun televisi tetap mengacu pada kode etik jurnalistik televisi sebagai pedoman bekerja di awak media. Dalam mukadimah kode etik jurnalistik televisi secara jelas telah disebutkan, materi siaran televisi nasional bertujuan menegakkan martabat dan integritas. Hal ini tidak hanya untuk jurnalis berita saja, tetapi berlaku untuk semua program pertelevisian indonesia agar menayangkan materi yang bermutu.

Memang kita telah memiliki lembaga pengawas tayangan televisi yaitu komisi penyiaran Indonesia atau (KPI) yang bertugas mengawasi, memberi teguran bahkan sanksi berupa pemberhentian tayang. Adanya KPI tidak membuat tayangan televisi nasional menjadi jauh lebih baik, KPI dinilai kurang mampu secara efektif dan tidak maksimal menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai harapan semua. Pengawasan dan sanksi yang diberikan kepada stasiun televisi yang melakukan pelanggaran tidak membuat para pemilik program jera dan kembali menayangkan program tanpa melakukan perubahan positif.

Indonesia memiliki banyak talenta muda yang sesungguhnya mampu menghadirkan program positif bagi tayangan pertelevisian Indonesia. Namun kebanyakan dari mereka tidak memiliki wadah untuk menuangkan kreativitas mereka, karena pihak televisi lebih menyediakan wadah untuk talenta negara lain, seperti drama beserta artis india, kartun animasi negara lain dan film hollywood. Tidak heran bila mereka yang bertalenta tersebut lebih memilih untuk berkarya di negeri orang dan karyanyapun lebih diapresiasi.

Contohnya, dibidang kreator animasi, Indonesia punya talenta-talenta muda yang tak boleh dipandang sebelah mata dan telah mendunia. Nama-nama animator asal Indonesia yang mendunia mungkin asing ditelinga masyarakat karena memang mereka lebih dihargai dinegeri orang. Kita memiliki 7 animator yang namanya telah mendunia, yaitu Andre Surya (film Transformer dan lain-lain), Michael Reynold Tagor (Batman vs Superman: Dawn of Justice dan masih banyak), Rini Triyani Sugianto (The Adventure of Tintin), Griselda Sastrawinata (Kungfu Panda dan lain-lain), Ronny Gani yang terlibat (Ant Mans dan banyak lagi), Christiawan Lie (Transformers 3 dan lainya).Terakhir adalah Marsha Chikita Fawzi dengan upin-ipin. Sekarang Marsha Chikita Fawzi telah mendirikan perusahaan animasi bernama Monso House bersama lima orang rekannya di Indonesia.

Melihat prestasi yang para animator muda Indonesia torehkan dikancah dunia, sebenarnya bisa mengubah tanyangan pertelevian Indonesia menjadi lebih kreatif dan mendidik. Perusahaan pertelivian harus bekerja sama dengan pemerintah dalam mendukung kiprah mereka di Indonesia, mulai dari pendanaan yang berhubungan dengan pembuatan animasi, wadah untuk mempublikasikan karya mereka, dan apresiasi penghargaan atas kinerja hebat mereka.

Para animator tersebut mampu menyukseskan Film animasi dari negeri adidaya seperti Ameika Serikat, dan mendatangkan eksistensi film animasi yang membuat negera tersebut semakin tampak hebat. Seharusnya dengan mereka berkarya di negeri sendiri bisa membuat Indonesia semakin maju dengan prestasi anak mudanya. Bahkan negera lain bisa membeli program animasi Indonesia untuk ditayangkan di negaranya, kalaupun ingin menggunakan animator Indonesia dalam pembuatan film animasi maka negara lain cukup bekerja sama.

Karya animator Indonesia bisa memenuhi tayangan program telivisi Indonesia dan menggeser program tidak bermutu yang selama ini menjadi tontonan tidak mendidik bagi rakyat Indonesia. Selain memiliki para animator yang memiliki talenta tinggi, Indonesia juga memiliki sutradara yang handal. Film-film mendidik telah mereka buat dan telah banyak menerima apresiasi dari masyarakat Indonesia. Pihak pengelola televisi tidaklah harus egois dengan menayangkan program yang digemari oleh masyarakat, tayangan tersebut bisa digemari karena ulah pihak televisi yang sengaja memanfaatkan masyarakat sebagai penonton setia. Pihak pengelola televisi tetaplah harus menghadirkan tayangan yang mendidik dan tidak lupa menyelipkan unsur hiburan dengan tidak berlebihan.

Indonesia memiliki instasi pendidikan untuk mencetak seorang yang ahli dalam bidang komunikasi, perfilman, jurnalistik, Seni grafis audio-visual dan banyak lagi, dari sanalah akhirnya setiap tahunnya lahir generasi baru yang hebat. Namun, para generasi itu hanya sedikit yang memiliki kesempatan untuk bisa bekerja di dunia pertelevisian Indonesia. Sudah saatnya pengelola televisi memberdayakan para talenta muda yang memiliki daya kreatif tinggi dan jangan sampai membiarkan mereka direbut oleh negara lain, karena mereka merasa dihargai di negeri orang.

Produk Indonesia yang dihasilkan anak Indonesia melalui program televisi juga akan memperkokoh rasa cinta dan memiliki kepada produk dalam negeri. Serta akan mengikis kecintaan masyarakat pada tayangan yang berasal dari Hollywood dan Bollywood. Saatnya para talenta muda dipermudah untuk menjadikan negara Indonesia lebih maju ke arah positif dan dihargai oleh negara lain dengan banyak karya yang dihasilkan oleh generasi muda Indonesia.


Sumber: diambil dari beberapa sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini