Pulau Merah Surga Pecinta Surfing

Pulau Merah Surga Pecinta Surfing
info gambar utama

Pantai Pulau Merah merupakan salah satu destinasi wisata bahari yang wajib dikunjungi ketika singgah di Kabupaten Banyuwangi. Obyek wisata yang terletak di kecamatan Pesanggaran ini, menyuguhkan berbagai sajian menarik. Tidak hanya pantainya yang masih bersih. Bukit hijau kecil yang dapat dikunjungi ketika air surut dan memiliki tanah merah, yang terletak di dekat bibir pantai menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Tidak hanya berbagai keindahan alam itu yang disajikan di Pantai Pulau Merah. Tempat ini juga memiliki daya tarik bagi para pecinta olahraga selancar (surfing), dengan ombak yang mencapai 3-5 meter. Menurut Roy salah satu pengunjung yang bermain surfing ditempat ini, merasa nyaman untuk ukuran orang yang sedang belajar seperti dirinya. Tempat yang masih belum begitu ramai, dan juga sampah berserakan jarang sekali ditemukan disekitar pantai.

Fika salah satu rekan Roy yang datang dari Lamongan juga mengatakan tempat ini memang menarik untuk bermain surfing. Walaupun dirinya seorang perempuan ia juga memiliki hobby yang cukup ekstrim itu. “Yang terpenting ketika dulu saya belajar yaitu punya tekad, giat, mungkin ketika melihat terlihat mudah, tapi setelah mencoba, kita harus tahu mana ombak yang bagus,” Ungkap Fika.

Dirinya juga memberikan saran tetap menjaga keamanan ketika bermain surfing, dengan cara menjaga tali yang diikatkan pada tali tidak lepas. Hal itupun dibenarkan oleh Suyitno, sebagai ketua Life Guard di Pantai Pulau Merah. “Asal tali sekitar 2 meter itu tidak lepas, dirasa aman saja. Tapi kita juga tidak boleh panik ketika terjatuh dari papan,” ungkapnya.

Suyitno yang juga sebagai pelatih surfing memberikan penjelasan tentang bagaimana dasar bermain surfing. Menurutnya orang yang bermain surfing tidak begitu perlu pandai berenang yang terpenting memiliki dasarnya. Begitupun sebaliknya orang yang pandai berenang belum tentu bisa, pandai bermain surfing.

Yang harus diperhatikan saat bermain yaitu menjaga keseimbangan, tidak panik, dan juga bisa meluncur. Suyitno juga turut mengembangkan bakat berseluncur anak-anak di sekitar Pantai Pulau Merah mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.Dengan bermodal belajar secara otodidat dirinya membuka sekolah selancar yang secara cuma-cuma, tanpa dipungut biaya itu namun tidak main-main dalam menjalankannya. Salah satu anak didik Suyitno tercatat nomer tiga se Asia.

Melihat potensi anak-anak itu dan perjuangan Suyatno seharusnya pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga melirik potensi anak-anak emas itu. Melihat di Indonesia memiliki daerah laut yang luas dan banyak yang bisa dimanfaatkan untuk olahraga Surfing itu. Tapi yang ada sekarang belum banyak peminat atau orang yang berprestasi dalam olahraga Surfing yang didukung oleh pemerintah.

Namun sangat disayangkan perjuangan dan prestasi yang diukir oleh Suyitno, tidak sebanding dengan pendapatan yang ia terima. Dirinya pun menjadi salah satu orang yang membuka Pantai Pulau Merah pada awalnya. Tidak mudah juga pada saat awal menurutnya, dirinya sempat dilaporkan kepolisi oleh Perhutani lantaran disangka merusak hutan. Tetapi saat semua sudah berjalan bagus, banyak instansi yang mengakuinya.

Hingga saat ini tidak hanya wisatawan lokal yang datang, namun juga wisatawan asing, terutama berasal dari Eropa. Pantai Pulau Merah di tahun kemarin juga menggelar event bersekala Internasional. Peselancar dari 20 negara hadir di Pantai Pulau Merah untuk menantang ombak disana. Namun sangat disayangkan gelaran pada tahun ini tidak dilaksanakan lantaran terdapat masalah dengan tambang yang ada di dekat pantai.

Padahal jika gelaran acara surfing tingkat Internasional itu dapat diselenggarakan secara berkala, otomatis para wisatawan yang berkunjung bertambah dan pemasukan daerahpun bertambah. Namun sangat disayang pemerintah juga kurang bisa menyeimbangkan adanya tambang dan wisata pantai ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini