Idul Adha di Depan Mata, Yuk Intip Tradisi Unik di Beberapa Daerah dalam Merayakan Idul Adha

Idul Adha di Depan Mata, Yuk Intip Tradisi Unik di Beberapa Daerah dalam Merayakan Idul Adha
info gambar utama

Masyarakat muslim dunia akan bersuka cita dengan datangnya lebaran haji atau Idul Adha, Indonesiapun pasti tak kalah bergembira. Daging akan dibagi-bagikan secara suka rela, masyarakat yang tidak pernah memakan daging pun turut kecipratan berkat hari raya Idul Adha.

Idul Adha 2017 akan jatuh pada hari jum’at, 1 September 2017. Menguntungkan bagi anak sekolah ataupun para PNS, karena libur panjang telah menanti.

Libur panjang yang juga bertepatan dengan hari raya kurban bisa dimanfaatkan untuk destinasi menikmati tradisi dalam merayakan hari raya kurban. Karena ada daerah-daerah yang memiliki tradisi unik dengan nama-nama tradisi yang unik pula dan tentunya hanya ada di Indonesia, seperti yang di lakukan dibeberapa daerah ini

Warga Banyuwangi menjemur kasur serta dipukui dengan rotan atau sapu lidi, diyakini dapat membersihkan penyakit | Banyuwangi.merdeka.com
info gambar

  1. Tradisi Jemur Kasur di Banyuwangi
    Kasur, dibanyangan kawan GNFI pasti merajuk pada tidur, namun lain haknya dengan Masyarakat Osing yang di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur. Mereka melakukan tradisi "mepe kasur" atau menjemur kasur di bawah terik matahari di depan rumah mereka masing-masing. Selama dijemur hingga sore, alas tidur yang kebanyakan berwarna dasar hitam dengan tepi merah dipukul-pukul menggunakan sapu lidi atau rotan agar bersih. Masyarakat Osing meyakini dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit. Khusus bagi pasangan suami istri, tradisi ini bisa diartikan terus memberikan kelanggengan.
Warga muslim di Bali melakukan tradisi Ngejot, membagikan daging ke umat hindu.| dream.co.id
info gambar
  1. Tradisi Ngejot di Bali
    Masyarakat muslim di Pulau Dewata memang minoritas bukan berarti mereka tidak mempunyai tradisi untuk merayakan hari raya kurban.Tradisi unik bernama “Ngejot” di bali dilakukan di Banjar Angantiga di Desa Petang, Kecamatan Petang, Badung. Ngejot merupakan tradisi untuk hidup berdampingan dengan damai bersama warga yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Tradisi seperti itu telah diwarisi turun temurun sejak 500 tahun silam, berkat adanya saling pengertian dan menghormati satu sama lainnya. Singkatnya, saling berbagi makanan saat umat Hindu maupun Muslim merayakan hari raya keagamaan.
Warga berebut hasil bumi dari gunungan grebeg | Infojogja
info gambar

  1. Tradisi Grebeg di Yogyakarta
    Tradisi di Yogyakarta digelar oleh Kesultanan Yogyakarta yaitu menggelar menggelar tradisi Grebeg Besar di pelataran Masjid Gede Kaumansebelum hari raya Idul Adha. Kraton Yogyakarta biasanya mengeluarkan 4 gunungan yaitu gunungan lanang (laki-laki), gunungan wadon (perempuan), gunungan gepak, dan gunungan pawuhan. Gunungan tersebut keluar dari kraton dengan diiringi oleh arak-arakan khas kraton Yogyakarta melewkeraton melewati Siti Hinggil, Pagelaran, dan menuju Alun-Alun Utara, tepatnya di masjid Gede. Yang menjadikan tradisi ini menarik adalah Setelah keempat gunungan didoakan penghulu keraton, dalam waktu sekejap, empat gunungan yang berisi hasil bumi langsung habis diserbu oleh masyarakat.

Perebutan makanan oleh masyarakat diyakini akan mendatangkan berkah seperti yang diceritakan para leluhur mereka. Bahwa, yang berhasil mendapat hasil bumi dari gunungan tersebut akan mendapat berkah dan banyaknya berkah sesuai dengan yang didapatkan masyarakat dari hasil rebutan.

Warga merias sapi layaknya seperti manten. | planet.merdeka.com
info gambar
  1. Tradisi Manten Sapi di Pasuruan
    Tradisi “Manten Sapi” atau pengantin sapi dilakukan oleh warga di Desa Wates Tani, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, sehari sebelum hari raya kurban.

Tradisi ini untuk untuk menghormati hewan kurban yang akan disembelih. Acara ini dimulai dengan memandikan sapi menggunakan air kembang agar bersih. Kemudian, sapi-sapi itu dikalungi hiasan bunga tujuh rupa supaya terlihat cantik atau tampan layaknya pengantin. Tubuh binatang ini kemudian diselubungi kain putih.

Setelah itu, para pengantin ini diarak oleh warga kampung menuju masjid untuk diserahkan ke panitia kurban. Ibu-ibupun berantusias dengan membawa peralatan rumah tangga dan berbagai bumbu dapur sebagai persiapan saat penyembelihan sapi.

masyarakat semarang mengarak hasil bumi sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. | beritadaerah.co.id
info gambar
  1. Tradisi Apitan di Semarang
    Semarang memiliki tradisi yang dikenal dengan nama "sedekah bumi apitan". Acara ini dilakukan dengan mengarak tumpeng dan hasil bumi di jalan-jalan kampung. Hal ini bertujuan sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Allah atas limpahan rezeki kepada mereka. Dengan membuat acara ara-arakan hasil bumi rakyat semarang. Untuk tempat pelaksanannya biasanya di kantor kelurahan dan diakhiri dengan pembacaan doa bagi keselamatan seluruh warga. Setelah didoakan, warga akan langsung menyerbu hasil bumi yang disusun membentuk gunungan itu.

diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini