Pengayuh Becak Perpustakaan

Pengayuh Becak Perpustakaan
info gambar utama

Jika kita berkunjung ke Yogyakarta tentu kita tidak akan terlewat melihat lalu lalang salah satu kendaraan khas Yogyakarta, yaitu becak. Namun dari sekian ratus atau ribuan becak ada salah satu becak yang unik dapat kita temui tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta. Namanya pak Topo, pria berusia 70 tahun ini telah mengayuh becaknya sejak tahun 2004, namun mulai membuat becak uniknya sekitar tahun 2016. Perjalanan panjang hidupnyapun diceritakan secara runtut, ingatan yang masih melekat dipikirannya diungkapkan secara runtut ketika ditemui.

Mengawali karir bekerja di kesatuan militer, walaupun dirinya tidak menjadi seorang tentara langsung, namun semangat dan disiplin tetap sama telah terlatih di kesatuan TNI AD. Setelah dirinya mengabdi di TNI lebih dari 10 tahun akhirnya dirinya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, yang pada awalnya sebagai pekerja honorer. Dirinya ditugaskan sebagai juru gambar, setelah salah satu anggota yang ditugaskan sebagai juru gambar dipecat. Keahlian menggambar Sutopo, tidak jauh dari pendidikan terakhirnya di ASRI.

Setelah berkarir cukup lama sebagai juru gambar, dirinya akhirnya pensiun dan memutuskan untuk mengayuh becak dengan alas an kesehatan. “Saya memilih narik becak, karena saya melihat dari segi kesehatan, banyak orang seumuran saya tidak ada kegitan malah jatuh sakit,” ungkap Sutopo. Setelah 10 tahun sebagai tukang becak dirinya mempunyai inisiatif untuk membuat becak perpustakaannya.

Insiatif membuat becak perpustakaannya itu tidak terlepas dari kegemarannya membaca sejak Sekolah Dasar, dirinya bergabung menjadi anggota perpustakann milik Amerika saat itu. Hingga kin kegemarannya akan buku tidak berhenti/ Berawal dari hanya beberapa buku dimilikinya, hingga seorang ibu yang biasa mengantar anaknya bersekolah dekat tempat biasa Sutopo menunggu penumpang melihat sosok dirinya sedang membaca buku. “Ya ibu itu menghampiri saya dan bertanya apakah saya senang membaca buku, ya saya jawab iya, setelah berganti hari ibu itupun memberikan sejumlah buku, dan akhirnya semakin hari, makin banyak orang dari berbagai kalangan yang menyumbang,” ungkapnya.

Diera perkembangan zaman saat ini menurutnya tidak hanya menimbulkan dampak positif namun juga negatif. Dirinya menyanyangkan diusia anak-anak sudah bermain handphone, hal tersebut menyebabkan minat baca anak-anak menurun menurutnya. Terkait kemajuan teknologi juga, dirinya juga merasa pendapatnya berkurang setelah ada angkutan online. Namun Sutopo tetap merasa sabar dan ikhlas, percaya bahwa rejeki sudah diatur oleh Tuhan. Karena pengalamannya pula pernah ditipu oleh penumpang yang tidak membayar, namun dirinya mendapat ganti secara tidak langsung.

Sutopo kini juga telah mendapat berbagai penghargaan karena inisiatifnya membuat sebuah becak dengan perpustakaan. Dirinya juga pernah menjuarai lomba desain becak, yang dimana dirinya menjadi satu satunya tukang becak yang mengikuti kompetisi itu, karena keterbatasan akan dunia digital dirinyapun mendaftar secara langsung tidak lewat online seperti kebanyakan lainnya, namun sekali lagi berkat kerja kerasnya itu, Sutopo berhasil mendapat penghargaan itu. Sutopo pun dapat dikatakan telah turut mencerdaskan bangsa ini ini dengan becak perpustakaannya, kepedulian seperti dirinya juga seharusnya tumbuh disetiap orang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini