Ngobrol Seru Bersama Tazsa Miranda, Mahasiswa UNESA Peraih Perunggu Di SEA GAMES 2017

Ngobrol Seru Bersama Tazsa Miranda, Mahasiswa UNESA Peraih Perunggu Di SEA GAMES 2017
info gambar utama

SEA Games 2017 baru berakhir pada 30 Agustus 2017 yang lalu, namun atmosfer perhelatan perlomabaan cabang olahraga paling bergengsi bagi negara-negara ASEAN itu tak begitu saja berlalu. Ada saja hal-hal unik yang diberitakan dan membuat heboh para netizen.

Salah satu hal unik yang sempat menjadi viral di media sosial dan membuat netizen heboh adalah atlet asal Indonesia, Tazsa Miranda. Atlet yang sedang menempuh pendidikan SI jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) itu, dinilai memiliki paras yang cantik dan pantas menjadi pemain sinetron atau model.

Saya, yang satu universitas dengan Tazsa merasa terkejut dan sedikit tidak percaya karena yang menjadi viral di media sosial adalah atlet yang berkuliah di UNESA. Selain itu, ada rasa bangga karena UNESA telah berhasil dibuat harum oleh Tazsa dari prestasi yang ia raih di SEA Games 2017.

Dan pada hari rabu, 6 September 2017, saya berkesempatan berbincang dengan Tazsa Miranda si atlet yang dijuluki cantik dan berprestasi.

Atlet berusia 19 tahun itu rupanya sedikit malu-malu ketika saya temui untuk membagi pengalamnnya. Namun setelah berbincang di luar topik utama yaitu tentang SEA Games, Tazsa mulai menunjukkan keramahannya dan sangat rendah hati, serta selalu tersenyum saat menjawab semua pertanyaan walau terkadang bingung mencari jawaban.

Tazsa mengungkap dalam mempersiapkan pertandingan di Sea Games 2017 kemarin cukup matang, para atlet senam menjalani karantina untuk melakukan pelatihan terpusat (Training Center) selama sebulan di Doha, Qatar. Lalu menjalani tes pertandingan di Baku dalam perhelatan Islamic Solidarity Games dan latihan intensif sampai bisa mencapai target meraih medali. Sebelumnya memang sudah difokuskan buat latihan selama 6 bulan sebelum SEA Games 2017.

Selain memang ada karantina, Tazsa harus pandai mengatur waktu antara kuliah dan latihan. Setiap harinya sebelum dan sesudah kuliah tetap melakukan latihan di Gedung Senam Nusantara, di Citraland, Surabaya.

“Dimulai dari pemberangkatan dari asrama Petrokimia, Gresik pukul 5 Pagi. Terus Latihannya setiap hari Senin-Sabtu mulai dari pukul 6-9 pagi dan sorenya di hari senin, selasa dan kamis yaitu mulai pukul 3-6 sore. Awalnya memang berat tetapi karena sudah terbiasa dan kurangi-kurangi mengeluh.” Terang Tazsa Miranda Devira, saat berbincang di Depan Gedung Pertunjukan Sawunggaling, UNESA, Rabu, 6 September 2017.

Dari persiapan panjang itulah cabang olahraga senam tahun ini mendapatkan perolehan medali yang sangat membanggakan bagi Indonesia, yaitu 7 medali yang terdiri dari 1 emas, 2 perak dan 4 perunggu.

Salah satu medali perunggu di sumbangkan oleh tim Tazsa yang bergabung dalam regu putri senam artistik. Tazsa bertanding bersama Rifda Irfana dan Armatiani, serta Amalia Fauziah yang juga mahasiswa UNESA namun beda 3 tingkat diatas Tazsa. Masing-masing Individu harus senam dengan menggunakan 4 alat.

Tazsa juga menjelaskan kepada saya sistem senam beregu dan alat apa saja yang digunakan saat bertanding kemarin, “ Namanya memang senam beregu tetapi bertandingnya sendiri-sendiri, walaupun dilakukan secara individual tapi kita mendukung satu sama lain supaya bisa melakukan gerakan yang sebaik mungkin.” Ujar Tazsa.

“Satu anak main empat alat, setelah semua sudah tampil lalu dijumlah dan dari situlah kita tahu hasilnya. Tazsa sendiri menggunakan alat senam lantai, voult table, palang bertingkat, balok keseimbangan (balance beam),”lanjutnya.

Selain berprestasi di Sea Games 2017, atlet asli Kota Pahlawan itu telah banyak mencetak prestasi dan memiliki tabungan medali cukup banyak. Dengan rendah hati Tazsa menyebutkan prestasi yang diraihnya yaitu mulai dari POPNAS ( Pekan olahraga Nasional) tahun 2009 berhasil mendapat 3 emas, pada 2011 mendapat 2 emas dan 1 perak, tahun 2013 mendapat 2 emas dan 1 perunggu.

Pada 2015 di PRAPON ( Pra Pekan Olimpiade Nasional) mendapat 2 emas dan 1 perak, lalu di PON 2012 mendapat 1 emas dan 1 perunggu dan 2016 mendapat 2 emas dan 1 perunggu.

Di ajang Internasional, Tazsa juga berhasil mendapat medali yaitu di ASEAN SCHOOL lomba antar pelajar pada tahun 2014 di Filipina, berhasil mendapat 1perunggu. Lalu di Islamic Solidarity Games (ISG) di Baku, Azerbaijan, juga mendapat 1 perunggu.

Secara jujur Tazsa mengaku, bertanding di ajang internasional seperti SEA GAMES yang kemarin itu memiliki atmosfer yang berbeda. Dia sangat nervous karena harus bertanding sama atlet yang memiliki predikat juara dunia.

Walau persaingan sangat ketat, menurut Tazsa dibelakang pertandingan atlet dari negara-negara ASEAN lainnya sangat sopan, memiliki tingkah laku yang baik, dan ramah. Sehingga jika sudah berada di belakang pertandingan, aroma persaingan seperti memudar dengan sendirinya.

Saat ditanya tentang lawan paling kuat, Tazsa mengaku Tim Malaysia adalah tim yang susah dikalahkan, “Dari segi lawan Malaysia paling kuat atau lawan paling tangguh soalnya mungkin tuan rumah jadi lebih percaya diri tampil tapi emang bagus dan berani melakukan latihan terpusat cukup lama,”

“Tetapi gak ada kecurangan di senam, lawannya emang cukup kuat dan bagus,” tambahnya, menegaskan bahwa di dalam senam semua nyata tak ada kecurangan.

Dunia olahraga sudah diseriusi oleh Tazsa sejak duduk di kelas 3 Sekolah Dasar. Awalnya dia bergelut di cabang olahraga renang, namun tidak menunjukkan prestasi. Lalu karena dilihat dari postur dan berat badan, senamlah yang cocok baginya dan lebih cepet mendapat prestasi di cabang senam artistik.

Di dalam perjalanan mulus sebagai atlet, ada keluarga yang memang memberikan dukugan seratus persen. Tazsa selalu melakukan ritual pamit terlebih dahulu kepada orang tua dan meminta doa orang tua.

Maka dalam peroleh perunggu ini, yang paling utama dia persembahankan kepada kedua orang tua. “Orang tua, pelatih yaitu Kak eva, mbak Irma, kak Zahari sama mas Taufik, terus juga untuk kampus UNESA yang telah mendukung penuh, teman-teman kampus, ada dosen senam yang istrinya pelatih dia juga membantu.” Ujarnya sedikit terharu.

Selain dukungan yang hadir dari mereka, menurut Tazsa Persatuan Senam Indonesia (PERSANI) juga sangat mendukung.

Perjalanan mulus menjadi atlet senam artistik juga pernah membuatnya cedera pada bagian ligamen yang menjadi tumpuan di tahun 2012. Sampai dekarang Tazsa mengikuti Sea Games 2017, belum sempat rehat untuk melakukan operasi.

Seharusya dirinya melakukan operasi tahun 2012 tetapi karena ada persiapan PON dan berlanjut ke pertadingan lainnya, sehingga Tazsa tidak memiliki waktu untuk rehat melakukan operasi.

Tazsa mengaku merasakan dampak dari cedera 5 tahun silam, “Saat bertanding pasti tersugesti dengan pikiran aneh-aneh, karena lutut suka goyang jadi mau nambah gerakan yang lebih meningkat merasa takut,” ujarnya.

Tazsa Miranda saat ditemui di depan Gedung Sawunggaling, UNESA, Rabu, 6 September 2017.
info gambar

Tidak salah bila masyarakat Indonesia menaruh rasa bangga pada atlet yang tak hanya cantik itu, tapi juga mampu berkorban demi Indonesia.

Namun, saat disinggung soal ketenarannya yang membuat followersnya bertambah sangat banyak, Tazsa mengaku Speachles. “Kalau disuruh jadi artis, wah saya enggak jago akting dan susah kalau bicara di depan. Maju saat presentasi aja susah, gimana mau jadi artis.”Ungkapnya.

Bahkan menurutnya dia kurang melakukan terbaik karena cuma bisa menyumbang satu perunggu dan kurang puas karena belum berikan yang terbaik untuk Indonesia. Dia juga kalah di nomor individual menggunakan alat balok keseimbangan, Tazsa mengaku di individual lebih nervous dari pada tim.

Atlet kelahiran 8 November itu berharap dirinya bisa lebih melakukan yang terbaik untuk Indonesia, tak hanya meraih perunggu tapi juga emas.

Tazsa juga memiliki harapan kepada PERSANI agar menambah waktu Training Center (TS) lebih panjang. Menurutnya, TS kurang lama karena memang mengejar gerakan dan harusnya jauh-jauh hari atlet sudah dipusatkan untuk jangka panjang. Karena latihan senam membutuhkan waktu lebih banyak.

Selain itu, Tazsa berharap adanya regenerasi di cabang olahraga senam. Tazsa mengaku atlet senam Indonesia kurang regenerasi. Selama ini, masih atlet senior yang wira-wiri mengikuti berbagai ajang perlombaan.

“Sebenarnyakan Golden Age atlet senam itu 15-16 tahun, nah kalau sayakan udah mau dua puluh mbak.” jelasnya.

Dan dia juga berharap adanya kepengurusan yang lebih baik di dunia olahraga Indonesia dan lebih perhatian ke atlet.

Di akhir obrolan Tazsa memberikan motivasi kepada semua generasi muda Indonesia, khususnya atlet Indonesia. “Semangat latihannya yang tekun jangan males, males boleh sekali dua kali tapi balik lagi ke awal kalau niatnya bawa nama indonesia musti semangat berusaha lebih baik.”Pesan Tazsa untuk para atlet di Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini