Keunikan Desa Wisata Osing Kemiren Banyuwangi

Keunikan Desa Wisata Osing Kemiren Banyuwangi
info gambar utama

Kota di ujung jawa Timur, Banyuwangi, kini menjelma menjadi kota idaman yang menarik untuk dikunjungi. Kota yang juga disebut sun rise of java itu beberapa tahun terakhir ini berhasil memikat hati para pelancong lokal maupun wisatawan manca negara (wisman).

Dengan mengusung konsep ekoturisme, Banyuwangi berhasil mengembangkan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal.

Tidak hanya alam yang menjadi daya tarik Banyuwangi, tetapi kebudayaan asli kotapun juga berhasil mencuri perhatian pengunjung. Untuk menjaga kelestarian kebudayaan Banyuwangi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menetapkan Desa Wisata Osing sebagai cagar budaya.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Desa Wisata Osing atau Using berada di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah di Kabupaten Banyuwangi. Penduduk di desa ini merupakan kelompok masyarakat yang memiliki adat istiadat dan budaya khas sebagai satu suku, yang dikenal sebagai suku Osing (Using). Pemerintah menetapkannya, sebagai daerah cagar budaya dan mengembangkannya sebagai Desa Wisata (Suku) Using (Osing).

Orang-orang Osing adalah masyarakat Blambangan yang tersisa. Keturunan kerajaan Hindu Blambangan ini berbeda dari masyarakat lainnya (Jawa, Madura dan Bali), bila dilihat dari adat-istiadat budaya maupun bahasanya. Desa Kemiren lahir pada zaman penjajahan Belanda, tahun 1830-an. Awalnya, desa ini hanyalah hamparan sawah dan hutan milik penduduk Desa Cungking yang merupakan cikal-bakal masyarakat Osing.

Masyarakat Osing di desa Kamiren memiliki tradisi khas yang dijalankan turun-temurun yang kesemuanya masih asli. Memasuki desa Kamiren ada atmosfer yang berbeda dari pada seluruh desa yang ada di Banyuwangi.

Salah satunya, dalam hal bercocok tanam, masyarakat Kemiren menggelar tradisi selamatan sejak menanam benih, saat padi mulai berisi, hingga panen. Saat masa panen tiba, petani menggunakan ani-ani diiringi tabuhan angklung dan gendang yang dimainkan di pematang-pematang sawah. Saat menumbuk padi, para perempuan memainkan tradisi gedhogan, yakni memukul-mukul lesung dan alu sehingga menimbulkan bunyi yang enak didengar. Musik lesung ini menjadi kesenian yang masuk dalam warisan budaya asli suku Using

Tradisi Gedhongan suku Osing di Desa Kemiren
info gambar

Setelah ditetapkan menjadi Desa Wisata Using, tahun 1995 Bupati Purnomo Sidik membangun anjungan wisata yang terletak di utara desa. Anjungan ini dikonsep menyajikan miniatur rumah-rumah khas Using, mempertontonkan kesenian warga setempat, dan memamerkan hasil kebudayaan.

Di tempat rekreasi dibangun fasilitas wisata seperti kolam renang, tempat bermain, dan tentu saja ada bangunan rumah khas masyarakat Osing serta bangunan museum modern yang mamajang berbagai perlengkapan dan pernik budaya Osing. Cukup dengan uang Rp 5.000 untuk tiket masuk, wisatawan bisa menikmati fasilitas rekreasi sepuasnya.

Keunikan Lain desa Wisata Osing

Adat yang masih terjaga di desa Kemiren
info gambar

Wisata Desa Adat Kamiren ini juga penuh dengan atraksi. Salah satunya adalah Barong Osing. Barong berciri khas sebagai wujud Singa bersayap dan bermahkota yang juga bisa dilihat Singa bersayap di Paduraksa cungkup makam Sunan Drajat,hewan ajaib,angker,mata melotot,bertaring,dagu bergerak dan dimainkan oleh dua orang.

Desa Adat Kemiren Banyuwangi menawarkan eksplorasi budaya lokal yang sangat menarik untuk dicoba. Jadi, berwisata ke Banyuwangi juga bisa sebagai bentuk melestarikan budaya. Di acara ini semua pengujung terpukau Ritual Barong Ider Bumi di desa Kemiren.

Berikut kebudayaan yang dilestarikan di Wisata Desa Adat Kamiren : Sanggar Genjah Arum Sanggar ini ibarat sebuah museum yang berada di Desa Adat Kemiren Banyuwangi. Tempat tersebut milik pribadi yang dikelola oleh seorang pengusaha untuk melestarikan kebudayaan tradisional Banyuwangi. Masuk ke dalam sanggar ini akan membawa pengunjung serasa kembali ke Banyuwangi di masa lampau. Di sana ada tujuh rumah adat yang usianya sudah sangat tua dan juga beberapa ornamen kuno yang membuat suasana tempo dulu semakin terasa kental. Angklung Paglak adalah sebutan untuk sebuah gubuk kecil yang dibuat dari bambu dengan atap ijuk.

Berbeda dengan gubuk kebanyakan, paglak dibangun setinggi 10 meter dari tanah dengan menggunakan empat batang bambu sebagai penyangganya. Angklung paglak adalah permainan musik yang dilakukan di atas gubuk tersebut. Seni musik ini menjadi salah satu adat kebudayaan yang dilestarikan di Desa Adat Kemiren Banyuwangi hingga sekarang.

Tari Gandrung Pesona budaya lain yang bisa ditemui di Desa Adat Kemiren Banyuwangi adalah pertunjukan Tari Gandrung yang sangat mempesona. Sambil bersantai di Sanggar Genjah Arum, pengunjung akan dimanjakan oleh penari yang menghibur.

Pengunjung juga bisa belajar membuat kopi osing
info gambar

Selain itu, pengunjung juga wajib memcicipi Kopi Using Desa Adat Kemiren Banyuwangi, atau kopi khas masyarakat Using yang dikenal memiliki cita rasa yang begitu nikmat.

Selain mencicipi, pengunjung juga bisa praktek langsung proses pengolahannya mulai dari menyangrai, menumbuk biji kopi, menyaring bubuk kopi sampai praktik cara penyajian kopi. Diolah menjadi minuman kopi jenis apapun, mulai dari espresso atau robusta, rasanya pasti akan terasa lebih nikmat

Sumber: Banyuwangibagus.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini