Ini Dia Yang dilakukan Pegiat Sastra Asia Tenggara Saat Berkumpul di Jakarta

Ini Dia Yang dilakukan Pegiat Sastra Asia Tenggara Saat Berkumpul di Jakarta
info gambar utama

Kepedulian terhadap perkembangan dan kemajuan dunia sastra di Asia Tenggara sudah sejak tahun 1955 lalu. Namun dalam hal eksistentsi penggunaan teori dalam kritik sastra, dunia timur masih condong menggunakan teori dunia barat. Dalam menyikapi eksistensi penggunaan teori dunia timur itu, tahun ini kembali diselenggarakan Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) yang bertuan rumah di Jakarta. SAKAT dilaksanakan pada 11-14 September 2017 di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta.

Pegiat sastra dari Asia Tenggara itu berkumpul dalam seminar untuk membahas tema yang diangkat 'Teori dan Kritik Sastra Loka (Sastra Tempatan)'. Seminar ini membahas berbagai topik, yakni estetika, teori, dan kritik sastra dalam karya-karya sastra di Asia Tenggara.

SAKAT diselenggarakan oleh negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand yang tergabung dalam Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Majelis Kesusastraan ini dideklarasikan pada tahun 1995 di Bukittinggi, Sumatera Barat, dengan tujuan untuk menduniakan sastra Indonesia atau Melayu. Keanggotaan Mastera diwakili oleh lembaga-lembaga kebahasaan di setiap negara.

"Dengan diselenggarakannya SAKAT ini, diharapkan dapat menjadi momentum untuk diseminasi hasil pengembangan teori dan kritik sastra loka atau tempatan yang pernah ada tersebut. Selain itu, dapat menjadi wadah silaturahmi dan tukar pikiran tentang kemajuan pengkajian sastra terkini, baik di kawasan Asia Tenggara maupun di dunia secara umum," ujar Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Dadang Sunendar, dikutip dari news.detik.com.

Seminar ini menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri yang membahas berbagai topik, mulai dari teori nilai sastra dari Sutan Takdir Alisyahbana, sastra profetik dan sastra berasaskan Islam, estetika paradoks Jakob Sumardjo, teori SUKUT, hingga estetika dan nilai lokalitas dalam sastra dunia secara umum.

Dalam pembukaan acara SAKAT, Kemendikbud memberikan penghargaan kepada para pemenang sastrawan muda Mastera, yakni Norman Erikson Pasaribu dari Indonesia, Hajah Nur Hamizah Binti Haji Samiho dari Brunei Darussalam, Nisa Haron dari Malaysia, dan Hassan Hasaaree dari Singapura.

Selain menjadi tuan rumah penyelenggaraan SAKAT ke-13, Indonesia juga menjadi tuan rumah Sidang ke-23 Mastera yang akan dilaksanakan pada 13-14 September 2017. Di SAKAT juga akan diluncurkan beberapa buku produk Mastera hasil Program Penulisan Mastera, antara lain Kritik Sastra Lintas Budaya Serantau: Puisi, South East Asia Literary and Cultural Rendezvous (Penerjemahan Esai Terpilih), Nasihat Murang-Maring Pengarang Seksi (Antologi Esai Mastera), Setrika Kabut (Antologi Puisi Mastera), Demit dan Mikrocip (Antologi Drama Mastera).


Sumber: kompas.com, detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini