Pasar Hamburg 2017: Wadah Untuk Perkenalkan Seni Budaya Indonesia Di Jerman

Pasar Hamburg 2017: Wadah Untuk Perkenalkan Seni Budaya Indonesia Di Jerman
info gambar utama

Festival budaya Indonesia Pasar Hamburg telah sukses digelar sejak 9-10 September 2017 lalu di Hamburg Messehalle, Hamburg, Jerman. Festival budaya Indonesia yang terbesar di Jerman ini sudah lima kalinya digelar. Pasar Hamburg berhasil menjadi acara tahunan Indonesia terbesar di negara-negara berbahasa Jerman yang ada di Eropa.

Gagasan Pasar Hamburg muncul berawal dari rasa kerinduan akan Tanah Air. Rasa rindu tersebut mendorong semangat untuk mewujudkan Pasar Hamburg sebagai simbol Indonesia di Eropa dengan jalan mengembangkannya. Pasar Hamburg sendiri diselenggarakan oleh yayasan pertukaran budaya Indonesia – Jerman, yaitu Verein für Indonesisch-Deutscher Kulturaustausch yang disingkat IDKA e.V. Selain sebagai simbol, Pasar Hamburg ini ada sebagai wadah untuk memperkenalkan budaya Indonesia sekaligus sebagai tempat bertemunya segenap insan kreatif dunia.

engunjung mengikuti workshop 'plasticology' atau pemanfaatan limbah plastik menjadi karya seni bersama seniman asal Bali, Made Bayak | bisnis.com
engunjung mengikuti workshop 'plasticology' atau pemanfaatan limbah plastik menjadi karya seni bersama seniman asal Bali, Made Bayak | bisnis.com

Dalam acara tersebut, pengunjung dapat menikmati dan menjelajahi pengalaman baru tentang sebuah negeri kepulauan terbesar di dunia, yakni Indonesia. Negeri yang memiliki lebih dari 1.340 suku dan bahasa serta lebih dari 17.000 ribu pulau dengan kebhinnekaannya, negeri yang memiliki hamparan pesisir terindah di dunia.

Pasar Hamburg menampilkan berbagai acara, seperti konser musik, pentas tari, peragaan busana, bedah buku dan diskusi sastra, forum diskusi, pameran fotografi, pameran seni rupa, pemutaran film, workshop, program bermain dan belajar untuk anak-anak. Di samping itu, Pasar Hamburg menggelar pasar seni dan kuliner, serta Galeri Buku. Acara ini juga memberikan ruang promosi bagi daerah-daerah di Indonesia untuk memperkenalkan potensi daerah di mata dunia.

Macam-macam makanan Indonesia di Pasar Hamburg | dw.com
info gambar

Pasar Hamburg menyajikan dua sisi kesenian Indonesia, yaitu kesenian tradisional dan kesenian baru. Keduanya merupakan kekayaan intelektual dan kekreatifan negara Indonesia yang bermutu tinggi serta berasal dari aneka ragam budaya yang berbeda dan menjadi sebuah keidahan pesona yang tiada duanya di dunia.

Dalam kelompok music, terdapat Superman is Dead dari Bali, Brightsize Trio Band dari Yogyakarta, Suarasama dari Medan. Sementara di panggung diskusi, tampil filsuf Romo Magnis Suseso dan penulis perempuan Okky Madasari.

Grup band asal Bali, Superman is Dead, beraksi di atas panggung | bisnis.com
Grup band asal Bali, Superman is Dead, beraksi di atas panggung | bisnis.com

Brightsize Trio Band dari Jogja tampil dengan lengkingan gitar dan tempo cepat yang mereka mainkan. Sedangkan, Superman Is Dead menggebrak panggung dengan gaya mereka yang menggebu-gebu namun bisa juga mendadak syahdu.

Romo Magnis Suseso dan Okky Madasari berbicara mengenai perkembangan aktual di Indonesia, terutama soal bahaya intoleransi, korupsi dan keadilan sosial, dimoderasi oleh wartawan senior Radio Bremen Silke Behl yang fasih berbahasa Indonesia. Sementara itu, Martina Heischke membantu sebagai penerjemah Indonesia-Jerman.

Diskusi podium dengan Romo Magnis Susesno dan Okky Madasari | Dw.com
info gambar

Di setiap acaranya Pasar Hamburg banyak dikunjungi oleh masyarakat lintas negara Eropa yang ingin menikmati program-program kesenian dan pemikiran yang bermutu tinggi. Dengan total jumlah pengunjung mencapai 10.000 pengunjung, Pasar Hamburg menjadi ajang festival Indonesia yang paling bergengsi dan paling dinantikan di Eropa.

Sementara itu, dalam menjalankan program-programnya Pasar Hamburg dibantu oleh mahasiswa, masyarakat Indonesia, para sponsor, dan pihak Konsulat Jendral RI di Hamburg dan KBRI di Berlin.

sumber: https://pasarhamburg.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini