Sistem Hidroponik Ciptaan Mahasiswa Stikom Surabaya Jadi Solusi Atas Minimnya Lahan Budi Daya Tomat Cherry

Sistem Hidroponik Ciptaan Mahasiswa Stikom Surabaya Jadi Solusi Atas Minimnya Lahan Budi Daya Tomat Cherry
info gambar utama

Riggy Naufan Nur Ichasan, mahasiswa Sistem Komputer Surabaya yang telah menciptakan sistem hidroponik otomatis, metode tanam hasil pemikirannya tersebut menjadi metode baru dalam bertani buah tomat cherry sebagai solusi atas terbatasnya lahan pertanian.

"Dengan sistem ini petani tidak memerlukan area yang luas karena alat dapat menyesuaikan suhu dan kelembaban sesuai kebutuhan, buah tomat khususnya, sehingga tanaman dapat tumbuh tanpa mengurangi kualitasnya," ujar Riggy, saat ditemui di Surabaya, senin (18/09/2017) dilansir Antara.

Menurut Riggy, metode tanam seperti ini sangat cocok untuk masyarakat, baik lingkup kecil maupun lingkup besar karena semua proses bertani dapat dilakukan dengan rekayasa teknologi.

Sistem hidroponik ciptaan Riggy menggunakan metode fuzzy untuk mengendalikan semua akuator secara tepat waktu, Logika fuzzy ialah salah satu bentuk soft computing, yaitu sistem komputasi yang lebih mendasarkan terhadap kemampuan melakukan pemetaan, optimasi, identifikasi serta kemampuan lainnya pada tanaman atau buah.

Riggy mengungkapkan, untuk cara kerja alat tersebut yaitu dengan mengendalikan suhu dan kelembaban udara agar tanaman mampu tumbuh secara optimal dalam berbagai kondisi. Suhu dan kelembaban dapat secara otomatis menyesuaikan kebutuhan tanaman.

"Saat suhu dan kelembaban yang dibutuhkan tidak sesuai, alat akan bekerja. Setelah mencapai pada nilai yang stabil dan sesuai, alat akan berhenti bekerja. Begitu seterusnya cara kerja alat ini, sehingga tanaman tetap tumbuh optimal walaupun dengan keterbatasan tempat dan tenaga manusia," tuturnya.

Metode wick merupakan metode yang ia kembangkan dalam sistem hidroponik ini. Metode Wick sendiri adalah metode hidroponik yang dikembangkan dari water culture. Metode penanaman ini memanfaatkan tangki berukuran besar dengan volume larutan zat hara yang banyak, sehingga dapat menekan fluktuasi konsentrasi larutan pada zat hara.

"Pada larutan hara sistem ini tidak melakukan sirkulasi, akibatnya dapat mengurangi ketergantungan terhadap tersedianya energi listrik. Pada metode wick, kesederhanaan inilah yang menjadikan teknologi ini mudah digunakan oleh petani," kata dia.

Riggy berharap hasil alat tersebut dapat menjadi jawaban atas permasalahan yang ada khususnya untuk budidaya buah tomat cherry dengan lahan terbatas.


Sumber: Antara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini