Spesies Baru ‘Anggrek Hantu’ Ditemukan di Indonesia

Spesies Baru ‘Anggrek Hantu’ Ditemukan di Indonesia
info gambar utama

Peneliti Kebun Raya Purwodadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Destario Metusala, menemukan spesies anggrek hantu baru di lereng Gunung Merapi.

Namanya, Gastrodia bambu. Taksonomi spesies ini terbit dalam jurnal Biotaxa edisi 18 Agustus 2017 dengan judul artikel "Gastrodia bambu (Orchidaceae: Epidendroideae), A New Species from Java, Indonesia".

Spesies anggrek baru ini pertama kali ditemukan di Turgo, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, persisnya di lereng selatan Gunung Merapi, pada awal 2016. Sedangkan spesies serupa ditemukan di kawasan Gunung Pangrango, Jawa Barat, pada awal 2017.

"Berdasarkan catatan rekaman populasinya, spesies G. bambu merupakan anggrek endemik di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat dan Yogyakarta," kata Destario kepada Tempo.

Anggrek yang baru ditemukan ini benar-benar unik. Secara taksonomi, anggrek tersebut termasuk golongan holomikotropik. Anggrek dari golongan ini menyukai lingkungan gelap, kemunculannya tak dapat diduga, tidak memiliki daun sehingga tidak berfotosintesis tetapi pada saat yang sama juga tidak bersifat parasit.

Kompasbahkan menyebut anggrek ini ‘merepresentasikan dunia kematian’. Dengan ciri-ciri tersebut, holomikotropik kerap disebut anggrek hantu.

"Bunga menghasilkan aroma ikan busuk untuk mengundang serangga polinator," kata Destario Metusala, peneliti Kebun Raya Purwodadi yang mendeskripsikan spesies ini pada Kompas.

Anggrek Hantu. Foto: JP/Aman Rochman
info gambar

Menurut keterangan peneliti yang berkantor di Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi - LIPI itu, "Terlebih anggrek ini menyukai habitat yang gelap, lembab, dan selalu berdekatan dengan rumpun bambu lebat yang sudah tua.”

“Tidak mengherankan apabila spesies ini memiliki kesan konotasi 'angker'," kata Destario pada Antara.

Gastrodia bambu memiliki bunga berbentuk lonceng dengan ukuran panjang 1,7-2 cm dan lebar 1,4-1,6 cm.

Bunga didominasi warna coklat gelap dengan bagian bibir bunga berbentuk mata tombak memanjang bercorak jingga. Pada satu perbungaan dapat menghasilkan hingga 8 kuntum bunga yang mekar secara bergantian.

Perbungaan muncul dari tanah berseresah di bawah rumpun-rumpun bambu tua pada ketinggian 800 - 900 m dpl.

Daripada sebagai calon tanaman hias baru, anggrek ini lebih menjadi simbol tantangan konservasi.

Anggrek ini sangat peka terhadap kekeringan, intensitas cahaya berlebih, dan perubahan pada media tumbuh. Gangguan pada habitatnya, misalnya pembukaan rumpun bambu, dapat mengganggu pertumbuhan populasi anggrek unik ini.

"Penelitian terkait kemampuan adaptasi spesies ini dalam menghadapi perubahan iklim masih terus dilakukan melalui analisis anatomi dan fisiologi," kata Destario.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Indah Gilang Pusparani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Indah Gilang Pusparani.

Terima kasih telah membaca sampai di sini