Penasaran di dalam perbedaan budaya

Penasaran di dalam perbedaan budaya
info gambar utama

Cerita ini tentang toleransi yang saya rasakan di Bali. Ketika itu sekolah saya yang berlokasi di Depok mengadakan study tour ke Bali, saat menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya sampai juga di Bali. Ketika sampai, saya takjub melihat warga di sekitar sana karena sangat ramah melihat rombongan dari sekolah saya walaupun kita tidak saling mengenal. Ketika itu saya berfikir dan berbicara di dalam hati saya "apakah ini sifat asli orang Indonesia yang terkenal murah senyumnya? Apakah ini sifat orang Indonesia yang sesungguhnya? Apakah ini budaya kita yang mulai hilang semenjak semakin majunya teknologi yang membuat sebuah senyuman menjadi sebuah emoji di gadget?". Kemudian saya membalas senyuman warga itu yang saya rasa itu senyuman yang sangat tulus. Disaat itu saya berkunjung ke berbagai tempat mulai dari tempat suci yang berada disana dan tempat ibadah yang saya sebelumnya tidak tahu terlalu tahu karena saya berbeda agama dengan mereka, yaa walaupun saya sering melihat di televisi. Disana saya akhirnya bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi minoritas dan hati saya berkata "ohh gini ya rasanya jadi minoritas". Walaupun merasakannya menjadi minoritas hanya beberapa hari, tapi itu membuat saya menjadi menghargai dan melindungi minoritas saat saya kembali ke Depok dan itu membuat pikiran saya lebih terbuka tentang keberagaman di negeri tercinta ini. Kemudian disana juga saya merasakan keseharian mereka, melakukan apa yang mereka lakukan tiap harinya, dan berkunjung ke tempat upacara adat disana. Disana saya dibuat kembali takjub, saya takjub karena disana sangat menghargai warisan nenek moyangnya dan anak - anak di ajarkan tarian adat, upacara adat dan lain - lain. Sementara di ibu kota anak - anak sudah tidak mau di ajarkan tentang budayanya, lebih memilih belajar tentang budaya luar dan mencintai budaya luar. Disana saya bermain bersama teman saya yang berbeda adat, budaya, dan kepercayaannya tetapi kami tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena dari sejak zaman dulu, Indonesia merdeka karena Indonesia itu beragam bukan seragam. Nah di dalam keberagaman itu saya menjadi semakin penasaran tentang perbedaan budaya di setiap kota yang ada di Indonesia, dan akhirnya saya berkunjung ke tempat yang paling terdekat dari tempat tinggal saya yaitu Jakarta. Yang berbeda kebudayaannya, walaupun di tempat itu budayanya sudah tidak terlalu kental dan sudah terkikis oleh budaya luar negeri yang semakin menyebar di tempat itu. Kemudian saat saya di lokasi itu, saya bertanya kepada warga disitu, dimana tempat yang masih ada tarian,bahasa, peninggalan dan lain - lain. Dengan sopannya dia memberi tau kepada saya kalau beberapa kilo meter dari lokasi saya berdiri ada sanggar ya walaupun kecil - kecilan tetapi menurut saya itu sangat indah. Saya sangat terharu kepada pengajar walapun mengajar tidak terlalu banyak muridnya, tapi dia sangat semangat mengajarnya, dia sangat tulus saat mengajar dan sangat berambisi agar murid yang di ajarkannya bisa menjadi penerusnya di masa depan. Karena di tengah - tengah kota ini sangat amat jarang ada sanggar yang masih beridiri. Kebanyakan di ibu kota sudah tutup karena lama - kelamaan semakin dikitnya anak muda yang ikut di setiap sanggar dan akhirnya di tutup karena tidak ada harapan lagi kalau di lanjutkan. Kenapa tidak ada harapan? Karena semakin lama murid yang mengikuti sanggar lebih sedikit dari pengajarnya, dan akhirnya satu persatu sanggar mulai ditutup. Sebenarnya bisa saja di setiap sanggar yang masih ada untuk bergabung agar muridnya bisa banyak, tetapi kan setiap sanggar mempunyai ciri khas yang berbeda walapun budayanya sama, jadi ya sayang kalau demi menggabungkan sanggar tetapi menghilangkan ciri khas dari sanggar itu sendiri. Itu hanya menurut opini saya saja hehe. Kemudian setelah saa berkunjung ke tempat itu saya berjalan mencari makan, tiba - tiba saya melihat ondel - ondel, saya sudah lumayan jarang melihat itu karena ondel - ondel sekarang lebih banyak di Depok daripada di Jakarta, padahal itukan budaya Jakarta. Mengapa adanya di Depok? Apa karena di Jakarta sudah pada bosan melihat itu jadi para ondel - ondel pindah tempat tampilnya menjadi ke Depok?. Sekian dari cerita saya terimakasih.

#menuliskabarbaik dan #MKB3

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini