Rambu Solo Upacara Pemakaman Khas Toraja

Rambu Solo Upacara Pemakaman Khas Toraja
info gambar utama

Warna-warni Budaya Nusantara

Sebagai penanda aspek spiritual dan budaya saja di mana masyarakat Indonesia memiliki banyak pulau yang akan mempengaruhi Bahasa dan budaya di masing-masing pulau. Kecil kemungkinan ditemukan kesamaan budaya di setiap tempat di Indonesia. Sama halnya dengan Rambu Solo, mungkin hanya akan ditemukan di Tana Toraja saja dari seluruh Indonesia atau bahkan dunia. Tana Toraja terletak di Sulawesi Selatan bagian paling utara. Transportasi pun hanya bisa ditempuh melalui darat dari Makassar memakan waktu sekitar 8 jam hingga 10 jam.

Upacara adat Rambu Solo memiliki makna dan tatanan yang cukup unik. Karena Rambu Solo selain disimbolkan sebagai upacara pemakaman tetapi juga dimaknai sebagai penyempurnaan kematian seseorang yang juga bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah seseorang yang telah mati ke alam roh, di mana masyarakat setempat menyebutnya Puya. Hingga upacara adat Rambu Solo’ ini dilaksanakan, jenazah akan dianggap sedang sakit atau lemah sampai upacara adat sempurna selesai.

Te'dong yang akan diarak keliling kampung sebelum diadu dan dikurbankan
info gambar

Upacara adat Rambu Solo ini selain ditandai sebagai upacara adat khas Tana Toraja, dalam upacara ini juga menampilkan pertunjukan kesenian di mana menjadi salah satu rangkaian dalam Rambu Solo. Karena rangkaian tersebut, upacara adat ini bisa memakan waktu cukup lama pula. Sehingga upacara ini akan memakan biaya yang tidak sedikit. Karena semakin tinggi derajat seseorang yang meninggal maka akan semakin besar dan mewah pula upacara Rambu Solo ini. Untuk kalangan bangsawan kerbau yang wajib dikurbankan sekitar 25-100 ekor di mana salah satunya wajib kerbau bule yang kisaran harganya bisa mencapai ratusan juta. Dari orang tersebut meninggal hingga upacara Rambu Solo ini dilaksanakan bisa mencapai waktu tahunan karena keluarga perlu mengumpulkan para sanak saudara dan biaya yang tidak sedikit.

Sebelum masuk ke upacara adat Rambu Solo’, keluarga juga akan mengadakan pertunjukan kesenian. Prosesi kesenian ini memiliki makna sebagai bentuk penghormatan sekaligus doa bagi orang yang meninggal. Pertunjukan kesenian tersebut meliputi perarakan kerbau yang akan dikurbankan, penampilan music daerah, tarian adat, adu kerbau, dan penyembelihan kerbau. Penyembelihan kerbau pun dilakukan secara khusus di mana penyembelih hanya menggunakan pisau kecil yang sekali tebas kerbau itu akan mati. Jumlah kerbau yang akan kurbankan bukanlah jumlah yang sedikit, namun tidak sekaligus dikurbankan. Kerbau yang sudah mati ditebas akan dimasak dibagikan kepada seluruh masyarakat yang menghadiri upacara adat ini. Tidak hanya kerbau, babi pun menjadi salah satu hewan yang wajib dikurbankan dalam upacara adat ini. Maka ketika ada upacara adat Rambu Solo’ ini akan ada pula acara makan-makan bersama. Para wisatawan yang hadir untuk melihat upacara adat ini pun dipersilahkan bergabung dengan keluarga atau masyarakat untuk menikmati hidangan ini. Setelah acara makan-makan ini biasanya upacara puncak akan dilaksanakan.

Kegiatan Ma'roto (menghias peti dengan kain)
info gambar
Prosesi Ma'popengkalo
info gambar

Acara puncak sendiri adalah prosesi Ma’popengkalo, namun sebelum itu keluarga sudah melaksanakan beberapa proses sebelumnya. Proses tersebut diadakan dalam 4 proses yaitu, Ma’tudan Mebalun, Ma’roto, Ma’popengkalo, Ma’palao. Ma’tudan Mebalun adalah proses pembungkusan jenazah. Ma’roto adalah kegiatan di mana keluarga akan menghiasi peti jenazah menggunakan kain dari benang merah dan benang emas. Kemudian Ma’popengkalo yaitu proses pengarakan jenazah hingga ke lumbung tempat penyemayaman. Para keluarga akan berdiri di bawah kain merah dan akan bersorak sorai tanpa terlihat adanya kesedihan. Namun akan ada salah satu keluarga yang tiba-tiba menangis histeris ketika peti akan dinaikkan ke atas panggung atau lumbung untuk disemayamkan. Di atas panggung tersebut terletak pula patung Tao-Tao yang bentuknya menyerupai jenazah semasa hidupnya lengkap dengan pakaian dan aksesoris semasa hidup. Dan yang terakhir adalah Ma’palao yang berarti proses pengarakan jasad dari dari area rumah tongkonan hingga ke kompleks pemakaman.

Tempat pemakaman di dalam goa
info gambar

Tempat pemakaman dalam bentuk Tongkonan di desa Kete' Kesu
info gambar

Bentuk pemakamannya pun berbeda-beda. Yang paling terkenal dari pemakaman di Tana Toraja ini adalah peti diletakkan di dalam goa yang cukup tinggi. Posisi peti diletakkan pun akan menentukan level atau derajat jenazah tersebut. Semakin tinggi peti diletakkan maka semakin tinggi pula derajat jenazah yang meninggal. Namun ada beberapa desa yang berbeda. Seperti di desa Kete’ Kesu, di desa ini jenazah yang derajatnya tinggi atau dari keturunan bangsawan maka keluarga akan membuatkan Tongkonan (rumah adat Tana Toraja) khusus untuk jenazah. Sama halnya dengan posisi peletakkan peti di goa, di Kete’ Kesu pun semakin bagus dan besar Tongkonan menandakan semakin penting derajat jenazah atau dari keturunan bangsawan. Lain lagi di desa Bori, di sini penanda jenazah tersebut dari keluarga bangsawan atau bukan adalah dengan peletakkan batu dan bentu batu. Di mana semakin tinggi dan semakin lebar diameter batu tersebut yang menandakan derajat sang jenazah yang ditancapkan di halaman pemakaman. Semakin tinggi batu tersebut selain menandakan derajat jenazah juga dapat diartikan semakin banyak kerbau dan babi yang telah dikurbankan oleh keluarga jenazah. Namun peti tetap diletakkan di daerah pemakan bukan di dalam goa.

Peti jenazah yang akan diletakkan ke lumbung penyemayaman
info gambar

Jika peti telah diletakkan di tempat pemakaman, masyarakat setempat memiliki keyakinan roh tersebut akan diantarkan oleh kerbau-kerbau yang telah dikurbankan selama prosesi upacara adat berlangsung ke alam roh. Semakin banyak kerbau yang dikurbankan menandakan semakin cepat roh tersebut tiba di alamnya. Kemudian tanduk-tanduk kerbau tersebut akan dipajang di depan pintu Tongkonan. Semakin banyak dan semakin tinggi peletakkan tanduk tersebut, menandakan derajat sang tuan rumah.

Upacara adat Rambu’ Solo ini tidak hanya memiliki keyakinan kehidupan setelah setelah mati, tetapi juga dari aspek sosial yang dapat dilihat dari keluarga, strata sosial, dan solidaritas masyarakat. Karena dari upacara adat Rambu Solo’ ini dapat mencerminkan martabat dan harga diri keluarga sang jenazah.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini