Tari Sintung untuk Spirit Perdamaian Dunia  

Tari Sintung untuk Spirit Perdamaian Dunia   
info gambar utama

Saya berasal dari Kecamatan Ambunten Sumenep dan pernah mondok di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk Guluk Sumenep. Tanggal 08 Oktober, Presiden Republik Indonesia berkunjung ke Annuqayah. Jokowi disambut dengan Kesenian Tarian Sintung. Kesenian ini berasal dari kecamatan saya di Ambuten Sumenep.

Kesenian ini memang sejak kecll saya jumpai. Pelakunya adalah para lelaki. Dengan diiringi oleh tetabuhan, para lelaki itu menari dengan mengangkat kaki dan semangat serta terlihat bergembira ria. Sambil menari, diiringi pulla oleh pembacaan shalawat dan barzanji.

Kata Kiai Ahmad, salah seorang penikmat dari kesenian ini, gerak tari ini memang berasal dari filosofi makna dari sintung yang berasal dari wang awang sintung. Wang awang bermakana mengankat kaki, sin adalah bahasa arab yang berarti gemberi ria. Tung berasal dari bahasa madura yang berarti satu. Sehingga secara keseluruhan, tarian itu sebagai upaya untuk mengungkapan persembahan kepada yang satu, yakni Allah yang menguasai alam semeseta.

Tarian ini hanya sebagai sarana penyampai pesan penting. Asal mulanya dari Gujarat Arab dalam rangka menyebarkan islam di Nusantara. Dengan menggunakan medium kesenian, maka penyebaran Islam dapat dilakukan dan dapat diterima.

Kabar baiknya, pesan dari kesenian itu untuk menunjukkan akan adanya zat yang agung yang mengatur segalanya. Sehingga dengan kesadaran adanya yang agung, maka tentu saja tidak ada zat lain yang perlu disembah. Sehingga dengan menuhankan Allah, sebagaimana kata Gus Dur, bahwa maka jadilah sepertinya diri-Nya yang menerima semua umatnya. Tak membedakan warna kulit, ras, golongan dan agama. Karena dihadapan Allah semua manusia sama.

Dalam pandangan Rasidi, bahwa tarian sintung ini adalah simbol perdamaian. Karena yang menjalankankan ritualitas Tarian Sintung ini mengungkapkan makna dalam relasi kepada Allah (Hablum minallah), relasi antar manusia (hablum minannnas), dan relasi antar dengan alam (hablum minal alam).

“ Bentuk gerakan yang dibarengi dengan shalawat itu adalah ekspresi dari cinta kepada Allah, manusia dan alam.” Ungkapnya, ketika baru menyaksikan tarian yang digunakan untuk menyambut Joko Widodo.

Saat sudah cinta yang dijdikan sebagai spirit dan dikongkretkan dalam wujud tarian, sebagaimana yang disampaikan oleh KH. D. Zawawi Imron dalam forum berbeda, bahwa setiap orang yang mempunyai cinta yang besar tidak akan memiliki kemampuan untuk membenci kepada orang lain.

Dalam konteks lain, rasa cinta adalah modal penting untuk merawat kebhinekaan di Indonesia. Hanya saja memang, rasa cinta itu sangat sulit ditengah dinamika kebangsaan yang kini penuh dengan radikalisme dan ujaran kebencian. Sementara tarian sintung hanya bertahan di pelosok desa. Semoga dengan tampil di depan Presiden RI, Joko Widodo pada 08 Oktober di Pondok Pesantren Annuqayah dalam rangka untuk memperingati hari Perdamaian Dunia, dapat menjadikan Tarian Sintung menjadi populer dan makna dari tarian tersebut dapat membawa dampak penting bagi perdamaian di Indonesia.

Lewat GNFI, semoga Tarian Sintung dapat menginspirasi dan menjadi spirit perdamaian dunia. Tarian Sintung adalah bukti sederhana, bahwa kekayaan lokalitas budaya di Indonesia memiliki spirit penting untuk menjaga keutuhan NKRI dengan semangat berani damai.


Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini