Kerja sama Ekonomi, Kontraterorisme, hingga Demokrasi, Hubungan Bilateral Indonesia Tunisia Bakal Semakin Erat

Kerja sama Ekonomi, Kontraterorisme, hingga Demokrasi, Hubungan Bilateral Indonesia Tunisia Bakal Semakin Erat
info gambar utama

Hubungan diplomasi antara Indonesia dan Tunisia dimulai pada saat bangsa tersebut berusaha meraih kemerdekaanya. Keterlibatan Indonesia dalam menyokong kemerdekaan Tunisia ini merupakan asal muasal bagi masa depan hubungan bilateral kedua bangsa ini terbina. Diinisiasikan oleh Muhammad Natsir selaku Perdana Menteri Indonesia pada era pemerintahan Soekarno, Natsir membentuk Panitia Pembantu Perjuangan Kemerdekaan Afrika Utara. Beranggotakan negara-negara di Afrika utara seperti Aljazair, Maroko dan Tunisia, panitia ini pada akhirnya berhasil membawa bangsa Tunisia merdeka pada tahun 1956.

Dukungan yang dibuktikan Indonesia kepada Tunisia untuk merdeka dari Perancis membawa penguatan bilateral bagi keduanya dalam banyak sektor dan konteks kenegaraan. Sama-sama merupakan anggota Organisation of Islamic Cooperation (OIC) dan juga Non-Aligned Movement (NAM), antara Indonesia dan Tunisia saling meneladani kekuatan masing-masing negara dalam hal berdemokrasi. Indonesia misalnya, melihat Tunisia sebagai negara transisi demokrasi yang berhasil di negara-negara arab. Sementara Tunisia, melihat Indonesia sebagai contoh negara demokrasi dengan mayoritas muslim didalamnya.

Kemarin, tepatnya pada tanggal 2 Oktober 2017, dalam kesempatan pertemuan Sidang Komisi Bersama (SKB), Retno Marsuadi selaku Menteri Luar Negeri Indonesia menyampaikan apresiasi pada Tunisia yang telah menjadi tuan rumah pelaksanaan Bali Democracy Forum Chapter Tunisia. Forum yang didirikan pada tahun 2008 oleh Indonesia ini merupakan forum yang tujuannya memperkuat kapasitas demokrasi dan institusi demokrasi melalui diskusi antar-negara. Beranggotakan 20 negara dan diwakili oleh masing-masing Menteri Luar Negeri, Retno menyatakan bahwa Tunisia menjadi mitra penting dalam mempromosikan dan membangun demokrasi di kawasan.

Sidang Komisi Bersama ke-10 oleh Menlu RI Retno Marsudi dan Menlu Tunisia Khemaies Jhinaoui (Kemlu.go.id)
info gambar

“Demokrasi adalah salah satu cara terbaik untuk melayani rakyat, saya percaya bahwa Tunisia akan terus memainkan peran penting dalam mempromosi demokrasi dan stabilitas di Timur Tengah,” ujar Menlu Retno.

Selain kerja sama dalam hal berdemokrasi, saat ini antara Indonesia dan Tunisia juga mengadakan kerja sama dalam hal ekonomi. Hal ini diwujudkan melalui percepatan proses perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) dalam upaya meningkatkan nilai perdagangan. Selain itu dilakukan pula penguatan interaksi antara pengusaha, termasuk interaksi antara kamar dagang kedua negara. Dalam hal ini, Menlu RI mengundang pengusaha Tunisia untuk hadir dalam Trade Expo Indonesia di Jakarta pada tanggal 11-15 Oktober 2017 nanti.

Menlu RI bertemu PM Tunisia (kemlu.go.id)
info gambar

Dalam hal investasi misalnya, Menlu Retno menyatakan perusahaan Indonesia di Tunisia kini sudah mencapai 1 triliun rupiah (US$100 juta) di bidang minyak dan gas (migas). Tak hanya itu, Menlu RI pun menyatakan bahwa ada ketertarikan perusahaan Indonesia lainnya untuk melakukan kerja sama di industri pupuk. “Hubungan sejarah dan politik yang kuat Indonesia dan Tunisia menjadi fondasi yang kokoh untuk mengembangkan potensi dan kerja sama ekonomi,” tutur Menlu Retno.

Indonesia dan Tunisia pun setuju untuk meningkatkan kerja sama dalam upaya pencegahan terorisme atau yang biasa dikenal sebagai counterterrorism yang fokus pada konteks kerja sama inteligen, pencegahan pendanaan bagi terorisme, penanganan foreign terrorist figthers (FTF), serta program diradikalisasi dan dialog interfaith.

Menutup pertemuan SKB tersebut, Menlu RI menyatakan pentingnya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi serta mengharapkan dukungan Pemerintah Tunisia dalam menciptakan kondisi kondusif bagi perusahaan Indonesia yang melakukan investasi disana.


Sumber: diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini