Misa Malam Jumat Legi: Menyatunya Unsur Budaya Jawa dalam Gereja Katolik

Misa Malam Jumat Legi: Menyatunya Unsur Budaya Jawa dalam Gereja Katolik
info gambar utama

Sebulan sekali gua-gua Maria khususnya yang berlokasi di Jawa Timur akan ramai dikunjungi peziarah, baik yang beragama Katolik maupun yang tidak. Mereka berbondong-bondong hendak mengikuti atau menyaksikan misa tirakatan Jumat Legi yang mana merupakan perpaduan unsur budaya Jawa dan agama Katolik. Hari dalam penanggalan Jawa dibagi menjadi Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Sebulan sekali akan jatuh hari Jumat Legi yang dipercaya sebagai hari yang baik untuk berfokus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta alias untuk tirakatan. Menurut keyakinan masyarakat Jawa Jumat Legi sudah dimulai sore hari sebelumnya, yakni pada Kamis Kliwon ketika matahari terbenam. Pada hari itu pula tak jarang orang-orang nyekar ke makam leluhur. Gereja Katolik lantas mengadopsi keyakinan masyarakat Jawa akan Jumat Legi dalam bentuk misa tirakatan. Hal ini juga merupakan bentuk penghargaan gereja terhadap kebudayaan Jawa.

Sejak Kamis sore para peziarah mulai berdatangan dan memadati area gua Maria. Demi kenyamanan pribadi beberapa peziarah membawa tikar dan senter. Misa tirakatan dimulai tepat pukul 00.00 WIB dan diakhiri sekitar pukul 01.30 WIB. Prosesinya sendiri diawali sekitar pukul 21.30 WIB pada hari Kamis. Salah satu prosesi yang menarik dan ditunggu-tunggu adalah perarakan patung Bunda Maria menuju gua. Selain itu ada pula pembakaran ujub-ujub pribadi. Dalam misa terasa sekali unsur kejawennya, seperti lagu-lagu pujian yang menggunakan bahasa Jawa serta iringan musik yang menggunakan gamelan. Ini membuat suasana misa semakin syahdu. Walaupun lokasi misa penuh sesak oleh peziarah, namun mereka tetap bisa menjaga keheningan yang membuat setiap orang bisa benar-benar fokus berdoa kepada Tuhan. Ini kembali pada esensi Jumat Legi itu sendiri, yakni hari baik untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Para pemain gamelan ikut berpartisipasi dalam misa
info gambar

Misa tirakatan malam Jumat Legi menunjukkan bahwa warna-warni budaya Nusantara bisa dipersatukan. Gereja Katolik dengan tangan terbuka berkenan mengadopsi kebudayaan penanggalan Jawa. Hal penting lain dari misa tirakatan malam Jumat Legi adalah misa ini terbuka bagi siapa saja, baik umat Katolik maupun non-Katolik. Semua melebur menjadi satu dalam kesyahduan misa.

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini