Baru ! Minyak Goreng Dari Ulat Jerman Boleh Jadi Inovasi Masa Depan

Baru ! Minyak Goreng Dari Ulat Jerman Boleh Jadi Inovasi Masa Depan
info gambar utama

Minyak goreng yang selama ini kita kenal terbuat dari berbagai macam olahan berbahan dasar seperti buah sawit, bunga canola, tanaman zaitun, atau biji jagung. Namun, pernahkan terpikir bahwa ulat bisa menjadi bahan dasar minyak goreng dan mentega ?

Ulat Jerman yang dikembangkan oleh Muhammad Ifdhol, bisa. Mahasiswa dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang berhasil menemukan inovasi baru dibidang makanan melalui ulat Jerman. Bahkan, penemuannya ini direncanakan akan segera dikomersialkan dan perusahaan-perusahaan di Eropa sudah siap jadi pembelinya. Luar biasa bukan ?

Muhammad Ifdhol tidak bekerja sendiri, melainkan bersama timnya Biteback. Tim ini adalah tim insect mineral oil yang meraih juara dua dalam lomba Thought For Food, yakni lomba teknologi ketersediaan pangan yang berkesinambungan, di Swiss tahun 2016 lalu.

Dan proyek ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi minyak sawit yang sering dituduh sebagai penyebab kerusakan hutan. Salah seorang anggota tim, Mushab Nursantio mengatakan setelah menang lomba mereka melakukan pengembangan bisnis di Eropa dalam satu tahun terakhir dan telah ada enam perusahaan di Eropa yang siap bekerja sama.

Mushab juga mengatakan "bulan depan akan memulai pembangunan pilot plant dan menyelesaikan kerja sama uji coba dengan beberapa perusahaan multi nasional yang juga konsumen terbesar minyak sawit."

kumbang jerman | sumber : kumbangjerman.com
info gambar

Ulat Jerman ini dikembangkan dari jenis kumbang mealworm dengan daur hidup cepat dan hanya perlu sekitar tiga puluh hari.

Proses pembuatan larva menjadi minyak goreng tersebut tidak sulit. Larva-larva tersebut dijemur lalu dipanaskan supaya kering. Setelah itu larva tersebut diblender. Hasilnya langsung di-press untuk mengambil kandungan lemak yang terdapat di tubuh larva tersebut.

"Setelah di-press, dimurnikan. Supaya bahan - bahan yang tidak diinginkan seperti kotoran dan zat-zat yang lain yang tidak baik untuk minyak goreng dihilangkan," jelas Ifdhol.

Hasil dari pemurnian itu lantas dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan antara kotoran dan hasil minyak murninya. Terakhir, dilakukan deodorasi untuk penghilangkan bau larva tersebut.

Mushab memegang ulat jerman | sumber : bbc indonesia
info gambar

Lalu, apa saja kandungan dari minyak goreng ulat jerman ini ?

sumber foto : bbc indonesia
info gambar

Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Nur Hidayat mengatakan, seperti dikutip dalam blog BiteBack di TFF, bahwa minyak ini memiliki kandungan tinggi asam lemak Polyunsaturated Fatty sehingga cocok untuk konsumsi minyak.

"Produk ini juga merupakan solusi alternatif minyak masak yang berkelanjutan," tambahnya.

Pengembangan ulat Jerman sangat murah, budidaya ini membuka peluang bagi masyarakat menengah yang ingin berwira usaha dengan modal dan risiko yang rendah.

"Serangga ini sangat potensi yang besar bagi masyarakat yang misalnya tak punya lahan untuk berbinis. Dan bisa pakai untuk pakai ruang di rumah masing-masing...dengan satu kamar kosong (untuk mengembangkan kumbang) untuk dapat penghasilan tambahan misalnya."

"Budidaya ini juga sangat efisein, satu kumpang bisa menghasilkan 500 telur dan bisa jadi ulat tiap dua minggu...untuk pakan dikasih limbah organik dari pasar atau limbah industri sereal dari limbah penggilingan gandum. Untuk modalnya kira-kira tiap bulan, sekitar 500 kumbang, kurang dari Rp100.000 tapi bisa dijual antara Rp300.000 sampai Rp500.000," ujar Mushab.

Menarik bukan ? Murah dan bermanfaat. Salam kabar baik dari Unibraw !


Sumber: video oleh bbc indonesia | kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini