Sebagaimana diberitakan detikFinance, angka tersebut banyak disumbang oleh pertumbuhan ekonomi dari Asia yang diperkirakan akan mencapai 5,6% persen. Pertumbuhan ini dinilai naik dari proyeksi untuk tahun sebelumnya. Menurutu IMF, hal yang mendorong pertumbuhan ekonomi Asia adalah adanya tren konsumsi dan investasi. Arus modal masih mengalir deras ke Asia sementara sektor finansial masih dapat terus terkendali. Sementara inflasi secara rata-rata tetap sesuai dengan prediksi akibat masih rendahnya harga komoditas.
Berbagai negara di Asia menurut proyeksi IMF akan mengalami pertumbuhan dari periode sebelumnya. Indonesia misalnya, akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada akhir periode 2017. Angka ini bila tercapai akan lebih tinggi dari angka pertumbuhan pada tahun 2016 yang berada di angka 5%. Kemudian Tiongkok yang diprediksi akan meraih pertumbuhan 6,8% meningkat dari periode sebelumnya yang berada di angkat 6,6%. Sementara negara yang diprediksi akan menjadi Tiongkok berikutnya, India, malah diproyeksi mengalami penurunan ekonomi sebesar 0,5% ke angka 6,7%.
Namun menurut IMF, beberapa catatan positif tersebut bukan tanpa resiko ketidakpastian. Ketidakpastian yang dimaksud dapat datang dari konflik geopolitik, arus modal yang keluar secara tiba-tiba hingga penyesuaian ekonomi dari Tiongkok. Pun lonjakan populasi di masa mendatang juga dapat menjadi resiko yang harus dapat diantisipasi.
Sehingga IMF menyarankan agar setiap negara melakukan reformasi struktural agar ekonomi dapat tumbuh, inklusif dan kuat terhadap berbagai resiko. "Reformasi struktural sangat penting untuk meningkatkan kualitas iklim investasi," kata Deputy Director Asia and Pacific Department IMF, Ken Kang di Washington (13/10).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News