Teknologi Baru Akan Segera Muncul Agar Indonesia Tidak Lagi Impor Garam Tahun 2020

Teknologi Baru Akan Segera Muncul Agar Indonesia Tidak Lagi Impor Garam Tahun 2020
info gambar utama

Meskipun Indonesia memiliki predikat pantai terpanjang kedua di dunia, namun negara ini masih mengimpor garam dari luar negeri. Ada kemungkinan di tahun 2020 nanti, Indonesia tidak akan mengimpor garam lagi. Pernyataan tersebut datang dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Alasannya, karena pemerintah akan terus mengupayakan peningkatan produksi garam nasional. Pernyataan ini juga diperkuat dengan pernyataan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang akan menerapkan teknologi untuk meningkatkan produksi garam dengan proyek percontohan di NTT. Seperti yang dilansir pada Agustus lalu oleh antara news :

"Kami bisa memproduksi garam lebih efisien, lebih cepat. Lahan selama ini terlalu sempit, petani memasukkan air garam, 14 hari, diuapkan. Kalau hujan, habis. Ada teknologi dengan mengalirkan air garam, berputar-putar untuk meningkatkan konsentrasinya," kata Kepala BPPT, Unggul Priyanto, di Jakarta, Jumat. Hal itu dia bilang usai rapat dengan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, di rumah dinas Kalla, didampingi Menko Maritim, Luhut Pandjaitan, dan Menko Perekonomian, Darmin Nasution.

Priyanto menjelaskan, dengan teknologi itu, diperlukan lahan cukup luas untuk menampung air laut yang akan dikristalisasi dalam empat hari. Begitu konsentrasi tinggi, baru dialihkan ke lahan petani. Dengan teknologi itu maka petani bisa panen garam dalam empat hari dari sebelumnya yang membutuhkan waktu 12 hari. Diharapkan ke depan tidak perlu lagi mengimpor garam karena dengan teknologi bisa menghasilkan 50.000 ton garam per tahun. Adapun garam yang diperlukan adalah garam untuk industri dan garam untuk konsumsi.

Program yang dibahas pada Agustus lalu, mulai nampak perkembangannya pada Oktober ini. Sebagaimana dilansir dari antara news juga, Luhut dalam temu media di Jakarta (17/10/17), menjelaskan salah satu upaya yang tengah dilakukan pemerintah adalah ekstensifikasi lahan garam di sejumlah lokasi, termasuk NTT yang berpotensi menjadi salah satu sentra garam nasional. "PT Garam sudah membangun 4.000 hektare di Teluk Kupang, NTT, jadi produksi garam bisa kita genjot," katanya. Luhut menuturkan, lahan garam di Indonesia sangatlah luas, mencapai lebih dari 30 ribu hektare termasuk lahan milik rakyat. Sayangnya, PT Garam yang juga mengelola ribuan lahan garam itu tidak memaksimalkan lahan tersebut dengan menggandeng swasta. Pemerintah sendiri, lanjut mantan Menko Polhukam itu, akan menyiapkan infrastruktur untuk mendukung peningkatan produksi garam.

"Undang-Undang menyebut pemerintah menyiapkan infrastruktur sehingga petani bisa dapat air tua dari pemerintah. Itu yang kami lakukan. Tahun depan mungkin ada dana yang dibutuhkan untuk bangun air tua dan bangun tanggul untuk itu, sudah tidak ada masalah," katanya. Menurut dia, jika program tersebut berhasil dijalankan, maka kebutuhan garam konsumsi tidak akan menjadi masalah lagi. "Yang kita kejar kemudian garam industri. Kita harap 2019 selesai sehingga 2020 kita tidak perlu impor lagi," katanya.


Sumber: antara news

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini