Raih Peneliti Cilik Terunggul Berkat Abu Boiler Penyubur Tanah

Raih Peneliti Cilik Terunggul Berkat Abu Boiler Penyubur Tanah
info gambar utama

Dua pelajar SMPN 01 Sanggau, Idelle Ariqa dan Dustin Raka Widiananta Aslam, berhasil menyambet predikat Peneliti Cilik Terunggul tingkat nasional dalam ajang Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2017 pada 10-16 Oktober di Jakarta.

Mereka berhasil menemukan formula sederhana untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memanfaatkan hasil pembakaran limbah kelapa sawit. Abu hasil pembakaran CPO (abu boiler) yang kerap dibuang berhasil disulap menjadi campuran penyubur lahan.

Hampir 50% tanah di Kalbar, khususnya di Kabupaten Sanggau bertipe PMK (Podsolid Merah Kuning). PMK termasuk tanah yang memiliki tingkat kesuburan sangat rendah, dengan karakteristik berwarna kemerah-merahan, kekuning-kuningan, berlempung dan berpasir, serta unsur hara dan PH-nya rendah.

Tanah dengan karakteristik ini hanya cocok ditanami ‘tanaman keras’ seperti karet dan sawit. Itu mengakibatkan harga sayuran di Kabupaten Sanggau, khususnya, sangat tinggi. Dan ini yang menjadi motivasi pemuda pemudi Sanggau untuk melakukan inovasi.

Ajang prestisius itu, tak kurang dari 1.103 karya dari 26 provinsi se-Indonesia yang dikirim ke panitia. Kemudian dipilih 18 karya sebagi finalis. Ada tiga kategori yang diperebutkan; terbaik, terunggul, terbaik dan terunggul. Ajang ini menghadirkan dewan juri yang terdiri dari LT Handoko (LIPI), Nurul Taufiqurohman (LIPI), Nizam (UGM), Novriana Sumantri (ITB), dan Tjut Rifameutia (UI).

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Prestasi yang diraih Ariqa dan Raka bukan hasil instan, ada proses cukup panjang yang telah dilalui. Bersama Wiwin Asriningrum, S.Pd selaku guru pembimbing, mereka memulai penelitian ini sejak Januari 2016 lalu. Bebrapa kali mengalami kegagalan hingga setelah lima bulan mereka menemukan formula yang pas. Tanaman uji coba tumbuh dengan baik selama lima bulan, hampir sama ketika menggunakan pupuk kimia. Bedanya menggunakan bahan kimia tanah semakin lama akan semakin rusak, sedangkan menggunakan abu boiler lebih ramah untuk lingkungan dan tanah tersebut.

“Media tanam ini kita temukan dengan perlakuan-perlakuan khusus, sehingga dengan campuran dari abu boiler, dan tandan kosong kelapa sawit, atau kita menyebutnya acakesa. Aplikasi campuran abu boiler dan tandan kosong kelapa sawit, yang diperlakukan khusus dengan campuran tertentu sehingga pas di tanah itu. Ketika dijadikan media tanam, tidak perlu menggunakan media tanah bakar. Nah ini meminimalisir harga,” ujar Wiwin, dilansir dari kalbar.prokal.co.

Pencapaian penelitian ini menjadi yang terunggul juga tak lepas dari tema yang diusung, yakni Inovasi Hijau untuk Bumi Lestari.


Sumber: kalbar.prokal.co | kalbar.deliknews.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini