Tren belanja online kini semakin berkembang dan berinovasi lebih luas di Indonesia. Berkat teknologi digital, kini semakin mudah kita dapat menemukan makanan khas daerah tertentu, corak pakaiannya, tanpa harus mengunjungi toko fisiknya langsung, hanya perlu mengklik website dan tinggal pilih sesuai selera. Peluang ini, tentu saja tidak dilewatkan oleh Titonius Karto selaku CEO dan Co Founder dari market place bernama Ku Ka Aku Suka. Market place ini menyediakan hanya produk-produk buatan dalam negeri.
Ketika kualitas dipertanyakan
Dalam kesempatan acara dialog interaktif yang diselenggarakan dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Hotel Majapahit Surabaya pada 14 November 2017 lalu, dengan tema Diplomasi Digital, CEO Ku Ka turut hadir dalam sesi pertama yang membahas tentang Digital Ekonomi. Ketika menceritakan tentang marketplace Ku Ka, beliau menjelaskan pandangannya tentang permasalahan konsumen di Indonesia yakni mengenai kualitas produk dalam negeri.
Faktanya, sebagai pembeli kita cenderung lebih percaya produk luar negeri lebih berkualitas dibanding produk dalam negeri. Mengapa? Karena saat ini, marketplace atau platform untuk berjualan online saat ini kurang kuratif. Produk yang asli Indonesia dan barang buatan negara lain masih bercampur disana. Kualitas produk pun dipertanyakan, karena marketplace online tidak menyeleksi siapa yang bisa berjualan disana dan seperti apa produknya, sehingga pasar yang bebas ini riskan dengan harga dan kualitas produk yang dijual disana.
Misi “Menjual Indonesia”
Melihat permasalahan tentang pandangan yang salah terhadap kualitas produk Indonesia, maka muncullah Ku Ka dengan taglinenya Pasar Kreatif Orang Indonesia yang bertujuan memperkenalkan marketplace yang terjamin kualitas produk-produknya asli buatan Indonesia. Misi yang terselubung adalah, menjual Indonesia. Dalam artian, selain produk, Ku Ka juga adalah wadah cerita inspiratif dari para pembuat produk dan diangkat dalam bentuk video yang dapat anda akses di youtube.
Sejak berdiri pada September 2015, Ku Ka terus melebarkan sayapnya tidak hanya menjadi market place yang bermain dipasar dalam negeri, namun juga luar negeri. “Indonesia itu kaya akan budayanya, makanannya, pakaiannya, semuanya. Dan bangsa ini adalah bangsa yang mencintai adat budayanya itu yang ingin saya tunjukkan ke orang-orang luar”, ujar Titonius. Karena sudah lama menempuh pendidikan di luar negeri, Tito tahu bahwa Indonesia sangat kaya sehingga ia bertekad akan menjual Indonesia ke market internasional.
Membina, Mendidik dan Millenial
Ku Ka tidak hanya platform biasa. Para seller dibantu dengan cara diajak bekerja sama dalam hal memasarkan produknya tidak hanya online tetapi juga pasar offline. Pasar yang dimaksud bervariasi, bisa saja event di kota besar hingga event nasional seperti fashion week. Ku Ka ingin membina sellernya juga lewat pinjaman Ku Ka. Bertujuan agar para seller berani berjualan dan tidak perlu kuatir modal.
Pada awal berjalan Ku Ka mengajak anak muda untuk menjadi sellernya, namun kini sudah ada lebih dari 15.000 seller dari total platformnya yakni kuka.co.id dan kedaikuka.co.id yang sampai saat ini masih aktif berjualan. Mendidik dalam arti, Ku Ka masih terus berkeliling Indonesia dengan menjadi pembicara dalam kesempatan berbagai event dan memperkenalkan dunia digital ekonomi bagi anak-anak muda Indonesia. Dan sudah pasti, target audiensi atau segmentasi pasarnya adalah kaum millennial. Banyak nilai-nilai berubah ketika bicara Indonesia, karena hal yang menyangkut nilai tradisional, kini bisa dikerjakan dengan teknik yang modern.
Dengan begini, masyarakat Indonesia seharusnya sudah tidak perlu khawatir dan bingung mencari barang-barang asli buatan Indonesia, karena Ku Ka adalah tempatnya. Nantinya, produk-produk made in Indonesia akan semakin familiar di negara lain. Ku Ka di tahun 2018 berencana membuka sayapnya lebih lebar ke taraf internasional yang akan segera memperkenalkan platform barunya yakni kukaindonesia.com.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
