Cicak Jari Lengkung Tambora, Spesies Baru yang Meyakinkan Indonesia Juara Ragam Hayati

Cicak Jari Lengkung Tambora, Spesies Baru yang Meyakinkan Indonesia Juara Ragam Hayati
info gambar utama

Cicak jari lengkung tambora atau Cyrtodactylus tambora resmi disebut sebagai jenis baru. Publikasi ilmiahnya tercantum dalam jurnal Zootaxa Vol 4242, No 3, 13 Maret 2017 berjudul “A new small bent-toed gecko of the genus Cyrtodactylus (Squamata: Gekkonidae) from the lower slopes of Mount Tambora, Sumbawa Island, Indonesia.”

Awal Riyanto, Peneliti LIPI di Pusat Penelitian Biologi, Museum Zoologicum Bogoriense, Cibinong, sekaligus penulis di jurnal tersebut menuturkan, cicak jari lengkung tambora ini merupakan anggota keenam cicak jari lengkung dari Kepulauan Sunda Kecil, Indonesia.

“Spesies dalam Bahasa Inggris bernama Tambora Bent-toed Gecko ini, pertama kali ditemukan di bantaran Sungai Oi Marai di lereng utara kaki Gunung Tambora,” ujarnya kepada Mongabay Indonesia, awal pekan ini.

Awal menjelaskan, spesies baru ini secara jelas dapat dibedakan dengan kerabatnya dari Kepulauan Sunda Besar dan Sunda Kecil (termasuk Sulawesi) berdasarkan kombinasi karakter yang ada.

Misal, adanya dua sisik yang terletak di antara pasangan sisik postmental kedua yang bersentuhan dengan sisik postmental pertama, pada tengah badan terdapat 18 baris benjolan tuberkular yang tersusun tidak rata, serta terdapat 40 sisik perut diantara lipatan ventro lateral yang tersamar.

“Jantan mempunyai lima hingga enam lubang prekloakal, dengan empat lubang yang berukuran besar terletak pada suatu struktur cerukan yang dangkal dan tidak terdapat lubang paha pada jantan maupun betina.”

Untuk penelitian Cyrtodactylus, Indonesia memang tertinggal dari Malaysia dan Vietnam. Namun dalam hal region, yaitu pada lokasi dan pendalaman riset yang telah dikembangkan di dua negara tersebut. Bukan pada personal, karena para peneliti umumnya juga orang asing. “Itulah sebabnya saya fokus pada Cyrtodactylus ini,” jelasnya.

Foto-foto kehidupan Cyrtodactylus Tambora. (A) Holotype jantan dewasa, (B) Paratype subjantan dewasa, (C) Paratype betina yang terlihat mengandung dua telur | Awal Riyanto
info gambar

Kandidat baru lagi

Awal Riyanto memang bukan pendatang baru pada penelitian cicak jari lengkung. Sebelumnya, ia telah menuliskan perihal cicak jari lengkung petani (22 Desember 2015) dan cicak jari lengkung hitch (Mei 2016) untuk jurnal Zootaxa juga.

Sebutan cicak jari lengkung merupakan nama standar Indonesia yang dibakukan dari marga Cyrtodactylus. Dikatakan cicak jari lengkung karena memang jarinya melengkung, meskipun di genus lain ada yang memiliki ciri seperti itu, tapi dipastikan berbeda.

Berdasarkan penelitiannya, Awal memprediksi masih ada lagi Genus Cyrtodactylus yang bakal menjadi spesies baru. Untuk Kepulauan Sunda Kecil, berdasarkan analisis DNA akan ada 5 kandidat spesies baru dari 9 spesies yang diidentifikasi.

Sementara di Sulawesi ada 6 spesies, Kalimantan (3 spesies), Pulau Obi (1 spesies), sedangkan Papua belum tersentuh riset. “Semua spesies tersebut berpeluang sebagai kandidat jenis baru dan menunjukkan Indonesia memiliki keragaman hayati yang tinggi.”

Secara umum, cicak jari lengkung memiliki peranan sebagaimana cicak yang sering terlihat di perumahan. Pastinya, sebagai predator bagi invertebrata kecil termasuk serangga, juga sebagai penjaga keseimbangan ekosistem hutan, untuk yang hidup di rimba.

Sedangkan cicak jari lengkung petani, sebagaimana namanya, berjasa sebagai pengendali serangga di daerah pertanian. “Semua makhluk hidup di muka bumi, memiliki manfaat luar biasa bagi kehidupan manusia,” tutur Awal.

Habitat cicak jari lengkung tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat | Awal Riyanto
info gambar

Gunung Tambora

Nama spesies ini pastinya mengingatkan kita pada Gunung Tambora. Letusannya yang terjadi pada 10 April 1815 merupakan letusan terbesar yang pernah terjadi di muka bumi. Bagi masyarakat global, Tambora merupakan kiblat untuk penelitian dampak perubahan iklim.

Akibat erupsinya yang memuntahkan lava hingga 100 kilometer kubik dan semburan debu 400 kilometer kubik dengan ketinggian 44 kilometer dari permukaan tanah itu, Eropa dan Amerika Utara pada 1816 mengalami tahun tanpa cahaya akibat partikel debunya yang menghalangi sinar mentari.

Untuk Indonesia, Tambora adalah sumbernya keanekaragaman hayati, habitatnya berbagai jenis satwa, dan ladang penelitian yang harus digali. 11 April 2015, Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan kawasan Gunung Tambora ini sebagai Taman Nasional Gunung Tambora berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Nomor SK. 111/MenLHK-II/2015 pada 7 April 2015.

Peta penelitian cicak jari lengkung tambora | modifikasi Kathriner et al. 2014
info gambar

Peneliti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang tergabung bersama tim Ekspedisi NKRI telah melakukan riset di Tambora, pada 16 – 30 April 2015 lalu. Para ilmuwan ini coba menyibak potensi besar yang belum banyak tersentuh penelitian di gunung yang secara administratif berada di Kabupaten Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat.

Hasilnya, Tim berhasil menemukan enam kandidat spesies jenis baru yang dipastikan endemik Tambora. Enam spesies tersebut berupa dua spesies cicak, dua spesies kupu-kupu malam (ngengat), dan dua species kalacemeti (kerabat kalajengking).

Cicak jari lengkung tambora yang disebutkan sebagai jenis baru ini adalah buah dari perjalanan panjang riset tersebut. Selamat!

Sumber: Di pos ulang dari mongabay.co.id atas kerjasama GNFI dan mongabay.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

VA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini