Ketika Matematika Dijadikan Sarana Membangun Peradaban

Ketika Matematika Dijadikan Sarana Membangun Peradaban
info gambar utama
Sejak kecil kita selalu mengasumsikan matematika sebagai ilmu berhitung. Saat kita sekolah pada tingkat dasar hingga perguruan tinggi pun gagasan itu agaknya tak kunjung berubah.

Lalu bagaimana jika ada yang memunculkan gagasan “Matematika tanpa Angka”.

Motivator Suprarasional, Raden Ridwan Hasan Saputra mengatakan bahwa esensinya matematika bukanlah berhitung, akan tetapi kesepakatan terhadap aturan-aturan”.

Raden Ridwan Hasan Putra | Foto: Istimewa
info gambar

Matematika tanpa Angka adalah istilah yang dikenalkan Ridwan HS untuk memahami matematika bukan sekedar ilmu berhitung, akan tetapi lebih dari itu.

Dalam mengkaji matematika, para siswa diharapkan untuk bisa menyepakati dan mengikuti aturan dan setiap siswa tidak boleh melanggar aturan jika mereka tidak ingin mendapatkan hukuman atau disalahkan oleh gurunya.

Sebenarnya dalam ruang kehidupan nyata pun, siswa diharapkan jadi sosok yang patuh pada aturan dan kesepakatan bersama. Matematika tanpa angka adalah pelajaran yang mengajarkan siswa menjadi orang yang taat hukum, norma, dan menjunjung tinggi nilai moral. Dengan begini akan menghadirkan generasi masa depan yang lebih baik dan menaati norma serta hukum.

Sikap moral dan taat aturan merupakan wujud nyata dari tingkat spiritualitas dan kecerdasan emosional. Orang tua yang mengajarkan anak mereka norma dan moral yang baik sejak dini, maka orang tua tersebut hakikatnya sudah mengajarkan matematika tanpa angka.

“Belajar norma dan sikap moral yang baik itu lebih penting diajarkan dan dididik lebih awal daripada belajar konten matematika. Ketika anak belajar sikap moral yang baik, daya nalar anak akan meningkat dan membuat anak akan mudah memahami pelajaran matematika (matematika dengan angka) di sekolahnya," ujar Ridwan HS yang menjabat Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA.

Seorang kepala sekolah bernama Concordia S. Talaid menyatakan rasa suka cita atas apa yang diunkapkan Ridwan HS. Menurutnya topik materi tentang cara berpikir suprarasional sangat bermanfaat, sebab ia menjadi semakin memahami cara yang harus dilakukan seorang guru untuk membuat para siswanya mencintai matematika. "Saya juga sepakat bahwa anak-anak tak cukup hanya dipenuhi kebutuhan raganya (pangan, sandang, papan), tetapi harus dipenuhi juga kebutuhan jiwanya (beribadah pada Tuhan).

Sumber: republika.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini